Hikayat Pesantren Durian di Pegunungan Cilacap

Seluas mata memandang, hamparan kebun durian menyejukkan mata. Terlebih, ada pula bidang kebun yang duriannya telah berumur enam tahun dan sudah mulai berbuah

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 06 Jan 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2021, 06:00 WIB
Penampakan durian bawor khas Alasmalang, Banyumas. Berdaging tebal, manis, legit dan beraroma kuat. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Penampakan durian bawor khas Alasmalang, Banyumas. Berdaging tebal, manis, legit dan beraroma kuat. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Sejumlah siswa SMK Komputama Pesahangan, Cimanggu, Cilacap, Jawa Tengah yang juga santri di Pondok Pesantren El Muslim tampak tekun menyimak penjelasan sang tutor alias guru pembimbing. Di depan mereka, ada pohon durian berumur kurang lebih satu tahun.

Hari itu, mereka belajar teknik prunning atau pemangkasan tanaman durian berumur kurang dari satu tahun. Mereka juga belajar perawatan, demi produktivitas yang tinggi saat si durian telah berbuah.

Di tempat yang sama, santri juga belajar merawat pandan. Tanaman penting untuk masyarakat Pesahangan dan sekitarnya yang mayoritas berprofesi sebagai perajin tikar.

Seluas mata memandang, hamparan kebun durian menyejukkan mata. Terlebih, ada pula bidang kebun yang duriannya telah berumur enam tahun dan sudah mulai berbuah. Di lokasi yang sama, ada sekitar enam hektare kebun durian.

“Pesantren El Muslim adalah pesantren berbasis pertanian buah-buahan, terutama durian,” kata Kepala SMK Pesahangan, Ika Fatmawati, S.Pd.

Sebagian besar warga di pegunungan adalah petani. Karenanya, yang perlu didorong adalah bagaimana agar sektor pertanian itu benar-benar bisa menjadi tumpuan masa depan petani.

Harapan berada di generasi mudanya, yakni siswa dan santri. Mereka belajar komoditas pertanian yang bernilai tinggi dan memiliki pangsa pasar luas. Dan unggulannya adalah durian.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

SMK Berbasis Pesantren

Gedung SMK Pesahangan, Cimanggu, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Gedung SMK Pesahangan, Cimanggu, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Salah satu siswa yang belajar di SMK Komputama Pesahangan adalah Leni Sulistiani. Dia adalah siswa jurusan TKJ, yang juga tertarik dengan budidaya berbagai tanaman pertanian.

Dia merasa nyaman belajar di SMK Pesahangan justru karena jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Di sekolah ini, ia merasa lebih bisa berkonsentrasi. Ia juga mengaji di ponpes El Muslim.

“Saya senang karena punya banyak teman. Kami memang jauh dari kota, tapi dengan keberadaan teknologi, kami bisa belajar dengan nyaman,” ucap Leni.

Usai sekolah, Leni kerap ke kebun untuk belajar teknik perawatan durian. Beragam durian ada di kebun yang dikelola oleh oleh pesantren. Di antaranya, Bawor, Musangking dan Montong.

Selepas praktik di kebun, sore dan malam harinya Leni mengaji di Ponpes El Muslim yang berada satu kompleks dengan SMK Komputama Pesahangan. Ia hafalan Jus Amma, bacaan salat, memperdalam tajwid, serta belajar doa dan hadist.

Siswa dan santri yang hendak belajar pertanian bebas pungutan biaya alias gratis. Bahkan, siswa berprestasi bisa gratis bersekolah di SMK Komputama Pesahangan, sekaligus gratis mondok.

“Yang pertama adalah mendekatkan pendidikan ke masyarakat pedesaan. Siswa berprestasi bersekolah dan mondok gratis,” kata pengasuh Ponpes El Muslim sekaligus Ketua Yayasan Nurjalin, KH DR Fathul Aminudin Aziz.

Durian dipilih sebagai komoditas unggulan lantaran kini semakin semakin banyak digandrungi. Banyak pula jenis durian jenis unggul yang perlu diperkenalkan kepada siswa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya