Pandemi Covid-19, Biji Mete Asal Sultra Tetap Jadi Primadona Dunia

Ekspor perdana pada tahun 2021, Sulawesi Tenggara memasok 48 ton biji mete menuju Vietnam.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 19 Jan 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2021, 20:00 WIB
Ekspor biji mete perdana di Sulawesi Tenggara pada tahun 2021, menuju Vietnam.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Ekspor biji mete perdana di Sulawesi Tenggara pada tahun 2021, menuju Vietnam.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kendari - Balai Karantina Pertanian Kendari memfasilitasi pelepasan ekspor 48 ton biji mete asal Provinsi Sulawesi Tenggara menuju Vietnam. Negara ini, menjadi tujuan ekspor pertama Sultra awal 2021.

Balai Karantina Pertanian Kendari, melepas komoditas bernama latin Anacardium occidentale, dengan nilai perdagangan sekitar Rp 939 juta. Pemberangkatan melalui Pelabuhan New Port Kendari, pelabuhan resmi ekspor dan impor komoditas asal Sultra.

"Kami selaku otoritas karantina memfasilitasi ekspor dengan memastikan biji mete telah memenuhi persyaratan teknis," kata N Prayatno Ginting, Kepala Karantina Pertanian Kendari sesaat setelah lakukan penyerahan sertifikat karantina atau Phytosanitary Certificate (PC) di Kendari, Jumat (15/1/2021).

Prayatno Ginting menyatakan, ekspor mete perdana Sulawesi Tenggara ini, berdasarkan kerja sama Pemda Buton Utara dan pengusahanya. Kabupaten ini, merupakan salah satu lokasi penghasil biji mete terbesar di Indonesia bagian timur.

Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi turut hadir dan memberikan dukungan saat pelepasan ekspor perdana. Ali mazi menyebutkan, selain biji mete, Sultra juga memiliki komoditas lain yang tak kalah penting. Antara lain kopra, kakao, beras, cengkeh, jagung, lada, kemiri, dan sarang burung walet.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Potensi dan Peluang Biji Mete

Ekspor biji mete perdana di Sulawesi Tenggara pada tahun 2021, menuju Vietnam.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Ekspor biji mete perdana di Sulawesi Tenggara pada tahun 2021, menuju Vietnam.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan, Junaidi juga hadir dalam ekspor perdana itu. Dia menyebutkan, potensi ekspor komoditas asal sub sektor perkebunan di Sultra sangat besar.

Dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Barantan secara nasional tercatat adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 2020 tercatat ekspor Indonesia mencapai 288,3 ribu ton atau meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding tahun 2019 yang hanya 141,7 ribu ton saja.

Dia menyebut, biji mete asal Indonesia telah menjadi langganan di enam negara tujuan. Keenamnya yakni, Vietnam, India, Srilanka, Kamboja, Jerman dan Republik Ceko.

Untuk data lalu lintas ekspor biji mete di Sultra, Kepala Karantina Pertanian Kendari N Prayatno Ginting menyebutkan, ekspor biji mete di wilayah kerjanya tercatat rutin dikirim ke negara India dan Vietnam dalam dua tahun terakhir.

Pada tahun 2020, volume ekspor biji mete mencapai 103,7 ton dengan nilai perdagangan mencapai Rp15,5 miliar.

"Angka ekspor biji mete Sultra sebesar 0,6% dari total perdagangan domestik biji mete Sultra," kata Prayatno.

Dikatakan Prayatno lagi, pihaknya mencatat volume biji mete yang dilalulintaskan ke Makassar maupun ke Surabaya di tahun 2020 mencapai 15,6 ribu ton dengan total nilai Rp 80,13 miliar. Selain Kabupaten Buton Utara, terdapat kabupaten lainnya di Sultra yang memiliki potensi ekspor biji mete.

"Penghasil mete di Sultra hampir seluruh kabupaten, khususnya jazirah Muna dan Buton, harapannya juga bisa diekspor. Dengan gerakan tiga kali ekspor pertanian yang digagas Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo) kami siap untuk memfasilitasi petani biji mete untuk menangkap pasar ekspor yang lebih besar lagi," jelas Prayatno.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya