Gawat, 2 Indikator Buktikan Kualitas Udara Pekanbaru Sangat Tidak Sehat

Dua ISPU di Pekanbaru menyatakan kualitas udara sangat tidak sehat bagi kesehatan karena kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan di Riau.

oleh M Syukur diperbarui 21 Sep 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2019, 07:00 WIB
ISPU di depan kantor wali kota Pekanbaru menunjukkan kualitas udara sangat tidak sehat karena kabut asap.
ISPU di depan kantor wali kota Pekanbaru menunjukkan kualitas udara sangat tidak sehat karena kabut asap. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Kadar oksigen di Pekanbaru diduga kian menipis karena kabut asap. Partikel hasil kebakaran hutan dan lahan kian mendominasi sehingga kualitas udara dinyatakan sangat tidak sehat.

Status udara ini terlihat di alat indeks standar pencemaran udara (ISPU) di Jalan Tuanku Tambusai serta di Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya depan kantor wali kota. Selama ada kabut asap tahun ini, baru pertama alat itu menunjukkan kualitas udara "sangat tidak sehat".

Sebelum itu, meski Pekanbaru diselimuti kabut asap, dua ISPU itu selalu berada di kategori SEDANG dan TIDAK SEHAT. Hal ini menjadi perhatian warga yang melintas di lokasi dimaksud dan membuat warga sangat khawatir.

"Sudah ngeri kondisi Pekanbaru ini, sebelumnya tidak seperti ini," ucap tukang ojek daring yang berhenti untuk mengabadikan kalimat di ISPU itu, Jumat petang.

Tidak bersedia menyebutkan namanya, pria berperawakan sedang ini khawatir kabut asap tahun ini menyamai situasi pada tahun 2014 dan 2015. Kala itu, ISPU secara perlahan naik dari SEDANG, TIDAK SEHAT hingga SANGAT TIDAK SEHAT.

"Jangan-jangan dan saya khawatirkan, kondisinya akan sampai pada level berbahaya," ucapnya.

Dengan kondisi ini, dia mengatakan Pekanbaru sudah tidak layak lagi dihuni karena kualitas udaranya sangat tidak sehat bagi kesehatan. Dia pun berharap pemerintah secepatnya bisa menuntaskan kabut asap ini.

"Jangan kebanyakan acara seremonial. Kebanyakan pantau lokasi kebakaran, pegang selang kemudian foto-foto," tegasnya.

Warga lainnya, Mawan mengaku sudah tidak betah lagi tinggal di Pekanbaru karena kabut asap. Namun, untuk saat ini dia tidak bisa mengungsi karena pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan.

"Setiap hari pakai masker karena kabut asap, hidung panas juga dibuatnya. Kami rindu udara sehat dan langit biru," ucap lajang asal Kabupaten Rokan Hulu ini.

Polusi Sampai Angka 334

Seorang warga Pekanbaru mengabadikan ISPU yang menyatakan udara sangat tidak sehat karena kabut asap.
Seorang warga Pekanbaru mengabadikan ISPU yang menyatakan udara sangat tidak sehat karena kabut asap. (Liputan6.com/M Syukur)

Sementara berdasarkan pengukur particular meter dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, pencemaran udara di Kota Bertuah Madani sudah mencapai 334,305.

Menurut Kasi Data dan Informasi BMKG Marzuki, angka itu merupakan perhitungan real time per jam. Angka itu sebagai tanda udara sudah sangat kekurangan oksigen dan sangat tidak sehat bagi kesehatan.

"Kalau sudah sampai di atas 350, berarti sudah berbahaya kualitas udaranya," ucap Marzuki, Jumat malam.

Sebelumnya, alat yang digunakan BMKG ini sempat eror. Pasalnya di tengah kabut asap dengan jarak pandang hanya 600 meter di Pekanbaru, alat itu menunjukkan kualitas udara sehat.

Menurut Marzuki, alat sempat mengalami gangguan pada siang harinya. Setelah dilaporkan, petugas memperbaikinya dan alat mulai menunjukkan angka sebenarnya terkait kualitas udara di Pekanbaru.

Sebelumnya, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini kepada warga Riau, khusus Pekanbaru. Masyarakat diminta waspada terhadap turunnya jarak pandang dan kualitas udara karena partikel Karhutla Riau.

Di samping itu, kabut asap ini diperkirakan masih berlangsung beberapa hari ke depan. Pasalnya BMKG masih mendeteksi titik panas sebagai indikator Karhutla dan titik panas sebagai indikator telah terjadi Karhutla.

Titik api hanya mampu dipadamkan secara manual oleh tim darat Satgas Karhutla Riau. Sebab BMKG memperkirakan hujan tidak akan turun di Riau hingga Sabtu dini hari.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya