Liputan6.com, Bandung Selama pandemi Covid-19, kebutuhan masyarakat terhadap masker terutama sekali pakai meningkat tajam. Alhasil, limbah medis meningkat secara variasi terjadi penambahan jenis sampah baru, yaitu limbah medis seperti masker.
Baca Juga
Advertisement
Guna terjadinya penumpukan, maka untuk mengelola sampah Kota Bandung memiliki program Kang Pisman. Sebuah program yang bersifat Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan.
Kepala Bidang Kebersihan pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung Sopyan Hernadi mengatakan, terkait limbah medis pihaknya membagi dalam dua model. Pertama, sampah yang sifatnya klinis dari rumah sakit, dan pengelolaannya dilakukan secara mandiri oleh mereka.
Kedua yaitu limbah medis seperti masker yang berasal dari rumah-rumah.
"Itu kita lakukan sosialisasi dalam pengemasannya. Jadi masker bekas digunting, dibungkus dengan plastik dan disatukan dengan sampah jenis rumah tangga lainnya," kata Sopyan dalam kegiatan Bandung Menjawab, Selasa (7/9/2021).
Di sisi lain, Sopyan menjelaskan hadirnya kawasan bebas sampah (KBS) di Kota Bandung. KBS disebut telah mampu mengurangi pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Hal itu telah terbukti di Kelurahan Sukamiskin dan Kelurahan Cihaurgeulis.
Di sana, penanganan sampah betul-betul diatasi mulai dari hulu hingga ke hilir. Sebelum diangkut untuk diolah, terlebih dulu warga sudah memilah sampah rumah tangga.
"Rata-rata pengurangan sampah yang dibuang ke TPS itu di atas 30 persen, ini menunjukan bahwa kalau kita kawal pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga sampai ke TPS itu bisa mengurangi pembuangan sampah ke TPA," ujarnya.
Sopyan mengungkapkan, total pengurangan sampah yang dibuang ke TPA dari kelurahan Cihaurgeulis periode Januari-Juni 2021 sebesar 136.430 Kg. Sementara total pengurangan sampah dari kelurahan Sukamiskin periode Januari-Juni 2021 sebesar 256.067 Kg.
Dengan begitu, Sopyan optimis jika kawasan bebas sampah diterapkan di semua kelurahan maka akan mengurangi jumlah pembuangan sampah ke TPA.
Perlu diketahui, saat ini jumlah sampah yang dibuang ke TPA masih cukup besar, yaitu rata-rata 1300 ton per hari, dari jumlah total timbulan sampah 1.600 ton.
"Seandainya ini diterapkan di semua kelurahan, maka target kita untuk pengurangan sampah ke TPA mencapai 30 persen saya rasa bisa tercapai. Saat ini lebih dari 100 RW sudah kita lakukan pendampingan dan penerapan kawasan bebas sampah," kata Sopyan.
Â
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini
Pilah Sampah Hasilkan Nilai Ekonomi
Dalam hal penanganan sampah, kata Sopyan, jika masyarakat betul-betul memahami cara memilah sampah dengan baik, mereka akan merasakan manfaat dan nilai ekonomis.
"Kita buktikan, ada kawasan pengolahan sampah mandiri di RW 08 Sarijadi. Kita set program sudah 2 bulan, dan akhirnya mereka tahu kalau dari sampah ini bisa bermanfaat," tuturnya.
Sebagai contoh, Sopyan mengatakan, sampah anorganik yang dikumpulkan oleh petugas sampah, bisa ditabung dalam seminggu Rp200 ribu hanya dari sampah. Dan sampah organik yang bau itu mereka olah jadi kompos tanaman dan dimanfaatkan untuk Buruan SAE
Dengan memilah sampah, kata Sopyan, masyarakat maupun lembaga bisa mengurangi bahkan tak perlu lagi membayar biaya angkut sampah.
"Jadi yang selama ini mereka bayar untuk angkut sampah bisa dipakai untuk olah sampah," ucapnya.
Advertisement