Mengenal Sikerey, Dukun Sakti dari Mentawai

Sikerey bukan sebuah suku, bukan pula sebutan untuk orang Mentawai. Namun, ia adalah orang-orang terpilih yang dipercaya oleh masyarakat Mentawai sebagai dukun.

oleh Novia Harlina diperbarui 13 Mei 2020, 03:00 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2020, 03:00 WIB
Tugu Patung sikerey di Kabupaten Kepulain Mentawai.
Tugu Patung sikerey di Kabupaten Kepulain Mentawai. (Liputan6.com/ Novia Harlina)

Liputan6.com, Kepulauan Mentawai - Tanah Mentawai, Sumatera Barat tidak hanya menyimpan keindahan alam. Lebih dari itu, di daerah kepulauan tersebut ada sikerey, dukun sakti yang mampu mengobati segala rupa penyakit.

Sikerey bukan sebuah suku, bukan pula sebutan untuk orang Mentawai. Namun, ia adalah orang-orang terpilih yang dipercaya oleh masyarakat Mentawai sebagai dukun.

Dalam buku Masyarakat dan Kebudayaan Orang Mentawai yang ditulis Bambang Rudito dan Sunarseh, disebut dukun atau sikerey adalah ahli pengobatan, orang yang dapat berdialog dengan roh serta pemimpin upacara keagamaan.

Sikerey dapat melihat dunia roh, bercakap dan menguasai roh-roh yang ada, serta dapat melindungi orang dari roh jahat.

"Sikerey dipercaya oleh masyarakat sebagai orang yang datang dari alam supranatural atau disebut dunia ketsat," jelasnya dalam buku tersebut.

Ketika mendiagnosis pasiennya, sikerey memeragakan dengan dua cara. Cara pertama dengan 'pasiala' yakni tarian di mana sikerey melatakkan piring di lantai dan memegang seikat daun-daunan di tangan kanan dan lonceng di tangan kiri.

Lalu sikerey bernyanyi dan menari mengitari si sakit sambil melambaikan dedaunan ke tubuh pasien. Lalu dedauan disapukan ke tubuh si sakit berulang-ulang kemudian perlahan-lahan berjalan ke luar pintu.

"Gerakan itu seakan mengusir sesuatu dari dalam tubuh pasien ke luar rumah," tulis Bambang dan Sunarseh.

Sementara cara ke-2 ialah 'puleppet' yaitu upacara terhadap seseorang yang sakit, penyakitnya disebabkan oleh pelanggaran dalam larangan berhubungan seks.

Untuk penyakit sejenis ini sikerey menggunakan kelapa muda dan tumbuhan obat, kelapa muda diambil dari hutan pada sore hari. Campuran obat ini diminumkan kepada pasien.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Mitologi Sikerey

Dalam buku itu juga diceritakan mengenai mitologi tentang sikerey yang berawal dari adanya seorang pemuda yang bernama Sitakki Gagailau. Pemuda ini selalu tidak puas dengan ketampanannya.

Setiap hari ia selalu bersolek dan tidak mau pergi bekerja sehingga membuat ibunya marah, karena selalu dimarahi ibunya ia ingin pergi dari rumah.

Suatu ketika ia ikut dengan ibu ke ladang, dan sampai di ladang ditancapkan sebuah pisau miliknya di dekat ibunya. Tanpa sengaja ibunya menyentuh pisau tersebut dan mengakibatkan pisau itu patah sehingga dia marah dan berniat pergi dari rumah, tetapi dilarang sang ayah.

Pada suatu hari ia diajak oleh orang dusun untuk pergi berburu. Setelah selesai, ia menolak diajak pulang dan malah melompat ke pohon lalu berhelantungan seperti seekor bilou atau monyet.

Sitakki berpesan kepada orang yang berburu apabila sampai di dusun mereka diminta memukul tudukat dan akan dijawab olehnya.

Jawaban tersebut berarti dia telah berubah menjadi monyet. Kemudian ia menetap di hutan bersama bilou yang lain.

Penduduk langit melihat itu kemudian turun ke bumi dan mendekati bilou baru itu lalu menanyakan, kenapa ia mau menjadi bilou. Sitakki menjawab ia sebenarnya ingin menjadi orang tampan namun sudah terlanjur menjadi bilou.

Akhirnya penduduk langit mengajaknya pergi dari hutan itu untuk menjadi penduduk langit, sesampai di sana ia disihir menjadi manusia tampan kemudian dipesankan jika Sitakki kembali ke bumi diminta membuat punen kepada penduduk langit.

Hal ini dikarenakan semua penduduk bumi selama ini hanya mengadakan punen untuk roh-roh hutan saja.

Untuk itu, Sitakki meminta kesaktian agar penduduk bumi percaya kepadanya akan kekuatan-kekuatan yang ada di langit. Akhirnya Sitakki Gagailau dikirim kembali ke bumi.

Ia menjadi sikerey dengan segala kesaktiannya, yang dapat melihat roh-roh dan jiwa-jiwa serta dapat menyembuhkan orang sakit. 

"Cerita ini merupakan simbol pengabsahan dari peran seorang dukun atau perantara di Mentawai yang dianggap penting di sebuah dusun," demikian ditulis Bambang dan Sunarseh dalam bukunya Masyarakat & Kebudayaan Orang Mentawai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya