Lebih dari 200 Tahun di Negeri Orang, Kapan Prasasti Sangguran alias Batu Minto Kembali ke Indonesia?

Batu Minto lekat dengan cerita kutukan pada orang-orang yang terlibat dalam pemindahannya dari Malang ke Skotlandia.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 19 Apr 2025, 20:31 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2025, 20:25 WIB
Penampakan Prasasti Sangguran atau Minto Stone atau Batu Minto di pekarangan keluarga Lord Minto di Roxburghshire, Skotlandia, Selasa (29/8/2023).
Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai, saat mengunjungi Prasasti Sangguran atau Minto Stone atau Batu Minto di pekarangan keluarga Lord Minto di Roxburghshire, Skotlandia, Selasa (29/8/2023). (Dok. Humas Jatim)... Selengkapnya

Liputan6.com, Edinburgh - Di Roxburghshire, Skotlandia, terdapat sebuah batu kuno yang seharusnya tidak pernah meninggalkan tanah Jawa: Prasasti Sangguran atau Minto Stone atau Batu Minto.

Prasasti Sangguran sampai ke Roxburghshire melalui peran Stamford Raffles, yang menjabat sebagai Letnan Gubernur (Lieutenant-Governor) Jawa pada 1811-1816.

Dengan bantuan kolonel bernama Colin Mackenzie, Raffles mengambil Prasasti Sangguran dari wilayah yang dikenal sebagai Malang, Jawa Timur, saat ini untuk kemudian diberikan kepada Lord Minto pertama: Gilbert Elliot-Murray-Kynynmound. Dia ingin berterima kasih kepada Minto karena telah memimpin invasi ke Jawa-tindakan yang membuka jalan baginya untuk menduduki posisi bergengsi sebagai penguasa Jawa.

Menurut situs sejarah lokal Inggris rth.org.uk, Prasasti Sangguran dipindahkan ke tanah keluarga Minto di Roxburghshire pada tahun 1812 dan tetap berada di sana hingga kini.

"Sejak tahun 2004, keluarga Minto (melalui perwalian keluarganya) terlibat dalam upaya mengembalikan Batu Minto—yang beratnya 3 ton dan tingginya sekitar 1,8 meter—ke Jawa," ungkap situs tersebut.

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat seperti dikutip dari laman mpr.go.id mengatakan pada September 2023 bahwa Prasasti Sangguran adalah salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno (Abad ke-8) yang ditemukan di Ngandat, yang sekarang menjadi Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Malang, Jawa Timur.

Secara umum, menurut dia, catatan pada prasasti ini menceritakan penetapan Desa Sangguran sebagai daerah perdikan (sima), terkait hak kebebasan tanah tanpa pajak atau daerah merdeka dan juga memuat berbagai catatan yang mengungkap aspek sejarah serta sosial budaya masyarakat pada masa Mataram Kuno yang telah bergeser ke Jawa bagian timur.

Mengutip Free Malaysia Today, Prasasti Sangguran berhuruf Jawa Kuno (Kawi) memuat kutukan mengerikan bagi siapapun yang berani memindahkannya. Kutukan yang disebut antara lain perut terkoyak, dimakan harimau, disambar petir, dicabik raksasa, mati tenggelam, jasad terserak keempat penjuru angin, dan terlahir kembali sebagai orang gila.

Nasib tragis orang-orang yang terlibat pemindahan Prasasti Sangguran dihubungkan dengan kutukan ini: Lord Minto tidak pernah melihat batu itu di Skotlandia karena dia meninggal tidak lama setelah pensiun dari India; bupati yang mengizinkan pemindahan Batu Minto disebut meninggal secara tidak wajar; dan Raffles sendiri mengalami banyak kemalangan dalam hidupnya, termasuk kematian empat anaknya karena penyakit tropis.

 

 

Upaya Pemprov Jatim

Dalam kunjungan kerjanya ke Inggris Raya pada Agustus 2023, Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa turut mengupayakan repatriasi atau pemulangan Prasasti Sangguran.

"Repatriasi Prasasti Sangguran ini telah dilakukan sejak 2004, namun sampai sekarang belum terwujud. Untuk itu secara khusus saya menugaskan Pj. wali kota Batu (saat itu) untuk mengomunikasikan ulang karena hingga saat ini Prasasti Sangguran masih berada di pekarangan keluarga Lord Minto di Roxburghshire, Skotlandia," ungkap Khofifah di sela kunjungan kerjanya di Inggris, Selasa (29/8/2023), seperti dikutip dari situs Dinas Kominfo Provinsi Jatim.

Sebagai wujud nyata upaya tersebut, Khofifah memerintahkan kepala Dinas Pendidikan Jatim yang juga Pj wali kota Batu saat itu untuk mengunjungi secara langsung keluarga Lord Minto sekaligus melihat tempat Prasasti Sangguran di Skotlandia.

"Semula prasasti ini ditemukan di Ngandat, daerah Malang, Daerah Ngandat sekarang menjadi Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur. Jadi, saya minta pak Pj. wali kota Batu untuk mengecek langsung sekaligus mengupayakan terkait langkah repatriasi," tutur Khofifah.

Lebih lanjut, Khofifah menjelaskan, "Prasasti ini adalah sumber informasi penting bagi kita semua masyarakat Indonesia khususnya di Jawa Timur. Karena, di sini tertuang sejarah perpindahan Ibu Kota Mataram Kuno ke Jawa Timur."

Pj wali kota Batu saat itu Aries Agung Paewai mengatakan pihaknya sudah bertemu keturunan Lord Minto.

"Prasasti itu berdiri gagah menghadap pemandangan perbukitan yang merupakan perbatasan Skotlandia dan Inggris. Kondisinya juga terpreservasi dengan baik," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya