Ritual Kupatan Kendeng dan Semangat Menjaga Alam

Masyarakat Kendeng, Jawa Tengah, punya tradisi unik usai lebaran. Tradisi yang bernama Kupatan Kendeng ini sudah menjadi rutinitas yang digelar tiap 5 Syawal.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 10 Jun 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2019, 16:00 WIB
Kupatan Kendeng
Foto: Ahmad Adirin/ Liputan6.com

Liputan6.com, Rembang - Masyarakat Kendeng, Jawa Tengah, punya tradisi unik usai lebaran. Tradisi yang bernama Kupatan Kendeng ini sudah menjadi rutinitas yang digelar tiap 5 Syawal. 

Perayaan Kupatan Kendeng 2019 tersebut digelar pada Minggu (9/6/2019) dan dipusatkan di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang.

Ada tiga prosesi yang dilakukan dalam ritual Kupatan Kendeng yaitu Temon Banyu Beras, Dono Weweh Kupat lan Lepet, dan Lamporan.

Temon Banyu Beras merupakan prosesi mencari sumber air, mempertemukan bulir-bulir beras dengan air untuk bisa diwujudkan sebagai makanan (ketupat) menjadi sumber energi bagi kita untuk tetap hidup dan menghidupi. 'Temon Banyu' melambangkan bahwa tanpa air tidak mungkin ada kehidupan.

Dalam prosesi ini, petani menggunakan baju serba putih melambangkan kesucian hati setelah 30 hari menjalani puasa, mengendalikan segala hawa nafsu, untuk menempa jiwa agar kembali 'eling dan kinilingan' akan kesejatian diri sebagai manusia yang luhur. Bukan manusia yang serakah, bukan manusia yang tidak peduli pada penderitaan ibu bumi, dan bukan manusia yang hanya memikirkan urusan perut semata.

 

 

Kupatan Kendeng
Foto: Ahmad Adirin/ Liputan6.com

Sementara itu Dono Weweh Kupat lan Lepet merupakan prosesi membawa ketupat yang telah matang beserta lauk-pauknya, disusun membentuk gunungan dan dipikul bersama-sama mengelilingi desa untuk dibagi-bagikan kepada seluruh warga desa. Ketupat sebagai 'tanda lepat' kita sebagai manusia yang penuh kekurangan, salah dan dosa untuk mohon maaf kepada sesama kita.

Kerendahan hati diperlukan sebagai awal dari segala rencana baik merangkul seluruh sedulur atau saudara desa untuk bersama-sama meneruskan perjuangan penyelamatan Pegunungan Kendeng dari upaya perusakkan sumber-sumber mata air, penambangan batu kapur serta pengalihan fungsi lahan pertanian untuk industri pabrik semen. Demi keselamatan kita bersama serta demi masa depan kehidupan anak cucu kita semua.

Kupatan Kendeng
Foto: Ahmad Adirin/ Liputan6.com

Sedangkan Lamporan merupakan prosesi yang dilakukan turun temurun dari leluhur dalam upaya mengusir hama pertanian. Hama pertanian yang dimaksud tidak hanya wereng dan tikus, tetapi juga kebijakan yang tidak berpihak kepada petani dan dunia pertanian.

Hama itu misalnya pengalihan fungsi lahan-lahan subur untuk industri dan pertambangan, gunung dengan hutan yang mengandung keanegaragaman hayati dihancurkan bahkan fungsinya telah beralih menjadi daerah industri perkebunan monokultur bahkan industri pertambangan.

Gunung dengan hutan yang awalnya menjadi penyerap air, menjaga sumber-sumber mata air tetap berlimpah yang menjadi sumber utama keberlangsungan dunia pertanian serta penyedia udara bersih bagi seluruh makhluk hidup menjadi hilang. Itulah hama utama petani dan dunia pertanian masa kini yang harus diperangi bersama.

Acara terakhir dalam kupatan kendeng 2019, ditutup dengan pegelaran wayang dengan lakon 'Mawas Diri, Menakar Keberanian' oleh salah seorang Dalang bernama Jliteng Suparman.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya