Waspada Hujan Es hingga Puting Beliung Pancaroba di Jabar dan Jateng

Masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan lebat disertai kilat atau petir, hujan es, dan bencana hidrometerologi lainnya

oleh Arie NugrahaMuhamad Ridlo diperbarui 24 Sep 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2020, 17:00 WIB
Ilustrasi - Hujan lebat disertai puting beliung di Wangon, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/BPBD BMS/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Hujan lebat disertai puting beliung di Wangon, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/BPBD BMS/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan pada bulan September 2020 wilayah Jawa Barat, masih mengalami periode peralihan musim (pancaroba) dari kemarau ke penghujan.

Untuk itu perlu diwaspadai potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang, angin puting beliung, bahkan fenomena hujan es pada masa pancaroba ini.

"Prospek cuaca tiga hari ke depan, masih berpotensi terjadinya hujan yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang pada sore hingga menjelang malam hari di wilayah Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Bandung Barat," ujar Kepala Stasiun Klimatologi Bogor Abdul Mutholib dalam keterangan resminya, ditulis di Bandung, Rabu, 23 September 2020.

Abdul Mutholib mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan lebat disertai kilat atau petir, hujan es, dan bencana hidrometerologi lainnya. Serta dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin.

Abdul Mutholib menuturkan cuaca ekstrem telah terjadi pada hari ini (23/09/2020) yakni hujan lebat disertai kilat atau petir, angin kencang dan dilaporkan terjadinya fenomena hujan es di sebagian wilayah Kabupaten dan Kota Bogor.

"Curah hujan intensitas tinggi tercatat 51 mm dalam periode kurang dari dua jam dari 16.00-17.30 WIB, dengan kecepatan angin maksimum 85 kilometer per jam teramati di Stasiun Klimatologi Bogor," ucap Abdul Mutholib.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Atmosfer Labil

Awan tebal didahului cuaca cerah di langit Cingebul Kecamatan Lumbir, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Awan tebal didahului cuaca cerah di langit Cingebul Kecamatan Lumbir, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Abdul Mutholib menerangkan cuaca ekstrem ini dipicu oleh kondisi atmosfer yang labil yakni proses konvektif yang signifikan didukung oleh faktor lokal yang kuat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah di Jawa Barat, di antaranya Bogor.

Berdasarkan citra satelit, terpantau terjadinya penurunan suhu puncak awan signifikan mulai pukul 16.45 - 10.45 WIB, dengan suhu terendah -72.4 derajat Celcius pada jam 10.24 WIB yang menandakan terjadinya potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat periode tersebut.

"Berdasarkan laporan BPBD, akibat cuaca ekstrem tersebut berdampak terjadinya pohon tumbang yang menutup ruas jalan yakni di Jalan Abdullah Bin Nuh Bogor tengah, robohnya salah satu alat pengamatan cuaca di Stasiun Klimatologi Bogor," tutur Abdul Mutholib.

Adanya kejadian tersebut, BMKG telah mengeluarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem skala waktu tiga jam-an untuk wilayah Jabodetabek sebelum terjadinya cuaca ekstrem pada tanggal 23 September 2020 sebanyak dua kali mulai dari pukul1 14.00 - 19.50 WIB.

Pancaroba Banyumas dan Cilacap

Di Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas dan Cilacap baru memasuki periode musim transisi atau pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan, meski di beberapa wilayah turun hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi awal pekan dasarian ketiga September 2020 ini.

Prakirawan Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan Hujan yang saat ini terjadi dipicu oleh beberapa hal. Antara lain kondisi atmosfer yang labil, adanya fenomena gelombang Rossby ekuatorial, dan adanya daerah pertemuan angin (konvergensi).

“Kombinasi dari ketiga fenomena atmosfer diatas ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan dan hujan,” kata Rendy.

Pada awal-awal musim transisi ini Cilacap diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Curah hujan pada tanggal Selasa (22/9) yang diperoleh dari beberapa pos pengamatan hujan yakni, Cilacap kota 49 mm, Jeruk Legi 40 mm, Adipala 50 mm, Maos 27 mm, Nusawungu 10 mm, Gandrungmangu 13 mm, Sidareja 9 mm, Kedungreja 5 mm.

“Secara umum akumulasi jumlah curah hujan maksimum masih dibawah 50 mm sehingga masih dalam kategori hujan ringan hingga sedang,” ujarnya.

Prediksi awal musim penghujan di Cilacap pada umumnya antara Oktober Dasarian I untuk wilayah Cilacap Bagian Selatan, serta Oktober Dasarian II untuk sebagian besar wilayah Cilacap. Sifat hujan musim penghujan diprakirakan antara Normal hingga di Atas Normal. Rendy juga memperingatkan potensi cuaca ekstrem yang mungkin terjadi pada masa pancaroba ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya