Puncak Musim Kemarau Juni-Agustus 2025, Waspada Kekeringan

BMKG memprediksi puncak musim kemarau 2025 terjadi Juni-Agustus, imbau masyarakat dan sektor terkait waspada potensi kekeringan dan kebakaran hutan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono Diperbarui 14 Apr 2025, 16:00 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2025, 16:00 WIB
Bendungan di Tunisia yang Kering
Tanah di dasar bendungan El-Haouareb mengalami retak-retak akibat kekeringan di dekat Kairouan, sekitar 160 km selatan Tunis, Tunisia, 13 Juli 2017. Wilayah ini mengalami kekeringan parah yang disebabkan oleh kemarau berkepanjangan. (FETHI BELAID/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini terkait musim kemarau 2025. Prediksi menunjukkan puncaknya akan terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus 2025. Peringatan ini dikeluarkan setelah analisia data iklim dan cuaca, mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi musim kemarau di Indonesia. Kondisi ini membutuhkan antisipasi dini dari berbagai sektor untuk meminimalisir dampak buruknya bagi masyarakat dan perekonomian nasional.

Musim kemarau diprediksi dimulai Mei 2025 di berbagai wilayah Indonesia. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya kesiapsiagaan. Peringatan dini bertujuan agar masyarakat dan berbagai sektor dapat melakukan langkah-langkah antisipatif, mulai dari pengelolaan sumber daya air hingga pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

"Puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus 2025," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam pernyataan dikutip dari laman BMKG.

BMKG mengimbau seluruh masyarakat dan sektor terkait untuk melakukan antisipasi dini. Wilayah-wilayah tertentu diprediksi akan mengalami musim kemarau yang lebih kering dari biasanya, sehingga membutuhkan kesiapan ekstra. Persiapan ini penting untuk mengurangi dampak negatif musim kemarau terhadap kehidupan masyarakat dan perekonomian Indonesia. Analisis BMKG menunjukkan potensi peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di Sumatera dan Kalimantan.

Analisis BMKG: Puncak Kemarau Juni-Agustus

BMKG telah merilis analisis detail mengenai musim kemarau 2025. Prediksi menunjukkan puncak musim kemarau akan terjadi pada Juni hingga Agustus 2025. Meskipun sebagian besar wilayah diprediksi mengalami musim kemarau normal, beberapa daerah perlu mewaspadai potensi kekeringan yang lebih parah dari biasanya. BMKG juga memprediksi potensi peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di Sumatera dan Kalimantan.

Prediksi ini berdasarkan analisis data iklim dan cuaca terkini, mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi musim kemarau di Indonesia. BMKG menekankan pentingnya antisipasi dini untuk meminimalisir dampak buruk.

"Puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus 2025," tegas Dwikorita.

BMKG juga memprediksi musim kemarau akan dimulai pada Mei 2025 di berbagai wilayah Indonesia. Wilayah-wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan lebih parah perlu mempersiapkan diri secara khusus. Pentingnya koordinasi antar sektor untuk menghadapi musim kemarau ini juga ditekankan oleh BMKG.

Masyarakat diimbau untuk menghemat penggunaan air dan waspada terhadap potensi kebakaran. Pemerintah daerah juga diharapkan untuk menyiapkan langkah-langkah mitigasi bencana kekeringan. Kerja sama dan kesiapsiagaan semua pihak sangat penting untuk meminimalisir dampak negatif musim kemarau.

Waspada Karhutla di Sumatera dan Kalimantan

BMKG memprediksi potensi peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera dan Kalimantan selama musim kemarau 2025. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus mengingat dampak karhutla yang sangat luas, mulai dari kerusakan lingkungan hingga gangguan kesehatan masyarakat. Pencegahan dan penanggulangan karhutla harus menjadi prioritas utama.

Langkah-langkah antisipatif perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya karhutla. Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan pembakaran lahan. Pemerintah juga perlu memperkuat pengawasan dan penegakan hukum terkait pembakaran lahan. Kesadaran masyarakat dan penegakan hukum yang tegas sangat penting untuk mencegah karhutla.

Selain itu, kesiapan tim pemadam kebakaran dan peralatan yang memadai juga sangat penting. Koordinasi antar lembaga terkait juga diperlukan untuk memastikan penanggulangan karhutla yang efektif. Dengan persiapan yang matang, diharapkan dampak karhutla dapat diminimalisir.

BMKG juga menyarankan agar masyarakat dan pemerintah daerah meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana lain yang mungkin terjadi akibat musim kemarau. Kerja sama yang baik antar instansi pemerintah dan masyarakat sangat penting untuk menghadapi musim kemarau 2025.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya