Liputan6.com, Semarang - n Jatuh cinta akan menuntun seseorang pada sebuah kepedulian. Bagaimana jika jatuh cinta pada ternak? Ternyata akan bermuara ilmu.
Tiga mahasiswa dari Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang sukses menciptakan antiseptik dari ekstrak daun jati jalar merah (Tectona grandis Linn F.) sebagai bukti cinta mereka. Antiseptic ini menjawab kebutuhan hand sanitizer bagi pemerah susu.
Mereka adalah Susan Sitha Irma Yuhanita, Prasetyo Ardiansyah dan Tituk Suselowati. Temuan mereka diberi nama I-Care, Antiseptik 2in1 (Handsanitizer dan Gel Puting).
Advertisement
Menurut Tituk Suselowati, mahasiswa Fakultas Peternakan Undip 2015, proses pemerahan susu sapi bisa menjadi media penyebaran penyakit dan infeksi pada manusia maupun ternak. Jika diawali mencuci tangan, maka jumlah bakteri penyebab infeksi bisa turun hingga 58%.
Baca Juga
"Cuci tangan akan lebih praktis dengan gel antiseptik tanpa harus membilas," kata Tituk kepada Liputan6.com, Rabu (19/06/2019).
Jika tangan tak steril, bakteri yang ada di tangan tak sepenuhnya mati. Hal ini akan memicu bakteri pada puting sapi berkembang cepat dan menyebabkan mastitis (pengapuran susu) pada sapi perah.
"Pada gilirannya, susu yang dihasilkan akan ditolak oleh Industri Pengolah Susu (IPS). Dalam literatur yang ditulis Sudarwanto dan Sudarnika (2008), penolakan itu mencapai 30 sampai 40%," kata Prasetyo Ardiansyah, salah satu anggota tim.
Cemaran bakteri pada susu sapi perah dapat dicegah dengan mencelupkan puting ke dalam larutan antiseptik setelah proses pemerahan selesai (teat dipping). Mayoritas industri peternakan sapi perah saat ini menggunakan antiseptik sintetis yang dapat meninggalkan residu kimia pada susu.
"Susu yang mengandung residu kimia dikonsumsi oleh manusia maka akan sangat berbahaya bagi kesehatan," kata Ardiansyah, mahasiswa Undip angkatan 2017 ini.
Simak video pilihan berikut:
Kerjasama dengan Industri?
Tiga mahasiswa ini dibimbing drh. Dian Wahyu Harjanti, Ph.D. dari Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah. Penelitian daun jati merah (Tectona grandis Linn F.) menunjukkan adanya senyawa aktif saponin, flavonoid dan antioksidan. Tiga senyawa aktif itu mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
"Kelebihan lain adalah memiliki kandungan senyawa aktif antosianin yang merupakan bagian dari senyawa fenol. Fungsi senyawa antosianin yaitu sebagai antioksidan yang mampu menghambat oksidasi toksik," kata Susan Sitha Irma Yuhanita menambahkan.
Senyawa antibakteri inilah yang dimanfaatkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri di tangan serta mencegah masuknya bakteri ke dalam puting setelah dilakukannya proses pemerahan, sehingga dapat mencegah penyakit mastitis.
Dengan antiseptik I-Care yang mereka buat, dalam konsentrasi sedikit saja yakni 0,02% sudah mampu menurunkan jumlah bakteri pada telapak tangan dan cemaran bakteri dalam susu. Penurun terjadi setelah 30 detik pemakaian di tangan.
Sedangkan penurunan jumlah bakteri susu terjadi setelah 5 hari pemakaian dan semakin menurun selama 10 hari pemakaian.
Jika dibandingkan dengan antiseptik komersial povidone iodine 10%, efektifitasnya adalah sama, sebagai antibakteri. Hal ini menunjukkan bahwa selain mampu menjaga kesehatan kebersihan tangan, I-Care juga mampu menjaga kesehatan kelenjar mammary pada sapi perah.
"Semoga inovasi kami yang menghasilkan antiseptik I-Care ini mampu membangkitkan kepedulian peternak pada sanitasi tangan mereka dan ternaknya," kata Tituk.
Susan, sang ketua tim PKM Penelitian I-Care juga berharap ada perusahaan yang bersedia bekerjasama. Tujuannya jelas, agar bisa diproduksi massal dan mendorong produktivitas susu.
"Apalagi antiseptik ini berbahan herbal," kata Susan.
Kisah cinta tiga mahasiswa Undip pada ternak ini memang memancing kepedulian dan bermuara pada hal produktif. Siapa mau ikut jejaknya?
Advertisement