Liputan6.com, Jambi - Sepuluh ketek (perahu bermesin) bersandar di dermaga kubus apung di pinggir Danau Sipin Kota Jambi. Jejeran ketek milik penggiat wisata danau itu telah siap mengangkut puluhan kotak dan ember berisi ikan yang akan dilepasliarkan ke danau.
Puluhan umat Buddha dari berbagai jemaat wihara satu persatu mulai menaiki ketek bersama ikan-ikan yang akan dilepasliarkan. Mereka mengikuti ritual Fangsheng untuk memperingati Hari Tri Suci Waisak 2565 BE yang jatuh pada hari Rabu (26/5/2021).
"Hari ini adalah hari yang spesial, karena tradisi Fangsheng dirangkai dengan peringatan hari jadi Kota Jambi yang ke-620," kata Wali Kota Jambi Syarif Fasha sebelum mengikuti prosesi pelepasliaran makhluk hidup itu.
Advertisement
Setelah semua umat Buddha naik di atas perahu, para pengemudi perahu ketek itu pun mulai bergegas melepas tambatan tali, lalu menghidupkan mesin.
Deru mesin ketek bersahutan saling bersahutan. Perahu ketek dengan berbagai kreasi warna yang membawa puluhan umat Buddha dan kotak yang berisi ikan itu melaju ke arah barat. Perahu ketek saling berpencar.
Menariknya ada perahu wisata yang diberi merek "Perahu Adam" juga ikut mengangkut rombongan umat Buddha dalam ritual tersebut. Total ada 10 wihara yang tersebar di Kota Jambi yang mengikuti prosesi Fangsheng itu.
Berbagai jenis ikan seperti gabus, lele, dan kura-kura dibawa ke tengah danau. Sebelum dilepasliarkan, umat Buddha terlebih dulu merapal doa. Lamat-lamat rapalan doa terdengar di antara deru mesin ketek.
Ikan-ikan dengan berbagai jenis ukuran itu berenang bebas setelah dilepasliarkan. Ikan yang lepaskan itu adalah ikan yang sengaja dibeli dari pasar, agar ikan tersebut dapat bebas kembali menikmati hidup di alam liar. Total disebut, prosesi ini melepaskan satu ton ikan.
"Ikan-ikan yang dilepas tadi kita beli dari pasar, ini kita lakukan supaya dapat memberi tambahan waktu agar memperoleh kehidupan di alam," kata Ketua Perkumpulan Umat Buddha Jambi Rudy Zhang.
Simak video pilihan berikut ini:
Filosofi Fangsheng
Rudy Zhang mengatakan, ritual Fangsheng merupakan pelepasan makhluk hidup jenis ikan berdasarkan ajaran Buddha. Semua makhluk hidup pasti tidak ingin menderita dan mengalami kesakitan.
Fangsheng sendiri merupakan sebuah praktik abhaya dana (pemberian rasa aman), yakni dengan melepas makhluk hidup ke habitatnya di alam liar. Hal itu supaya mereka dapat menikmati hidup bebas di alam asalnya dan berbahagia.
Dalam kepercayaan Buddis, jika melepas satwa hidup di alam liar, mereka nantinya akan menerima karma baik berupa umur panjang dan kesehatan.
"Semoga ikan-ikan tadi berkembang biak memiliki di alam dengan baik dan terbebas dari penderitaan," ujar Rudy.
Sementara itu, Wali Kota Jambi Syarif Fasha mengaku perayaan Waisak ini menjadi momentum untuk memperkuat kerukunan antarumat beragama. Tumbuh dan berkembangnya Kota Jambi menurutnya, tidak bisa dilepaskan dari kehadiran keragaman umat.
Dalam proses Fangsheng kali ini kata Fasha, menjadi momen spesial. Selain bertepatan dengan Waisak dan dirangkai dengan hari jadi Kota Jambi, momen ini diharapkan bisa memberi manfaat bagi keberlangsungan masyarakat di sekitar danau.
"Semoga ikan-ikan tadi bisa membawa kebermanfaatan bagi masyarakat sekitar," kata Fasha.
Advertisement