Sampai Pagi Ini BMKG Catat 235 Gempa Susulan di Ambon

Kekuatan gempa-gempa susulan tercatat oleh BMKG antara M 2,6 hingga M 5,6. Dengan jumlah yang dapat dirasakan mencapai 41 kali.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Sep 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2019, 13:00 WIB
Gempa Ambon
Gedung Unpatti rusak akibat gempa Ambon pada Kamis (26/9/2019). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Ambon - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, hingga hari ini, Jumat (27/9/2019) pukul 07.20 Wita, sebanyak 235 gempa susulan masih terjadi di Ambon, usai gempa Magnitudo 6,8 mengguncang kawasan tersebut.

"Dirasakan di wilayah Kairatu, Ambon V MMI, Masohi III MMI dan Banda II MMI " kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Karang Panjang - Ambon, Sunardi, seperti dikutip Antara.

Kekuatan gempa-gempa susulan tercatat oleh BMKG mencapai M 2,6 hingga M 5,6. Dengan jumlah yang dapat dirasakan mencapai 41 kali.

Gempa utama yang terjadi pada Kamis pagi (26/9) pukul 08.46 WIT dengan skala intensitas V hingga VI MMI di Ambon, Haruku dan Kairatu telah menyebabkan kerusakan rumah di beberapa tempat, korban jiwa dan luka-luka.

Sunardi juga mengatakan, hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa sebelum terjadi gempa berkekuatan M 6,8, telah terjadi rentetan aktivitas gempa bumi berkekuatan kecil yang merupakan gempa pendahuluan.

Gempa yang terjadi, karena diduga terjadi di sesar aktif yang merupakan gempa tipe 1 yaitu tipe gempa utama yang didahului oleh serangkaian gempa pendahuluan atau foreshocks yang kemudian terjadi gempa utama atau mainshock, selanjutnya diikuti oleh serangkaian gempa susulan atau aftershocks.

Dijelaskannya, memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi di wilayah Ambon ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan sesar mendatar (strike slip fault)

"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tidak berpotensi tsunami," ujarnya.

Pihaknya mengimbau, masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, serta menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan gempa.

Selain itu, masyarakat diminta untuk memeriksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa bumi, ataupun tidak ada kerusakan yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke rumah.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya