Syahdunya Syair-Syair Gubahan Putri Keraton Solo

Para putri dan pangeran keraton ternyata memiliki tradisi literasi yang baik. Mereka menuliskan catatan hariannya dalam bentuk syair atau puisi. Tak hanya rangkaian kata indah, tetapi juga sangat bermakna filosofis.

oleh Yanuar H diperbarui 22 Mar 2019, 08:02 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2019, 08:02 WIB
kraton
Salah satu foto koleksi museum ullen yang menyimpan syair dan puisi warga keraton. (foto: Liputan6.com / museum ullen / yanuar h)

Liputan6.com, Yogyakarta - Mari mengintip sedikit puisi dan syair warga keraton. Kita mulai dengan menelusuri kehidupan keraton di Surakarta melalui Museum Ullen Sentalu yang ada di Jalan Boyong KM 25, Kaliurang Barat, Sleman, Yogyakarta. Lokasinya berada di area Taman Wisata Kaliurang atau 25 kilometer utara pusat Kota Yogyakarta.

Jauh dari hiruk pikuk Kota Jogja, museum satu ini menyimpan koleksi syair dan puisi putri Keraton Surakarta. Semuanya syair yang ditulis merupakan tulisan para kerabat Keraton Surakarta waktu itu.

"Tepatnya buku kenangan zaman dulu. Para putri punya buku kenangan yang nulis sahabat, kerabat, bahkan guru," kata Humas Museum Ullen Sentalu, Isti Yunaida, kepada Liputan6.com.

Buku itu diletakkan di dalam kotak pajangan di Ullen Sentalu dan menjadi mahakarya museum. Pengunjung dapat melihat langsung buku berisi syair yang dibuat pada era itu.

"Buku kenangan milik putri Paku Buwana XI," katanya.

Saat diliput sesuai syarat berkunjung ke Museum Ullen Sentalu, pengunjung tidak boleh mendokumentasikan koleksi yang ada. Maka, saat Liputan6.com berkunjung sempat menghafal salah satu syair itu.

"Gusti sayang / kupu tanpa sayap tak ada di dunia ini // Mawar tanpa duri jarang ada / persahabatan tanpa cacat juga jarang // Tetapi cinta tanpa kepercayaan adalah suatu bualan di dunia ini//"

Menurut Ida, syair tersebut memiliki nilai yang sangat tinggi jika didalami kembali maknanya. Syair yang dibuat para kerabat Keraton Surakarta menunjukkan seberapa mendalam membuat syair tersebut.

"Intinya kita tuh harus jujur, saling percaya, hormat meski terpisah jarak dan waktu atau memulai itu begitu mudah. Tapi mempertahankan itu butuh suatu seni besar. Intinya jaga baik-baik. Rawatlah yang sudah kita buat," kata Ida.

Buku kenangan yang penuh dengan syair itu merupakan milik Gusti Sekar Kedaton Putri PB XI yang akrab disapa Putri Tineke. Ida mengatakan buku itu saat ini terjaga aman di Museum Ullen Sentalu.

"Yang pinter bikin syair dan puisi itu, para penulisnya putri keraton. Mereka intelek, keren lho. Very educated people. Banyak yang nulis ada 29 orang. Yang tiga itu, pangeran dan Raja Mangkunegoro VIII," katanya.

Simak video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya