Agam Punya Perpustakaan Baru, Saatnya Membuat Agus Salim dan Tan Malaka Tersenyum

Rendahnya literasi membuat banyak potensi sumber daya alam Indonesia diolah di luar negeri dan kembali dijual di dalam negeri dengan harga tinggi.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Mar 2022, 14:46 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2022, 14:46 WIB
Literasi Agam
Gedung layanan perpustakaan umum Kabupaten Agam. (Liputan6.com/ Istimewa)

Liputan6.com, Agam - Sumatera Barat boleh berbangga karena dari bumi Minangkabau, lahir banyak tokoh dan 'pahlawan literasi', mulai dari Agus Salim, Tan Malaka, Buya Hamka, hingga Chairil Anwar. Bahkan, sebagian di antaranya mereka merupakan putra asli Kabupaten Agam.

Kontras dengan situasi saat ini, mau tidak mau Pemprov Sumbar harus menyusun peta jalan literasi agar angka indeks literasi dan kegemaran membaca masyarakat Agam bisa membaik.

Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan, perluasan akses masyarakat terhadap pengetahuan akan menjadi agenda program kerja yang serius.

"Indonesia memerlukan SDM yang unggul agar bisa bersaing secara global. SDM unggul adalah orang yang menguasai Iptek, membuka lapangan kerja, sampai bisa menciptakan barang/jasa agar bisa sejahtera," ujar Syarif Bando, saat meresmikan gedung layanan perpustakaan umum Kabupaten Agam, Selasa (8/3/2022).

Tanpa kemampuan literasi, masyarakat akan sulit bersaing. Literasi adalah kedalaman pengetahuan seseorang terhadap subjek tertentu. Literasi tidak mutlak ditempuh melalui jalur pendidikan formal. Bisa diperoleh lewat membaca dan pengalaman. Indonesia masih rendah literasi, banyak potensi sumber daya alam yang keluar begitu saja lalu diolah di luar negeri dan kembali dijual di dalam negeri dengan harga tinggi.

"Betapa banyak sarjana elektronik di Indonesia, tetapi mana yang sudah menciptakan produk elektronik yang mendunia," tanya Syarif.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Budaya Literasi di Sumbar

Keberadaan perpustakaan sangat penting bagi kelangsungan pengetahuan masyarakat Agam. Bupati Agam Andri Warman akan mendorong dinas perpustakaan Agam agar berkolaborasi dengan perpustakaan nagari yang ada di seluruh wilayah Agam untuk meningkatkan indeks literasi masyarakat Agam.

"Sejauh ini manfaat inklusi sosial dari perpustakaan sudah banyak dirasakan masyarakat Agam, seperti pengetahuan dan praktek di bidang pertanian, peternakan, perbengkelan, serta kerajinan tangan. Ini yang akan kita terus tingkatkan manfaatnya di seluruh perpustakaan nagari," ujar Andri.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi mengatakan, ada tiga aspek yang menjadi pilar literasi, yakni layanan dasar, produktivitas dan pembangunan karakter. Dari aspek pembangunan karakter inilah yang diharapkan terjadi revolusi mental.

Hal ini turut dikuatkan Staf Ahli Gubernur Sumatera Barat Syafrizal yang mengatakan, kondisi literasi di Sumatera Barat memang perlu perhatian. Bahkan, secara khusus Gubernur menegaskan setiap OPD (organisasi perangkat daerah) harus memiliki perpustakaan mini.

"Di samping itu, Gubernur juga mewajibkan setiap ASN untuk membaca 30 menit per hari dan menyelesaikan 12 buku selama setahun, " ujar Syafrizal.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedubes RI di London, Khaerul Munadi menggarisbawahi pernyataan Gubernur bahwa peningkatan budaya baca perlu upaya yang maksimal. Masyarakat perlu menjadikan sebagai suatu kebutuhan nutrisi pikiran.

"Dari membaca itu membangun cakrawala berpikir, kita mendapatkan banyak perspektif, " ujarnya.

Pada kesempatan yang sama Kepala Perpusnas juga mengukuhkan Yenny Asri Warman sebagai Bunda Literasi Kabupaten Agam periode 2022-2024, serta dilakukan penandatanganan nota kesepahaman dan kesepakatan antara Perpusnas dengan IAIN Bukittinggi dan STIH Putri Maharaja Payakumbuh serta Pemkab Agam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya