Liputan6.com, Banjarnegara - Pegunungan utara Banjarnegara, Jawa Tengah menyimpan kekayaan alam tak ternilai. Satu di antara yang tergali yaitu kopi arabika yang masyhur seantero nusantara.
Potensi ini kemudian diangkat ke dunia pendidikan menjadi Sekolah Kopi oleh SMPN 4 Satu Atap (Satap) Pagentan.
Sekolah Kopi memberi kesempatan kepada siswa mengenal lebih dekat budidaya dan pengolahan kopi yang belakangan melejiit. Warga sekolah turut andil mengembangkan kopi, mulai produksi hingga distribusi.
Advertisement
Baca Juga
Gagasan itu rupanya memikat Kemendikbudristek. Untuk mengetahui lebih dalam, Kementerian mengunjungi Sekolah Kopi, Selasa (2/11/2021).
Kader Revolusi dari Divisi Tata Kelola SMP Terbuka, Satap, Inklusi datang mewakili Dirjen SMP Kemendikbudristek. Kementerian tertarik dengan apa yang dilakukan SMPN 4 Satap Pegentan karena sekolah membekali siswa dengan ketrampilan dan pengetahuan tentang kopi mulai dari pembibitan hingga pengolahan.
"Saya pikir ini perlu dikembangkan, karena bisa membekali siswa dengan pengetahuan dan skill wirausaha," kata Kader.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Potensi Ekonomi Kopi Arabika
Setelah melihat langsung, Kader memberi masukan agar membekali siswa dengan kemampuan sablon dan packaging sehingga nantinya kopi bisa dikemas sendiri semenarik mungkin. Dengan demikian, ketika siswa lulus, mereka bisa membuka usaha sendiri dari bekal yang didapat di sekolah.
Apa yang dilakukan SMPN 4 Satap ini dilatarbelakangi oleh rata-rata orang tua siswa yang merupakan petani kopi. Sekolah menilai setiap siswa harus mengenal apa yang dikerjakan orangtuanya.
"Kita tidak ingin para siswa lupa dan tidak paham dengan apa yang dilakukan orang tuanya," ucap Kepala SMPN 4 Satap Pegentan, Saefudin.
Sekolah mengembangkan kopi arabika dengan harapan kelak para siswa juga bisa mengembangkan kopi ini sebagaimana yang orangtuanya lakukan. Melestarikan kopi tidak sekadar mengembangkan bibit tanamannya, namun juga petaninya.
"Mengingat nilai ekonominya juga besar," tuturnya.
Kepala Dindikpora Kabupaten Banjarnegara Noor Tamami mengapresiasi apa yang dilakukan oleh SMPN 4 Satap Pagentan akan diadopsi oleh sekolah-sekolah lain. Setiap daerah memiliki potensi masing-masing. Sekolah bisa mengambil peran dengan mengangkat potensi lokal menjadi bagian materi pembelajaran.
"Semoga sekolah lain bisa meniru, disesuaikan dengan potensi yang ada di lingkungannya. Kalau ini dilakukan, maka akan meningkatkan daya saing yang pada akhirnya meningkatkan perekonomian masyarakat," ujar Noor.
Advertisement