Hikayat Gang Sadar Baturraden dan Kisah Tersingkirnya Anjelo

Rencana sterilisasi Gang Sadar, Baturraden, mesti didahului dengan kajian mendalam

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 11 Jan 2019, 04:00 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2019, 04:00 WIB
Suasana Gang Sadar, Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah, medio 2016, bertepatan akhir Ramadan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Suasana Gang Sadar, Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah, medio 2016, bertepatan akhir Ramadan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Suwito mengisap rokok dalam-dalam. Pukul 01.00 WIB, ia masih setia di pangkalan ojek Terminal Baturraden, hanya beberapa meter dari mulut Gang Sadar, sebuah kawasan kos pekerja seks (PSK) nan legendaris.

Hari itu, ia memutuskan untuk mangkal malam. Lantaran lokasinya pangkalan berdekatan dengan Gang Sadar, Suwito kerap pula mengantar jemput PSK.

Dinihari, ia baru mendapat satu tumpangan. Rp 20 ribu masuk kantong. Itu jauh dari pendapatan normalnya yang mencapai Rp 80 ribu hingga Rp 120 per hari pada hari-hari biasa.

Tetapi, lantaran bulan puasa, Gang Sadar nyaris tak berpenghuni. Sebagian besar penghuninya pulang kampung lantaran berdasar aturan daerah, tempat hiburan dibatasi dan Gang Sadar mesti steril sepanjang Ramadan.

Entah kapan dimulai, dan siapa yang menciptakan, pengojek antar jemput PSK di Baturraden punya julukan keren. Anjelo, akronim antar jemput lonte (PSK).

Waktu itu, Juni 2016, ramai terdengar desakan penutupan Gang Sadar oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas. Momentumnya pas lantaran berada di tengah bulan puasa.

Makanya, untuk memastikan dapur tetap mengepul, Suwito mangkal malam. Siang harinya, ia memburuh apa saja. Lantas, sejak pukul 16.00 WIB, ia mulai mengkal ojek.

“Karena memang tukang ojek sendiri kan, kaitannya dengan tarikan ataupun dengan penghasilannya itu kan tergantung adanya orang-orang yang ke sini dengan niatan mencari hiburan, dan tentunya mungkin membutuhkan diantar dengan jasa ojek. (Penurunannya) bisa mencapai 80 hingga 90 persen,” dia menerangkan, waktu itu.

Toh, wacana tinggal wacana, Gang Sadar tetap bugar. Hingga kemudian, penutupan tempat kos PSK ini kembali ramai terdengar pada awal 2018.

Di media sosial, sejumlah kelompok atau ormas bahkan sudah aktif mengunggah kampanye penutupan. Bahkan, saat itu Pemkab Banyumas pun seolah sudah mulai mempersiapkan sterilisasi Gang Sadar.

 

Rencana Sterilisasi Gang Sadar, Apa Kabar?

Suasana rumah kost PSK Gang Sadar, Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah, medio 2016. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Suasana rumah kost PSK Gang Sadar, Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah, medio 2016. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Pemerintah mentarget, pada 2019, Gang Sadar steril. Karenanya, pemerintah berencana melakukan beberapa hal, termasuk pelatihan kewirausahaan untuk PSK di Gang Sadar.

Lagi-lagi, wacana sterilisasi itu pun mentah. Setahun berlalu, Gang Sadar masih beroperasi.

“Ya seperti saya bilang, sterilisasi sekedar wacana, kalau sedang anget kemudian ada rencana penutupan. Tapi tidak aksi,” ucap Yoga Sugama, Sekretaris Komisi D DPRD Banyumas, Kamis malam, 19 Januari 2019.

Menurut Yoga, sterilisasi Gang Sadar tak semudah membalikan telapak tangan. Sebabnya, penutupan, jika tak dilakukan dengan tahapan-tahapan yang terencana, justru bisa berakibat fatal.

Sebab itu, ia mengusulkan agar yang pertama dilakukan adalah kajian mendalam soal keberadaan Gang Sadar. Pasalnya, di luar citra negatif yang melekat di Gang Sadar, mesti diakui Gang Sadar relatif terkontrol.

Di Gang Sadar ada paguyuban yang memiliki aturan baku. Salah satunya, tidak melayani tamu di Gang Sadar. Gang sadar hanya berfungsi sebagai rumah kos bagi PSK.

Soal kesehatan, paguyuban Anak Kost Gang Sadar juga mewajibkan para penghuni rutin cek kesehatan, hingga tes HIV/AIDS. Muaranya adalah peningkatan kesehatan PSK dan untuk mencegah penularan penyakit.

“Harus ada kajian dulu. Nah ini, pemerintah kan belum pernah mengkaji keberadaan Gang Sadar. Kalau mau ditutup, ya tutup, kalau tetap buka yang harus seperti apa. Jadi bukan karena emosi karena ada desakan,” dia menerangkan.

Kajian itu, mencakup dampak yang ditimbulkan jika tempat kost PSK ini disterilkan. Tanpa perencanaan matang, dikhawatirkan PSK justru menyebar ke kawasan permukiman lain, kost mahasiswa, misalnya.

Sebab, di Purwokerto terdapat sejumlah perguruan tinggi dengan puluhan ribu mahasiswa. Saat tersamar menjadi mahasiswa, beragam dampak negatif justru tak terkontrol.

Salah Kaprah Gang Sadar Sebagai Lokalisasi

Kode etik anak kost PSK Gang Sadar, Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Kode etik anak kost PSK Gang Sadar, Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

“Ini bukan setuju atau tidak setuju penutupan Gang Sadar. Tapi harus ada kajian dulu. Tahapannya diperjelas,” ucapnya.

Yoga mengungkapkan, legenda Gang Sadar sebagai tempat kost PSK pun lambat laun bakal tinggal nama. Sebab, kini sudah banyak PSK yang menyewa rumah atau kamar di Purwokerto bawah.

Imbasnya pun sudah terasa bagi ojek anjelo. Dulu, saat menemui pelanggan, PSK memakai jasa anjelo. Tetapi kini, PSK cukup menggunakan angkutan atau ojek daring.

“Dampak ekonomi, dampak sosial, itu harus dikaji. Di sini kan banyak universitas, coba kita duduk bersama, baiknya akan seperti apa,” dia mengungkapkan.

Paguyuban pekerja seks Gang Sadar Baturraden Kabupaten Banyumas meminta Bupati Banyumas meninjau ulang rencana penutupan komplek kos pekerja seks Gang Sadar.

Ketua Paguyuban Anak Kos Gang Sadar waktu itu, Amir Maruf menegaskan Gang Sadar bukanlah lokalisasi atau tempat prostitusi, melainkan hanya sebagai rumah singgah atau tempat kos pekerja seks.

Pemerintah mestinya mempersiapkan sumberdaya manusia pekerja seks sebelum realisasi sterilisasi. Sebab, rata-rata pekerja seks yang ada di Gang Sadar tidak memiliki keahlian dan pendidikan yang cukup untuk bekerja di sektor lain.

Menurut Amir, jika Gang Sadar ditutup, yang kehilangan pekerjaan tak hanya pekerja seks saja, melainkan orang-orang yang bekerja di sekitarnya. Antara lain, pembantu rumah tangga, tukang cuci pakaian, pemilik rumah kos, warung makan dan tukang ojek.

Sektor pariwisata, seperti hotel diyakini juga bakal terimbas penutupan komplek kos Gang Sadar.

Amir mengklaim, dibanding pekerja seks yang menjajakan diri di tempat lain (liar), kehidupan anak kos Gang Sadar lebih teratur. Di komplek kos Gang Sadar Baturraden terdapat kode etik yang harus dipatuhi oleh anak kos.

Antara lain, tidak diperbolehkan menerima tamu di kamar kos, berpakaian sopan dan rutin periksa kesehatan. Paguyuban juga mewajibkan tamu menggunakan kondom.

“Di sini bukan lokalisasi, bukan prostitusi, tidak ada transaksi di dalam. Yang kedua, ini tanah perorangan, bukan tanah pemerintah,” Amir mengungkapkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya