Liputan6.com, Yogyakarta Makan di dalam pesawat terbang kini bukan lagi monopoli penumpang yang memiliki tiket pesawat. Sekarang semua orang bisa makan di dalam pesawat, ditemani pramugari cantik sambil memandu keselamatan penerbangan.
Makan di dalam pesawat juga tidak melulu nasi goreng atau menu ala barat. Di dalam pesawat JF 1 dan JF 2, menu rumahan khas masakan dalam negeri bisa dinikmati.
Masuk ke dalam pesawat ini juga tidak bisa asal naik. Penumpang harus berjalan dari depan melewati X-ray, masuk ke lounge dan menunggu panggilan naik ke atas pesawat. Mereka juga harus melewati garbarata sebelum masuk ke pintu pesawat.
Advertisement
Baca Juga
Selain tidak perlu membeli tiket pesawat, makan di pesawat ini juga bisa seluas hati menggunakan ponsel. Tidak perlu khawatir akan ditegur pramugari jika berswafoto maupun merekam video.
Tentu saja, JF 1 dan JF 2 tidak akan pernah terbang. Pesawat terbang bekas milik Sriwijaya Air dan Batavia Air itu sudah berubah fungsi. Keduanya menjadi bagian dari Jogja Airport Resto.
Sesuai namanya, tempat ini adalah resto yang dibuat semirip mungkin dengan pesawat di dalam bandara. Bahkan kalau tidak memperhatikan, orang yang melintasi kawasan Dusun Kadirojo I, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, akan berpikir ada pesawat parkir di atas lahan seluas dua hektare.
"Konsepnya kuliner dan edukasi, jadi bisa menikmati makanan di sini dan pengunjung mendapat pembelajaran tentang pesawat, terutama mereka yang belum pernah naik pesawat," ujar Lisa Puspita, pemilik Jogja Airport Resto kepada Liputan6.com.
Lisa mengaku kerap mendapat kunjungan rombongan anak sekolah TK dan SD. Ada juga rombongan calon jemaah umroh yang sedang belajar naik pesawat.
Selain makan, mereka juga bisa berfoto di kokpit dan berlagak seperti pilot. Sesuatu yang sulit dilakukan jika naik pesawat komersial yang sebenarnya.
Â
Buka Setiap Hari
Jogja Airport Resto buka setiap hari, mulai pukul 10.00 sampai 22.00 WIB. Tidak ada tiket masuk yang dikenakan kepada pengunjung di tempat ini.
"Hanya biaya parkir Rp 5.000 untuk motor maupun mobil," ucap Lisa.
Untuk makan di pesawat, pengunjung cukup merogoh kocek Rp 170.000 dan mendapat menu untuk empat orang, terdiri dari sayur lombok ijo, gudangan, ayam kampung, tahu tempe bacem, minuman, buah, dan sebagainya.
Namun, jika pengunjung masih berada di lounge, bisa memesan menu kedai kopi berupa aneka kudapan dan minuman yang dibanderol mulai Rp 10.000.
Menurut Lisa, kedai kopi disediakan untuk tempat mengantre para pengunjung. Di beberapa kesempatan, terutama saat musim liburan, JF 1 dan JF 2 kerap penuh penumpang. Kapasitas JF 1 untuk 78 orang dan JF 2 untuk 64 orang.
"Kalau akhir pekan atau libur sebaiknya pengunjung reservasi dulu untuk memastikan dapat tempat," ucapnya.
Selain menikmati kuliner ndeso yang lezat, pengunjung juga bisa berswafoto di sejumlah spot dengan membayar Rp 20.000. Ada empat spot foto berbayar yang disediakan, yakni, kokpit pesawat, garbarata, sayap, dan kabin.
Â
Advertisement
Milik Sekolah Pramugari
Jogja Airport Resto dibuka pada pertengahan Oktober 2018. Resto ini sebenarnya bukan sekadar tempat kuliner dan wisata, melainkan menjadi lokasi magang pramugari yang bersekolah di Jogja Flight.
Jogja Flight adalah sekolah pramugari yang beroperasi sejak 2006. Ada 20 cabang di seluruh Indonesia dan Jogja Airport Resto menjadi tempat magang para siswa di Yogyakarta dan daerah lainnya.
Bisa dibilang, Jogja Airport Resto menjadi tempat magang pertama bagi siswa sekolah pramugari yang benar-benar nyata di Indonesia, bahkan di dunia. Resto konsep pesawat mungkin sudah ada, namun tujuannya hanya sebatas wisata kuliner saja.
"Awalnya kami ingin ada tempat magang untuk para siswa sekolah pramugari, tetapi kami berpikir yang paling penting kan bagaimana mendatangkan tamu supaya siswa terlatih berhadapan dengan banyak orang, akhirnya kami pilih jalan lewat kuliner," ujar Lisa.
Kesungguhannya menjadikan Jogja Airport Resto tidak bisa dipandang sebelah mata. Terbukti, pesawat yang didatangkan benar-benar pesawat bekas yang nilainya mencapai miliaran rupiah. Eksterior dan interior tempat ini juga menyerupai bandara dalam ukuran mini.
Ia memaparkan, sebagai tempat magang, calon pramugari perlu mempraktikkan banyak hal kepada tamu seperti sedang bekerja di pesawat. Misal, sebelum menyajikan makanan, para siswa layaknya pramugari profesional juga memberikan peringatan keselamatan kepada para penumpang atau pengunjung Jogja Airport Resto.
Lisa berpendapat keberadaan tempat ini bukan semata-mata bisnis murni, melainkan juga memberi manfaat dan kegunaan bagi banyak orang.
Jogja Airport Resto belum fokus pada peningkatan jumlah kunjungan, sekalipun saat libur jumlah pengunjung bisa mencapai 200 orang. Lisa mengungkapkan saat ini ia masih fokus di perbaikan pelayanan.Â
Â
Simak juga video pilihan berikut ini: