Kawah Sileri Kembali Meletus Tiba-tiba, Ini Penyebabnya

Material kawah Sileri terdiri dari lumpur pekat dan cairan. Gelembung gas hasil aktivitas vulkanik selalu keluar dari dapur magma

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 08 Apr 2018, 21:00 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2018, 21:00 WIB
Pantauan CCTV PVMBG saat Kawah Sileri meletus pada Minggu 8 April 2018. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Pantauan CCTV PVMBG saat Kawah Sileri meletus pada Minggu 8 April 2018. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Kawah Sileri di Dataran Tinggi Dieng (DTD), Banjarnegara, Jawa Tengah kembali meletus, Minggu, 8 april 2018, sekitar pukul 11.21 WIB.

Sama seperti letusan sepekan sebelumnya, Minggu (1/4/2018), jenis letusan kawah yang berada di Desa Kepakisan Kecamatan Batur, Banjarnegara ini adalah letusan Freatik. Bedanya, kali ini letusan Kawah Sileri lebih kecil dari sebelumnya.

Kawah Sileri meletus dan menyemburkan lumpur dan meterial vulkanik lainnya setinggi 50 meter dan melontarkan material sejauh 20 meter dari bibir kawah.

Seperti sifatnya, letusan Freatik yang terjadi hari Minggu ini, tanpa tanda-tanda peningkatan aktivitas. Gas CO2 terpantau 0,004 persen volume atau jauh dibawah ambang batas kadar Co2 yang sebanyak 0,5 persen volume.

"Artinya konsentrasi gasnya masih dalam batas normal. Jauh dibawah ambang batas," ucap Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Surip, saat dihubungi Liputan6.com, Minggu petang.

Surip mengungkapkan, tak terlihat pula tanda peningkatanan aktivitas kegempaan atau vulkanik sebelum Kawah Sileri meletus.

Penyebab Kawah Sileri Meletus Tiba-Tiba

Kawah Sileri mendadak meletus pada 1 dan 8 April 2018. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Kawah Sileri mendadak meletus pada 1 dan 8 April 2018. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Lantas kenapa Kawah Sileri kerap meletus tiba-tiba dalam status normal?

Surip menerangkan, material kawah Sileri terdiri dari lumpur pekat dan cairan. Gelembung gas hasil aktivitas vulkanik selalu keluar dari dapur magma.

Dalam kondisi normal, gas yang terdiri dari Co2, H2S dan SO2 keluar dalam bentuk gelembung-gelembung kecil yang meletup dan ditandai dengan keluarnya asap tipis.

Di satu waktu, ada kalanya gelembung gas itu terperangkap di bawah lapisan lumpur kawah. Gelembung-gelembung gas tersebut kemudian bergabung dan menciptakan konsentrasi tinggi dan berkekuatan besar.

Pada puncaknya, gas akhirnya menyembur keluar dan mendorong material yang memerangkapnya. Letupan gas pun berubah menjadi letusan yang relatif besar.

"Jenis letusan freatik memang selalu seperti itu," dia menjelaskan.

Bisa dibilang, Kawah Sileri memang bertabiat meletus secara tiba-tiba nyaris tanpa pertanda.

Imbauan BPBD Banjarnegara

Dataran Tinggi Dieng (DTD) adalah kaldera gunung purba kuno. Terdapat belasan kawah aktif di DTD. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Dataran Tinggi Dieng (DTD) adalah kaldera gunung purba kuno. Terdapat belasan kawah aktif di DTD. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Arif Rachman mengemukakan radius steril Kawah Sileri adalah 200 meter dari kawasan kawah. Erupsi Kawah Sileri kembali menjadi peringatan agar warga tak mendekat ke jarak yang diperbolehkan.

Ia pun meminta agar warga setempat dan wisatawan lebih waspada pasca-kembali meletusnya Kawah Sileri. Sebab, bisa saja kawah yang pernah erupsi besar di masa lalu ini meletus lebih besar dan membahayakan nyawa maupun harta.

"Ini memang lebih kecil jika dari letusan sebelumnya. Tetapi kami imbau masyarakat tetap waspada," Arif menegaskan.

Letusan Kawah Sileri secara berturut-turut meletus dalam jangka waktu pendek. Sebelumnya, kawah ini meletus pada Minggu 2 Juli 2017. Kemudian pada tanggal 1 dan 8 April 2018 ini, Kawah Sileri kembali meletus.

Kawah Sileri hanya lah satu di antara delapan Kawah Aktif di Dataran Tinggi Dieng yang sebenarnya merupakan Kaldera Raksasa Gunung Purba. Pada masa lalu, kawah ini pernah menyebabkan jatuhnya ratusan korban jiwa.

Pada tahun 1944, 117 warga Dusun Jaweran meninggal dunia akibat erupsi Kawah Sileri. Dusun ini, diperkirakan berjarak 500-an meter dari Kawah Sileri. Kemudian, pada 1964, Kawah Sileri kembali meletus dan menyebabkan 114 orang.

Saat itu, batu seberat 1,5 kilogram dan material lainnya terlontar hingga ratusan meter. Titik terjauh material lontaran material, berdasar penelitian, adalah sejauh dua kilometer.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya