Gunungkidul Berpotensi Kembangkan Industri Minyak Kelapa

Produksi kelapa di Gunungkidul cukup banyak sehingga dapat dijadikan peluang di tengah kelangkaan minyak goreng kemasan.

oleh Hendro diperbarui 11 Apr 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2022, 21:00 WIB
Produsen Minyak Kelapa Tradisional
Ditengah kelangkaan minyak goreng, Kabupaten Gunungkidul justru berpeluang mengembangkan produksi minyak berbahan kelapa.

Liputan6.com, Gunungkidul - Kelangkaan minyak goreng kemasan di Gunungkidul sangat menyulitkan masyarakat. Kalau pun stoknya ada, harga minyak goreng terpantau sangat tinggi jika dibandingkan dengan harga normalnya.

Namun demikian, di tengah kelangkaan minyak goreng, Kabupaten Gunungkidul justru berpeluang mengembangkan produksi minyak berbahan kelapa. Hal ini diungkapkan  Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Luh Gde Suastini.

Menurutnya, produksi kelapa di Gunungkidul cukup banyak sehingga dapat dijadikan peluang di tengah kelangkaan minyak goreng kemasan.

Produksi kelapa di Gunungkidul sendiri cukup tinggi sehingga memungkinkan adanya pengembangan industri tersebut.

“Memang jumlah produksi kelapa di Gunungkidul cukup tinggi, sebagian besar wujud produksinya dijadikan kopra, contohnya Pada tahun 2021 lalu, jumlah produksi kelapa mencapai 561.892 kilogram,” ucapnya.

Adapun untuk jumlah luas lahan tanaman kelapa di Gunungkidul pada tahun 2021 tercatat seluas 8.052,02 Hektare. Kapanewon yang memiliki lahan kelapa paling luas berada di Kapanewon Ponjong dengan 925 Hektar. Sedangkan lahan paling sedikit berada di Kapanewon Ngawen dengan luas 66 Hektar.

 “Kalau untuk jumlah atau rata-rata produksi per hektare mencapai 109,46 kilogram,” imbuhnya.

Dari data yang dimiliki, wilayah pesisir selatan Gunungkidul menjadi daerah yang paling banyak menghasilkan produksi kelapa. Kapanewon Tanjungsari tercatat memiliki produksi tertinggi dengan 96.096 kilogram, sedangkan Kapanewon dengan produksi terendah yaitu Kapanewon Tepus dengan 3.400 kilogram. Dari total produksi tersebut, sebanyak 305.034 kilogram dijual dan 256.857 kilogram lainnya dikonsumsi sendiri oleh masyarakat.

 “Kalau jumlah petani pertahun 2021 kemarin ada 55.134 keluarga, yang paling banyak ada di Kapanewon Saptosari sebanyak 8.458 keluarga,” jelasnya.

Ia mengatakan jika dahulunya terdapat sejumlah wilayah di Gunungkidul yang menjadi sentra produksi minyak goreng kelapa. Namun produksi tersebut mulai terkikis seiring semakin masifnya minyak goreng kelapa sawit di pasaran.

Selain itu, saat ini masyarakat lebih memilih menjual kelapa di usia muda karena lebih laris untuk kebutuhan wisata. “Ya ini jadi menjadi tantangan tersendiri untuk mengembangkan minyak goreng kelapa di Gunungkidul,” tutupnya.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya