Liputan6.com, Denpasar - Bersyukur akhirnya lebaran tiba. Umat Islam bahagia karena telah melaksanakan kewajibannya yakni puasa Ramadan. Kini memasuki Hari Raya Idul Fitri yang merupakan hari penting bagi umat Islam.
Untuk menyambut kedatangan Hari Raya Idul Fitri, pada malam harinya suara-suara takbir menggema. Ada yang menggunakan pengeras suara sambil keliling, ada juga yang takbir di masjid diiringi dengan beduk.
Memperbanyak membaca takbir saat malam atau hari raya hukumnya sunah. Anjuran bertakbir didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 185.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ
Artinya, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Selain itu, anjuran bertakbir saat hari raya juga didasarkan pada salah satu hadis dari Rasulullah SAW.
زينوا اعيادكم بالتكبير
Artinya, "Hiasilah hari raya kalian dengan memperbanyak membaca takbir."
Merujuk pada hadis Rasulullah SAW, keutamaan memperbanyak takbiran pada malam hari raya salah satunya akan meleburkan dosa-dosa.
**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini
Saksikan Video Pilihan Ini:
Bacaan Takbir Hari Raya Idul Fitri
Mengutip NU Online, berikut adalah bacaan takbir yang bisa dilantunkan saat malam Hari Raya Idul Fitri.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu.
Artinya, “Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar. Segala puji bagi-Nya.”
Selain itu, dapat juga melafalkan dzikir takbir yang dilakukan Rasulullah SAW saat di Bukit Shafa.
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na‘budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa‘dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.
Artinya, “Allah maha besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, memurnikan bagi-Nya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janji-Nya, membela hamba-Nya, dan sendiri memorak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar.”
Advertisement