Liputan6.com, Banyumas - Hutan lindung Gunung Slamet, barangkali adalah hutan lindung terakhir di Pulau Jawa yang masih orisinal. Beberapa lainnya, mengatakan hutan ini masih perawan.
Vegetasi yang terbentuk ribuan tahun ini berisi pepohonan berusia ratusan tahun dan berjenis-jenis pakis dan keladi hutan yang menjadi habitat beragam satwa endemis. Di tempat ini masih bisa ditemui Rekrekan atau monyet daun (Presbytis fredericae), yang habitatnya terbatas pada hutan yang terisolasi.
Advertisement
Tajuk dan kanopi pohon tinggi berpadu dengan semak tak tertembus menyebabkan satwa liar aman. Sebaliknya, hutan belantara ini kerap kali menyebabkan celaka.
Advertisement
Adalah Eko Sumitro, warga Desa Kotayasa Kecamatan Sumbang, Banyumas, desa yang juga berada di lereng Gunung Slamet sisi selatan. Sebagaimana warga di lereng gunung, Eko paham belantara Gunung Slamet berbahaya bagi siapa saja.
Baca Juga
Tak jarang, ada orang tersesat di hutan Gunung Slamet. Makanya, peternak ini lebih sering mencari rumput di sekitar desanya.
Namun, Jumat lalu, Eko bersama Narkoyo, tetangga satu kampungnya, mencari rumput di tempat baru, sisi utara Kebun Raya Baturraden.
Kebun Raya Baturraden adalah batas vegetasi yang bercampur tangan manusia di lereng Gunung Slamet. Selebihnya, hutan Gunung Slamet, seperti dibilang di awal, benar-benar masih perawan.
Pukul 11.00 WIB, keduanya tiba di tempat yang mereka tuju. Eko dan Narkoyo lantas memarkirkan sepeda motor di jalan kecil. Keduanya, sedikit masuk ke dalam hutan.
Keduanya sebenarnya mencari rumput di lokasi yang sama, hanya terpisah selemparan batu. Namun, sejak pukul 12.00 WIB, Eko raib ditelan belantara Gunung Slamet.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Operasi Pencarian di Belantara Tak Tertembus
"Kemudian Narkoyo melaporkan ke petugas Kebun Raya Baturraden. Karena tidak ditemukan akhirnya dicari oleh tim SAR gabungan," ucap Heriana Ady Chandra, Jumat malam, sekitar 10 jam usai laporan orang hilang di hutan Gunung Slamet.
Pencarian kemudian dilanjutkan Sabtu pagi hingga malam. Namun, Eko seolah raib ditelan belantara Gunung Slamet. Tim SAR tak menemukan Eko meski sudah mencari di hutan yang begitu sulit ditembus.
Minggu, 10 Januari 2019, tim SAR gabungan kembali bersiap mencari Eko. Kecepatan memang menjadi kunci untuk memastikan kesempatan selamat survivor lebih besar.
Hujan badai, suhu rendah, dan kabut yang turun tiap saat menjadi ancaman bagi orang yang tersesat di Gunung Slamet. Belum lagi ancaman kekurangan makanan, minum, atau bahkan serangan hewan buas, meski nyaris tak pernah terjadi.
Ketika tim akan memulai operasi pencarian, salah satu anggota tim melihat seseorang berjalan sempoyongan di sebelah timur Kantor Pengelola Kebun Raya Baturraden. Dari penampakannya, diduga, orang ini adalah Eko, yang hilang tiga hari lalu.
Langkah pertama tentu memeriksa kondisi fisik orang tersebut. Selanjutnya, tim SAR memberi makanan dan minuman bekal tim SAR. Baru kemudian, mereka memastikan bahwa orang yang ditemukan adalah orang yang tengah mereka cari, yakni Eko Sumitro.
"Mungkin karena kelelahan. Ditemukan di jalan yang menuju ke Pancuran Pitu," ucap Heriana, Minggu, 10 Januari 2019.
Advertisement
Pipa Air Penyelamat dari Hutan Gunung Slamet
Eko langsung dilarikan ke Puskesmas I Sumbang diperiksa kondisi kesehatannya. Dari pemeriksaan, Eko Sumitro hanya luka di kaki karena tergigit pacet dan luka karena tergores semak-semak berduri.
"Setelah pemeriksaan, Eko Sumitro diperkenankan kembali ke rumah," ujarnya.
Heriana menambahkan, Tim SAR gabungan kemudian mengantar Eko pulang ke rumah. Dengan ditemukannya Eko Sumitro, operasi pencarian orang hilang di lereng selatan Gunung Slamet dinyatakan ditutup.
Lantas, bagaimana Eko bisa selamat usai tersesat tiga hari di hutan Gunung Slamet?
Heriana menuturkan, pada awalnya, Eko mengaku mencari rumput di lokasi yang sama dengan rekannya, Narkoyo. Lantas, ia mencoba ke tempat lebih jauh.
Tanpa disadari, Eko kehilangan arah. Kontur hutan dan kanopi yang tak tertembus membuat Eko justru semakin masuk ke dalam hutan.
Di tengah belantara itu, Eko berupaya keluar, tetapi, selalu gagal.
Minggu pagi, saat bangun tidur, dengan kondisi yang semakin lemah karena cekaman cuaca, suhu dingin, dan kekurangan makanan, Eko kembali berusaha lolos dari belantara Gunung Slamet.
Mendadak ia melihat pipa air membentang. Eko yakin, pipa ini akan meloloskannya dari belantara Gunung Slamet ini.
"Jadi dia yakin pipa ini akan menuju ke permukiman penduduk," ucap Heriana.
Maka, mulai Minggu subuh, Eko mengikuti pipa ini, sampai kemudian sampai di jalan antara Kebun Raya Baturraden menuju Pancuran Pitu. Dari titik keluar ini, Eko turun ke bawah dan ditemukan oleh tim SAR gabungan yang tengah bersiap melakukan operasi pencarian.