Kisah Guru Mengaji Difabel di Kampung Bugis

Kisah Amin, sang guru mengaji difabel di Kampung Bugis, Kabupaten Maros, Sulsel

oleh Eka Hakim diperbarui 12 Mar 2019, 05:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2019, 05:00 WIB
Muhammad Amin, guru mengaji difabel di Kampung Bugis, Maros, Sulsel (Liputan6.com/ Eka Hakim)
Muhammad Amin, guru mengaji difabel di Kampung Bugis, Maros, Sulsel (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Liputan6.com, Maros - Orang terkaya adalah mereka yang pandai mensyukuri nikmat Tuhannya. Itulah sepenggal renungan dari Imam Ali bin Abi Thalib yang menjadi motivasi bagi Muhammad Amin (54), warga Kampung Bugis, Kelurahan Bontoa, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan  dalam mengarungi kehidupannya meski dalam kondisi yang memiriskan.

Kelumpuhan yang dideritanya sejak usia 13 tahun silam akibat terjatuh dari pohon coppeng, tak membuat anak bungsu dari pasangan Almarhum H.Lebu dan Almarhumah Hj. Bollo itu berputus asa.

Kelumpuhan yang dialaminya awal dari kesuraman. Ia tak lagi melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Namun ia hanya mampu menjalani pendidikan sebatas kelas 5 Sekolah Dasar (SD) karena kelumpuhan kedua kakinya tadi.

Di tengah keterbatasan fisik dan jenjang pendidikan seadanya serta keterpurukan ekonomi, Amin tetap bersyukur menjalani kehidupannya. Meski hanya menjadi seorang guru mengaji yang tak pernah mengharapkan imbalan dari jasa mulianya itu.

"Sejak mengabdikan diri mengajar mengaji anak-anak kampung sini. Saya tak pernah harap imbalan dan semuanya saya jalani dengan keikhlasan," kata Amin yang hanya tampak berbaring di kasur sembari mengajar anak-anak di kampung Bugis mengaji, Senin (10/3/2019).

Kelumpuhan yang dialaminya juga tak menyurutkan niatnya untuk tetap berusaha menjalankan ibadah lahiriah, meski makan hingga menunaikan salat tetap di atas kasur.

"Terus terang sebenarnya berat untuk jalani ini. Tapi hidayah Allah SWT telah menuntun saya untuk melawan takdir dengan berbuat yang terbaik mengisi akhir akhir hidup saya ini," tutur Amin.

Ia menuturkank, bisa bertahan hidup di tengah keterbatasan fisik, semuanya karena karunia Tuhan melalui tangan-tangan tetangganya yang merasa iba dengan keadaannya.

"Alhamdulillah warga Kampung Bugis sini banyak yang datang membawakan makanan untuk pengganjal perut. Kebetulan mereka mantan murid mengaji saya dulu. Semoga Allah memberikan rejeki melimpah buat mereka," kata Amin.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Meski Kondisi Sakit-Sakitan, Guru Mengaji Difabel Tetap Semangat

Amin, sang guru mengaji difabel dari Kampung Bugis, Maros (Liputan6.com/ Eka Hakim)
Amin, sang guru mengaji difabel dari Kampung Bugis, Maros (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Dalam usia yang memasuki uzur tersebut, Amin pun mengakui kesehatannya yang sudah menurun dan kerap mengalami sakit-sakitan. Namun semangatnya untuk terus mengajar mengaji dan menulis huruf hijaiyah kepada anak-anak di Kampung Bugis tak pernah luntur.

"Saya sangat berharap ada dermawan membantu memperbaiki kursi roda saya. Agar bisa salat berjamaah bersama warga di Masjid yang ada kampung Bugis ini," harap Amin.

Dahulunya, aktifitas salat fardu berjamaah di Masjid dan bersilaturahmi ke rumah-rumah warga sering dilakukan Amin disaat kursi roda yang sering ia gunakan untuk beraktifitas masih dalam kondisi baik.

"Tapi semenjak rusak. Saya tak bisa lagi melakukan semuanya. Hanya dapat beraktifitas di rumah saja," Amin menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya