Sepanjang 2018, Cilacap Rugi Rp 24 Miliar Akibat Kebakaran

Sebagian besar kebakaran yang terjadi di Cilacap disebabkan oleh korsleting listrik

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 11 Okt 2018, 09:01 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2018, 09:01 WIB
Kebakaran pabrik kayu di Majenang, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Kebakaran pabrik kayu di Majenang, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Sepanjang 2018, terjadi 74 peristiwa kebakaran di Cilacap, Jawa Tengah. Sebagian besar terjadi saat musim kemarau.

Hal ini terekam dari data di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemadam Kebakaran Cilacap. Pada periode Januari hingga Mei terjadi 32 kebakaran. Angka ini lantas meningkat pada Juni-September 2018 sebanyak 42 kasus.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Cilacap, Supriyadi mengatakan peningkatan jumlah kebakaran pada musim kemarau bisa dimengerti lantaran benda-benda jadi mudah terbakar karena cuaca kering dan panas.

Tiupan angin kencang pada musim kemarau juga menyebabkan api lebih mudah merembet dan sulit dikendalikan. Apalagi, Cilacap sebagian besarnya berada di area pesisir dengan tiupan angin yang kencang.

Dia menjelaskan, rata-rata kebakaran terjadi di permukiman atau perumahan warga. Data di UPT Damkar Cilacap, 74 kebakaran yang terjadi sepanjang 2018 ini menyebabkan kerugian hingga Rp 23.989.400.000 atau nyaris Rp 24 miliar.

"Yang terbesar kerugiannya waktu kebakaran pabrik kayu olahan di Majenang," katanya.

Dia mengemukakan, sebagian besar kebakaran yang terjadi di Cilacap disebabkan oleh korsleting listrik. Kasus yang sering ditemui, seringkali korsleting terjadi karena kabel sudah terlalu tua.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Kabel Tua dan Korsleting Listrik

Kebakaran pabrik minyak Dilem. (Foto: Liputan6.com/BPBD BMS/Muhamad Ridlo)
Kebakaran pabrik minyak Dilem. (Foto: Liputan6.com/BPBD BMS/Muhamad Ridlo)

Dia mencontohkan, rumah yang dibangun pada era 80-an atau 90-an tentu menggunakan kabel untuk ukuran daya 450 VA. Saat kebutuhan daya listrik meningkat, maka warga pun menaikkan daya.

Sayangnya, peningkatan daya ini seringkali tak diikuti dengan penggantian kabel sesuai dengan dayanya. Akibatnya, kabel pun tak mampu menahan beban dan seringkali panas dan mudah korsleting.

"Kami ingin menyampaikan kepada mereka bahwa, dalam kajian ilmiah atau ilmu teknik sipil bangunan, itu kan memang kan selama 10 tahun itu mereka sudah me-review (merevisi) jaringan instalasi listrik mereka," jelasnya.

Karenanya, Damkar Cilacap bekerjasama dengan instansi lainnya intensif menyosialisasikan pentingnya mengontrol jaringan listrik atau mengganti jaringan yang sudah tua.

Supriyadi mengemukakan, potensi kebakaran pada musim kemarau lebih tinggi dibanding penghujan. Pada kemarau, udara lebih kering dan panas sehingga mudah terbakar.

"Ke depan kita akan lebih intensif, yang sangat banyak di wilayah permukiman. Salah satu penyebab yang dominan adalah jaringan listrik," ungkapnya.

Di luar korsleting listrik, penyebab kebakaran lainnya adalah percikan api, misalnya dari tungku. Ada pula yang disebabkan perapian saat membakar sampah di pekarangan.

Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat tidak membuat perapian tanpa dikontrol. Sebab di luar kebakaran rumah, ada pula kasus kebakaran ladang dan hutan yang disebabkan pembukaan lahan dengan cara membakar.

"Kebakaran hutan ada tiga kali, di Kubangkangkung, Jeruklegi dan Cipari," dia menerangkan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya