Kisah Hidup Pasutri di NTT, Hidup Beralas Tanah Akibat Covid-19

Pasangan suami istri ini mempunyai dua orang anak. Adrianus bekerja sebagai tukang bangunan namun tujuh bulan terakhir sepi pekerjaan. Sejumlah kontrak pekerjaan membangun rumah pun dibatalkan.

oleh Ola Keda diperbarui 03 Okt 2020, 05:00 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2020, 05:00 WIB
Dampak Covid-19
Foto: Adrianus Klakik saat menerima bantuan beras jatah dari anggota polisi, Bripka Endy Boko (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Mewabahnya covid-19 membuat semua orang kesulitan dalam berbagai segi kehidupan, terutama perekonomian. Hal ini juga dirasakan Adrianus Klakik dan Marince Nifu.

Pasangan suami istri ini mempunyai dua orang anak. Adrianus bekerja sebagai tukang bangunan namun tujuh bulan terakhir sepi pekerjaan. Sejumlah kontrak pekerjaan membangun rumah pun dibatalkan. Ia bahkan tidak sungkan menawarkan jasanya saat melihat ada yang membangun rumah.

"Saya kerja serabutan asal mendapatkan uang untuk membiayai hidup dan kebutuhan keluarga saya," ujarnya kepada wartawan, Jumat (2/10/2020).

Sejak Covid-19 di NTT mengganas, Adrianus yang hanya tamat SMP ini tinggal di lahan kosong milik kerabatnya. Mereka hanya membangun gubuk sederhana beratapkan seng bekas. Ia memanfaatkan tripleks bekas dari tempat kerja sebagai dinding, sedangkan lantai dibiarkan beralas tanah.

Untuk kebutuhan listrik dan air bersih, Adrianus menumpang dari rumah tetangga. Untuk menampung air, ia memanfaatkan terpal bekas sebagai bak darurat, sedangkan kamar mandi dan toilet hanya ditutupi empat lembar seng sebagai dinding dan tanpa atap.

Ia mengaku benar-benar kesulitan mendapatkan biaya untuk kehidupan keluarganya. Bahkan rumah tangganya tidak pernah mendapatkan bantuan apa pun dari pemerintah karena belum mempunyai kartu keluarga dan kartu tanda penduduk walau telah menetap sebagai warga Kota Kupang sejak 2008 silam.

Melihat kondisi kehidupan keluarga Adrianus, seorang anggota polisi bernama Bripka Endy Boko tergerak hatinya untuk membantu. Anggota Bhabinkamtibmas Kelurahan Fatukoa ini pun menyisihkan beras jatahnya dari kantor untuk diberikan Adrianus Klakik dan keluarganya.

Peristiwa penting yang tidak bisa dilupakan Adrianus Klakik sekeluarga terjadi pada Selasa (29/9) malam. Saat itu, Adrianus Klakik pulang tanpa membawa uang karena tidak mendapatkan pekerjaaan. Sedangkan di rumah, sang istri Marince Nifu gelisah karena ketiadaan beras sementara kedua anak mereka menangis kelaparan.

Marince Nifu pun berusaha mencari jalan keluar, tetapi semuanya buntu. Ia makin sedih saat suaminya pulang tanpa membawa uang, maupun beras. Adrianus coba mengecek celengan yang masih tersisa uang receh sebesar Rp18.000.

Adrianus pun ke warung untuk membeli dua kilogram beras. Dalam perjalanan ke warung, secara kebetulan Bripka Endy Boko datang mengantar beras jatah bulanan untuk disumbangkan kepada Adrianus sekeluarga.

"Saat itu saya benar-benar terharu karena terbantu," ujar Adrianus.

Bripka Endy Boko sendiri mengaku tergerak membantu Adrianus karena prihatin akan kehidupan mereka yang belum tersentuh bantuan.

"Saya prihatin dan bantuan yang sedikit kiranya bisa membantu mereka yang membutuhkan," jelasnya.

Bantuan beras dari jatah kantor ini akan rutin diberikan. Sang istri pun mendukung penuh langkah yang dilakukan Bripka Endy Boko, karena masih banyak masyarakat yang benar-benar terdampak covid-19.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya