Uniknya Pasir Timbul Meko, Destinasi Wisata Baru di Larantuka

Larantuka bukan hanya kaya akan budaya, kawasan ini juga dikenal punya banyak destinasi wisata unik yang bahkan belum terekspose.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 28 Jan 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2019, 11:00 WIB
Pasir Timbul Meko
Foto: Kementerian Pariwisata.

Liputan6.com, Larantuka - Mendengar nama Flores Timur, pertama kali yang terbayang adalah Semana Santa di Larantuka. Sebuah prosesi puncak dalam perayaan Jumat Agung. Perayaan ini digelar di dua patung suci, yaitu patung Tuan Ana dan Patung Tuan Ma. Kedua patung tersebut dibawa oleh misionaris Portugis Gaspardo Espírito Santo dan Agostinhode Madalena pada abad XVI. Kedua patung itu hanya ditampilkan kepada publik setiap Paskah.

Namun Flores Timur bukan hanya kaya akan kebudayaannya, kawasan ini juga punya banyak destinasi wisata alam yang unik, yang bahkan belum terekspose, salah satunya adalah Pasir Timbul Meko.

Dinamai pasir timbul, lantaran terdapat gundukan pasir di tengah laut seperti pulau kecil tak berpenghuni. Luasnya kurang lebih tidak sampai 1 kilometer persegi. Pasir putih yang sedikit berwarna pink ini kontras dengan warna laut yang biru kehijauan.

Pasir berwarna merah jambu itu berasal dari karang yang hancur. Keindahan ini tampak sempurna dengan paduan pulau-pulau berwarna hijau yang subur. Tak ada ombak di pantai pasir itu, hanya riak-riak kecil yang menyapu pasir putih yang lembut. Jika air laut pasang, pulau itu akan tenggelam.

 

Perjalanan Panjang

Pasir Timbul Meko
Foto: Kementerian Pariwisata.

Namun, Keindahan Pasir Timbul Meko harus dibayar dengan perjalananan yang cukup panjang. Dari Pelabuhan Pelni Larantuka di Kota Larantuka, wisatawan harus menyeberang ke pelabuhan Tubilota di Pulau Adonara, menggunakan kapal motor dengah tarif sewa Rp 5 ribu. Waktu tempuh kira-kira hanya 10 menit.

Kemudian, melintasi Pulau Adonara. Sewa mobil jadi cara yang tepat menuju ke Meko. Lantaran minimnya transportasi umum dan jauhnya perjalanan menjadi alasan. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk sampai di Dusun Meko.

Dusun Meko dihuni suku Bajo yang mata pencahariannya sebagai nelayan. Mereka hidup sehari-hari dari hasil tangkapan ikan. Dengan menggunakan sampan kecil, mereka menebar jaring untuk menangkap ikan.

Warga dusun bisa mengantarkan wisatawan ke Pasir Timbul Meko dengan menyewa perahu nelayan lokal. Harga sewa sekitar Rp 400 ribu PP. Dalam perjalanan menuju pulau itu, wisatawan akan disuguhi pemandangan yang tak kalah indah.

Dalam perjalanan, wisatawan akan melintasi Laut Meko yang airnya sangat jernih. Sepanjang jalan disuguhi pemandangan terumbu karang warna-warni. Jika melihat ke belakang tampak Ile (Gunung) Boleng. Di sisi kiri dan kanan ada Bukit Sandosi dan Lembata. Sementara di depan, ada gunung api.

Secara aksesibilitas, menuju Pasir Timbul Meko bisa melalui Kota Larantuka yang bisa dijangkau dengan dua penerbangan dari Kupang, pada Pagi hari menggunakan Trans Nusa dan Sore hari menggunakan Wings Air. Via Maumere dengan menempuh perjalanan darat 4 jam bisa menjadi alternatif perjalanan ke Larantuka.

Jangan khawatir, di sekitar destinasi wisata ini sudah dilengkapi dengan fasilitas pendukung pariwisata, seperti hotel dan restoran yang menjamin keamanan dan kenyamanan. Bahkan di Kota Larantuka juga sudah ditemukan homestay.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya