Liputan6.com, Purwakarta - Selama ini eceng gondok dikenal sebagai tanaman liar yang banyak merugikan. Tak terkecuali di Waduk Djuanda Jatiluhur Purwakarta.
Eceng Gondok yang memadati areal danau dinilai mengganggu aktivitas warga seperti nelayan, trasportasi danau dengan perahu, hingga para petani ikan jaring terapung. Bahkan tumbuhan eceng berdampak buruk pada kwalitas air di waduk tersebut.
Baca Juga
Namun melalui kelompok penggerak pariwisata (Kompepar) Tirta Wisata Jatiluhur. Eceng Gondok justru menjadi sarana untuk dimanfaatkan sebagai media tanam Jamur Merang.
Advertisement
Meski dengan sampai saat ini baru membuat tiga kumbung kecil serta memanfaatkan bangunan rumah kosong. Namun sedikitnya sekitar 5 kilogram Jamur Merang jenis Semi Putih dapat dipanen setiap harinya.
Ketua Kompepar Tirta Wisata Jatiluhur, Topik, mengaku senang pihaknya telah berhasil mengembangkan budidaya jamur merang dengan memanfaatkan limbah eceng gondok.
"Kurang lebih 2 bulan lah kita lakukan eksperimen ini (budidaya jamur merang). Awalnya kita gagal, jamur merang gak jadi, malah jamur jarum yang tumbuh. Tapi kini, alhamdulillah tinggal pengembangannya," kata Topik kepada Liputan6.com, Jumat (1/11/2019).
Lebih jauh, Topik menjelaskan perbedaan dari eceng gondok dengan jerami yang menjadi media tanam jamur, ternyata eceng gondok memiliki kelebihan yang tidak dimiliki jerami pada umumnya.
Salah atunya eceng gondok yang telah melewati masa pengomposan, memiliki daya tahan lebih lama untuk digunakan sebagai media tanam jamur. Ini karena menurut Topik, eceng gondok memiliki tekstur tangkai yang besar dan serat yang kuat dibanding jerami.
"Jadi bisa tahan lama digunakan sebagai media tanam. Bisa sampe 4 atau 5 kali panen. Eceng seratnya kuat dan kondisinya selalu lembab. Beda dengan jerami yang cepat busuk," tambahnya.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Peluang Usaha
Mengenai peluang usaha jamur merang dari media Eceng Gondok, topik optimistis akan dapat bersaing dengan jamur merang dari media tanam jerami. Menurutnya, bahan baku jerami akhir-akhir ini mulai susah didapat, sementara eceng gondok di perairan Jatiluhur masih tersedia cukup banyak.
"Intinya sih kita ingin mengembalikan kualitas air baku waduk Jatiluhur dari tumpukan eceng gondok. Nah ide awalnya disitu. Sekarang kan eceng gondok jadi berharga memiliki nilai ekonomis. Kita bisa beli eceng gondok kering dari masyarakat seharga lima ribu rupiah per karungnya. Setelah panen jamur kita bisa jual hingga 50ribu rupiah perkilonya. Ini peluang usaha baru selain menjadi petani kolam jaring apung", jelasnya.
Sedangkan salah seorang warga juga petani Jamur Merang, Maksoem Kosasih (35) menyebutkan jika semula ia ragu untuk menggunakan Eceng Gondok sebagai media untuk budidaya.
"Semula kita bicara bahwa Eceng Gondok itu adalah tumbuhan yang kerap merugikan, namun sekarang justru setelah dimanfaatkan menjadi tumbuhan yang bernilai," ujar Maksoem.
Maksoem dan para petani lain berharap, ke depan budidayanya dapat berkembang dan menjadi sumber bagi kehidupan masyarakat di sekitar Waduk DJuanda Jatiluhur.
"Kita berharap kegiatan ini menjadi sumber ekonomi masyarakat disini. Selain dari usaha dibidang perikanan," harap Maksoem.
Advertisement