Dari Operasi Tinombala ke Madago Raya, Pengejaran Teroris di Lemban Tongoa Tak Kunjung Usai

Operasi pengejaran kelompok teroris MIT di Sulawesi Tengah kembali berganti nama. Sementara, warga di Desa Lemban Tongoa, tempat penyerangan terakhir kelompok tersebut mengaku belum bebas beraktivitas lantaran operasi itu belum berhasil menangkap para teroris.

oleh Heri Susanto diperbarui 17 Feb 2021, 04:00 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2021, 04:00 WIB
personel Brimob berjaga di desa Lemban Tongoa
Personel Brimob berjaga di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi sejak serangan kelompok MIT di desa tersebut pada akhir NOvember, 2020. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Liputan6.com, Palu - Operasi pengejaran kelompok MIT di Sulawesi Tengah kembali berganti nama. Sementara warga di Desa Lemban Tongoa, tempat penyerangan terakhir kelompok tersebut mengaku belum bebas beraktivitas lantaran operasi itu belum berhasil menangkap para teroris.

Sejak 1 Januari 2021, operasi pengejaran kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) telah berganti nama dari Operasi Tinombala menjadi Operasi Madago Raya. Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Pol Didik Supranoto, menjelaskan, pergantian nama itu menyesuaikan dengan pola operasi yang juga mengedepankan pendekatan kemanusiaan.

"Intinya nama 'Madago Raya' berarti baik hati. Mulai 1 Januari kita berlakukan," Kombes Pol Didik Supranoto menjelaskan, Rabu (10/2/2021).

Gonta-ganti nama operasi memburu kelompok sipil bersenjata di Poso bukan yang pertama dilakukan aparat. Sebelumnya, operasi itu bernama Camar Maleo I hingga IV yang berakhir di tahun 2015. Operasi ini kemudian diperpanjang dengan pergantian nama menjadi Operasi Tinombala hingga berakhir di tahun 2020 yang berganti menjadi operasi Madago Raya pada Januari 2021 lalu.

Data Polda Sulteng yang dirilis akhir tahun 2019 operasi personel gabungan itu telah melibatkan sebanyak 600 personel. Operasi itu kembali mendapat tambahan ratusan personel termasuk pasukan elit TNI menyusul serangan kelompok yang berafiliasi dengan ISIS tersebut terhadap warga di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi pada akhir bulan November 2020.

Didik menegaskan personel gabungan masih menjalankan operasi pengejaran terhadap kelompok MIT yang bertanggung jawab atas aksi teror yang menewaskan 4 warga Desa Lemban Tongoa, Sigi itu.

"Sampai saat ini anggota MIT yang masuk DPO aparat sebanyak 11 orang," Didik mengungkapkan.

Simak video pilihan berikut ini:

Ketakutan Masih Dirasakan Warga Desa Lemban Tongoa

pembangunan hunian warga di Dusun Lewono, Desa Lemban Tongoa, Sigi
Pembangunan kembali hunian warga di Dusun Lewono, Desa Lemban Tongoa, Sigi yang sebelumnya dirusak kelompok MIT pada Akhir November, 2020. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, tempat terjadinya serangan MIT yang menewaskan 4 orang pada akhir November 2020, pembuktian operasi melawan kelompok teroris pimpinan Ali Kalora tersebut masih dinantikan warga.

Kepala desa setempat, Deki Basalulu mengatakan kendatipun personel gabungan masih berjaga di sejumlah titik di desa itu, warganya masih takut beraktivitas selama para pelaku penyerangan sadis itu belum tertangkap.

"Di Dusun Lewono, tempat serangan MIT belum ada warga yang mau kembali menetap di sana sebelum para pelaku tertangkap. Ada 13 kepala keluarga yang pindah dari sana," Kades Lemban Tongoa, Deki Basalulu, mengungkapkan melalui telepon, Selasa (16/2/2020).

Dia menambahkan, sampai saat ini warganya yang mayoritas adalah petani masih dikawal aparat saat hendak beraktivitas di kebun lantaran masih menyimpan takut.

Oleh karena itu, Deki meminta agar aparat segera menyelesaikan operasi pengejaran itu untuk mengembalikan rasa aman seutuhnya bagi warga khususnya di desanya.

"Intinya kami minta para pelaku segera ditangkap. Operasi di desa kami sudah sejak akhir November 2020," Deki mengharapkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya