6 Peribahasa Daerah Ini Ajarkan Nilai Kehidupan

Peribahasa dari berbagai bahasa daerah di Indonesia yang memberikan pengajaran kepada kita tentang arti kehidupan yang filosofis dan sarat makna.

oleh Liputan Enam diperbarui 05 Mar 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2020, 08:00 WIB
4 Kamus Digital Ini Bantu Kamu Belajar Bahasa Daerah Gratis
Ilustrasi kamus

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia adalah negeri yang kaya akan nilai dan budaya. Segala macam karya seni dan budaya berupa pantun, pepatah, peribahasa, dan sastra dari setiap aspek budaya berlimpah ruah di negeri sendiri.

Tidak perlu mencari peribahasa atau kata-kata bijak yang tidak sepenuhnya kita mengerti yang berasal dari luar negeri.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber peribahasa dari berbagai bahasa daerah yang memberikan pengajaran kepada kita tentang arti kehidupan yang filosofis dan sarat makna.

1. Bahasa Jawa

Aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa.

Artinya, jangan merasa bisa, tetapi bisalah merasa atau menggunakan perasaan.

Maknanya, merasa bisa adalah sifat yang tidak terpuji karena dinilai sebagai manifestasi kesombongan, dan hasil kerjanya pun sering tidak sebaik yang dikatakan. Sedangkan dapat merasa atau dapat menggunakan perasaan adalah sifat yang baik karena merupakan landasan sikap tenggang rasa antar sesama.

2. Bahasa Sunda

Ulah ngaliarkeun taleus ateul.

Artinya, jangan menyebarkan fitnah atau hoaks.

Maknanya, zaman sekarang populernya didominasi hoaks. Jika semua orang berpegangan pada pepatah ini, mungkin hoaks tidak ramai digunakan untuk merugikan orang lain.

3. Bahasa Batak

Piltik ni hasapi do tabo tu pinggol, anggo piltik ni hata sogo do begeon

Artinya, petikan kecapi yang enak didengar, tetapi gosip tidak enak didengar.

Maknanya, kita harus mendengarkan informasi yang benar, jangan menyebar fitnah dan gosip.

 

Simak Video Pilihan Berikut:

4. Bahasa Makassar

Angulummi naung batu lompoa nanggulung naik batu-batu cakdia.

Artinya, batu besar sudah bergulir ke bawah, sedangkan batu kecil bergulir ke atas.

Maknanya, orang-orang berpangkat dan berpengaruh telah kehilangan wibawa dan pengaruhnya, sementara orang kecil (karena suatu hal) muncul ke permukaan.

5. Bahasa Papua

Apuni inyamukut werek halok yugunat tosu.

Artinya, berbuatlah sesuatu yang terbaik terhadap sesama.

Maksudnya, seringkali ini diucapkan oleh orangtua kepada anak-anaknya bahwa jika bertemu dengan orang-orang miskin, orang-orang kumal, orang buta-tuli, orang sakit, anak yatim piatu, kasihanilah semuanya.

Berilah dan berpihaklah kepada mereka. Jangan pandang kerugiannya, karena melakukan perbuatan baik adalah perbuatan yang mendatangkan rezeki berlimpah dan menjadi panjang umur.

6. Bahasa Banjar

Dalas jadi harang, manyarah makaam kada.

Artinya, pantang menyerah, meskipun akhirnya kalah.

Maknanya, di mana masyarakat di sana akan selalu mengeluarkan kemampuan terbaiknya dalam melakukan setiap usaha, meskipun pada akhirnya tujuan tersebut tetap tidak tercapai atau kalah dalam mengupayakannya.

Tentu dengan peribahasa di atas, kita mesti memiliki semangat dan nilai yang amat tinggi di mana kita tidak boleh menyerah meskipun peluang untuk berhasil sangat kecil. Selalu bersemangat dan positif dalam setiap perjalanan kehidupan meskipun banyak ujian dan cobaan. (Akhmad Mundzirul Awwal/PNJ)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya