Liputan6.com, Banjarnegara - Krisis mendorong seseorang berpikir kreatif. Begitu juga di masa pandemi virus corona. Banyak rumah sakit membutuhkan alat bantu pernapasan atau ventilator. Sayangnya alat yang tergolong mewah ini tak mudah didapat lantaran mahal.
Selain mahal, ketersediaannya juga terbatas. Seorang dokter di Banjarnegara, dr Agus Ujianto paham terdapat jurang antara supply and demand. Karenanya, ia pun berinovasi mengembangkan prototipe ventilator murah dengan memanfaatkan kipas angin bekas.
Agus adalah dokter spesialis bedah di Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara. Ia dan rekannya M Arif Ai Hidayat hanya butuh Rp5 juta untuk membuat alat bantu pernapasan alias ventilator yang harganya miliaran rupiah itu.
Advertisement
Baca Juga
Agus menjelaskan, ventilator merupakan mesin yang membantu memasukkan lebih banyak oksigen ke paru-paru dan mengeluarkan karbon dioksida. Alat ini membantu paru-paru tetap mengembang, sehingga kantung udara di paru-paru tidak mengempis.
"Hal ini karena paru-paru terjalin dengan pembuluh darah, kemudian ventilator membantu terjadi proses masuknya oksigen ke aliran darah,” tambahnya.
Ia mengambil dinamo dan alat pengatur kecepatan gerak rotasi pada kipas angin bekas untuk ventilator rakitannya. Kedua bagian itu dimanfaatkan sebagai penggerak pompa yang nantinya membantu memompa oksigen menuju paru-paru.
"Harga ventilator di atas Rp1 miliar, bahkan saat ini kesulitan impor,” dia menjelaskan.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Bersiap Patenkan Ventilator Murah
Sebelumnya mereka mempelajari teknologi di Jepang dan India. Setelah memahami prinsip kerjanya, mereka menyimpulkan ada elemen yang fungsinya bisa diganti kipas angin bekas yang dimodifikasi sedemikian rupa agar menyamai ritme pernapasan. Fungsinya pun sama dengan ventilator yang berharga miliaran rupiah itu.
M Arif Ali Hidayat mengatakan, hal paling sulit dalam proses pembuatan ventilator ekonomis ini adalah menyamakan ritme napas dengan ritme alat tersebut. Berkat keuletannya, alat buatannya memiliki ritme yang sama dengan ritme napas paru-paru.
Jika dihitung untuk biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan satu ventilator ini tidak sampai menghabiskan dana Rp5 juta. Bahkan jika alat motoriknya baru pun tidak sampai Rp10 juta.
"Saat ini masih apa adanya, namun secara prinsip kerja sudah oke,” kata Arif.
Ke depan ia berencana meningkatkan tampilan dengan memasang casing. Ia juga akan mematenkan karyanya agar tidak disalahgunakan.
Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat asal Banjarnegara, Lasmi Indaryani, mendukung penuh pengembangan temuan Agus dan Arif. Ia menyatakan siap memberikan fasilitas untuk pengembangan penelitian alat tersebut.
"Banyak hal positif, kreativitas, hemat biaya, dan bisa banyak membantu saudara kita yang membutuhkan," kata Lasmi.
Advertisement