Liputan6.com, Bandung - Kisah pilu dialami lanjut usia (lansia) bernama Uun, warga Tubagus Ismail III RT 01/07, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat. Di usianya yang sudah senja, Bu Uun terpaksa tinggal di rumah tidak layak huni (RTLH).
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan pantauan Liputan6.com, terlihat rumah Bu Uun sudah nyaris rubuh. Terdapat dua lantai di mana pada lantai pertama hanya dijadikan dapur dengan peralatan yang serba seadanya.
Di lantai dua bangunan, Bu Uun yang usianya diperkirakan sudah lebih dari 80 tahun tersebut tinggal. Secara fisik, lantai yang terbuat kayu itu sudah lapuk. Pun dengan atap seng rumahnya sudah menganga.
Bu Uun tinggal sehari-hari dalam bangunan berdinding jebol. Tak terhitung angin dan air hujan menemani tidur malam lansia yang tinggal sebatang kara itu.
Untuk tidur, Bu Uun hanya ditemani sebuah kasur usang. Selain kasur tersebut, tak ada perabotan yang dimiliki nenek tua ini. Pun listrik hanya terdapat sebuah lampu, yang alirannya didapatkan dari tetangga.
Selain itu, rumah lansia itu tidak memiliki MCK sendiri. Di sekitaran rumah hanya terdapat berangkal entah milik siapa.
Bu Uun pun tak banyak mengingat soal masa lalunya. Dia hanya yakin usianya sudah lebih dari 80 tahun. Namun, dia hanya mengingat jika dulu pernah ingin membangun rumah.
"Waktu itu ada borongan yang mau bangun rumah. Tapi dia kabur dan uang saya juga dibawa kabur," kata Bu Uun, Kamis (9/9/2021).
Bu Uun setiap hari hanya tinggal di rumah yang tak layak itu. Dulunya, dia bekerja sebagai paranormal. "Dulu banyak tamu yang datang, ada yang minta diberikan anak, ada yang minta naik jabatan," ucap Bu Uun.
Suami Uun sudah meninggal beberapa tahun lalu. Sementara anaknya laki-laki tidak pernah pulang lagi entah mungkin malu dengan pekerjaannya sebagai paranormal.
"Sudah lama di sini sendiri," kata Bu Uun tak mengingat pasti sejak kapan dia ditinggal suaminya.
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini:
Jarang ke Dokter
Menurut Ketua RW 07, Rustama, Bu Uun memang sudah cukup lama ditinggal anggota keluarganya.
"Dia kondisinya memang di rumah itu sendiri dan pernah punya keluarga punya anak, tapi sampai saat ini entah di mana keberadaan anaknya. Tidak pernah mengunjungi ibunya," kata Rustama.
Rustama membenarkan pengakuan Bu Uun yang pernah berencana membangun rumah. "Sebetulnya dulu beliau memang pernah rencana membangun rumah, cuma kondisi ekonominya ngedrop sehingga tertunda," ucapnya.
Menurut Rustama, Bu Uun memang sudah lama menempati rumahnya. Bahkan, Bu Uun merupakan warga asli di Tubagus Ismail.
"Beliau warganya agak tertutup. Tapi yang saya tahu tidak ditelantarkan. Ada bantuan juga dari pemerintah. Dan juga ada cucunya yang mengurusi," ujar Rustama.
Adapun cucu yang dimaksud adalah cucu dari Bu Oom, adik Bu Uun yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Meski sudah bertahun-tahun tinggal sendiri, Bu Uun tampak tak pernah mengeluh sakit.
"Jarang ke dokter. Tidak ada kegiatan sehari-hari selain di rumah," kata Rustama.
Soal hunian Bu Uun, Rustama mengaku prihatin. Apalagi semakin lama dikhawatirkan rumah yang ditinggali semakin lapuk dan membahayakan jiwa penghuninya.
"Keadaan beliau memang rumahnya sudah lama juga, cuma yang namanya rumah tidak diurus kondisinya lapuk. Kami juga sudah pernah mencoba mendekati beliau tapi tidak mudah ada konflik internal keluarga untuk memperbaiki rumah itu. Tampaknya tanah yang dihuni beliau bukan tanah bagian beliau karena tanah warisan orang tua, kalau bisa jangan dioprek-oprek lagi," tuturnya.
Advertisement
Kerap Dikirimi Bantuan
Abin Rosadi, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Coblong mengungkapkan, Bu Uun adalah penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Selain itu, Bu Uun kerap mendapatkan bantuan insidental dari PKK setempat dan bantuan sembako dari warga sekitar.
"Untuk jaminan kita mencoba mengakses semua bantuan sosial yang ada di kewilayahan terbukti Bu Uun menerima bantuan BPNT setiap bulan berupa sembako," tutur dia.
Soal kondisi rumah, Abin mengaku pihaknya sudah mengupayakan agar mendapatkan bantuan rehabilitasi ke pemerintah. Baik dari program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan rutilahu.
Namun, semua pengajuan mentok soal administrasi. Di mana penghuni rumah tidak memiliki sertifikat kepemilikan tanah maupun bangunan.
"Soal tempat tinggal betul sangat tidak layak. Untuk kondisi rumahnya sudah beberapa kali kita ajukan, program PNPM 2015 lalu dan rutilahu juga sudah kita ajukan, ternyata ada kendala administrasi kepemilikan. Jadi di rumah itu tidak ada sertifikat ataupun akta jual beli dan tanahnya masuk tanah pemda," kata Abin.
Abin bersama pengurus kewilayahan mengaku telah memusyawarahkan soal renovasi rumah Bu Uun. Rencananya, bangunan yang sudah ada akan diperbaiki dengan dana swadaya yang ada.
"Tadi rembukan kita coba cari titik terang, minimal kita bisa menempatkan Bu Uun pada kondisi layak. Kita ingin memanusiakan seorang Bu Uun ke suatu tempat yang layak. Kalaupun kita mentok di APBD atau bantuan pemerintah kita mencoba menggandeng beberapa jalur yang bisa kita tempuh untuk membangunkan satu tempat yang layak karena kita lihat sisi kemanusiannya," ujarnya.