Ayo Bandung - Sebanyak 56.000 pelajar dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Cimahi diajak terlibat langsung dalam mengurangi permasalahan sampah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi Mochammad Ronny menilai, salah satu cara menggugah pengurangan sampah di kalangan pelajar adalah dengan penggunaan tempat makan dan tempat minum sendiri.Â
Advertisement
Baca Juga
"Targetnya semua sekolah bisa tersasar tahun ini. Kita kumpulkan kepala sekolah dan kerja sama dengan Dinas Pendidikan agar bisa diintensifkan," jelasnya saat ditemui di Pemkot Cimahi, Jalan Rd Hardjakusumah, Selasa (21/1/2020).
Saat ini, tercatat ada 102 SDN, 13 SMPN dan 6 SMAN yang akan disasar DLH Kota Cimahi. Namun, kata Ronny, baru ada sejumlah sekolah yang konsisten menerapkan program penggunaan tempat makan dan minum (tumbler) tersebut.
"Kita akan terus roadshow ke sekolah-sekolah untuk menerapkan program itu," ucapnya.
Ronny mengatakan, penggunaan tempat makan dan minum tidak sekali pakai itu mampu mengurangi produksi sampah di lingkungan sekolah dari 38 kilogram menjadi hanya 5 kilogram. Seperti yang sudah dihasilkan di SDN Cimahi Mandiri 1.
"Sebelumnya mereka menghasilkan sampah 38 kilogram, tapi setelah siswanya membawa misting dan tumbler, itu hanya jadi 5 kilogram sehari," terang dia.
Ronny mengungkapkan, jika dalam kapasitas normal dari sekitar 56.000 pelajar di Kota Cimahi itu bisa memproduksi sampah hingga 10 ton setiap harinya. Namun, jika semua sekolah dan pelajar bisa menerapkan penggunaan tumbler, minimal bakal ada pengurangan produksi sampah hingga 2,6 ton sehari.
"Hitungan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sekolah itu 0,2 kg sampah per orang dikalikan 56 ribu siswa. 10 ton normalnya per hari. Kalau membawa tempat makan dan minum sendiri, bisa ditekan sampai 7 ton produksi sehari," bebernya.
Berdasarkan data DLH Kota Cimahi, produksi sampah yang dihasilkan setiap harinya mencapai 268,703 ton. Sampah yang sudah terkelola sebanyak 255 ton atau 95 persen, sedangkan yang tidak terkelola 13,432 ton atau 5 persen.
Komposisi jenis sampahnya didominasi sampah organik yang mencapai 50 persen, kertas 8,6 persen, plastik 15,6 persen, logam 3,1 persen, kain 5,3 persen, gelas kaca 3,0 persen, B3 RT 1,4 persen dan lainnya 12,5 persen.
Sampah-sampah yang dihasilkan itu ada yang dibuang ke TPAS Sarimutki, Kabupaten Bandung Barat (KBB) sebanyak 225,834 ton atau 84,04 persen, serta sampah yang tereduksi di sumber (pengurangan) sebanyak 29,437 ton atau 10,96 persen.
Ronny berharap, dilibatkannya pelajar dalam pengurangan sampah ini bisa menjadi pemantik bagi masyarakat secara keseluruhan agar melakukan hal serupa.
"Pelajar ini kan nantinya bisa jadi pemicu juga untuk pengurangan sampah. Minimal di lingkungan keluarganya," kata dia.
Â
Baca berita menarik lainnya di Ayobandung.
Â
Akhmad Mundzirul Awwal/PNJ.