Liputan6.com, Palembang - Para pendaki di Indonesia, pasti mengidam-idamkan mendaki Gunung Rinjani, yang terletak di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Gunung Rinjani masuk dalam Seven Summit Indonesia, karena termasuk sebagai gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia, dengan ketinggian 3.726 Mdpl.
Rinjani menjadi salah satu gunung terfavorit bagi para pendaki, karena keindahan alamnya yang tak tertandingi. Di Gunung Rinjani juga, terdapat danau Segara Anak yang begitu indah, jika dilihat dari puncak gunung.
Advertisement
Baca Juga
Pendakian Gunung Rinjani memang menjadi objek wisata, yang menjadi andalan di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Tak hanya pendaki dari seluruh Indonesia saja, yang menjejaki kakinya ke pusat wisata alam ini.
Banyak juga pendaki dari mancanegara, yang mendaki dan mengagumi bentangan alam dan keindahan yang masih asri hingga sekarang.
Bahkan di waktu tertentu juga, para pendaki bisa melihat upacara adat tiga tahunan tersebut, yang bernama ‘Ngayu-Ayu’ dari masyarakat di lereng Gunung Rinjani.
Keindahan Gunung Rinjani memang begitu menawan dan menjadi mahkotanya Provinsi NTB. Namun Gunung Dempo di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), juga tak kalah berkesan.
Jika membandingkan keindahan alamnya dan tingginya, tentu Gunung Dempo yang berada di Kota Pagar Alam Sumsel, memang masih kalah dibandingkan Gunung Rinjani.
Namun bila dibandingkan dengan pengalaman pendakiannya. Gunung Dempo patut diacungkan jempol. Pendakian Gunung Dempo, mampu memberikan pengalaman yang berbeda yang mungkin tak bisa ditemukan di pendakian gunung lain, termasuk Gunung Rinjani.
Hal inilah yang diungkapkan Rahmatunnisah, warga Makassar NTB. Mungkin sudah berpuluh kali dia mendaki Gunung Rinjani, di kampung halamannya. Bahkan sejak tahun 2007 hingga kini, dia mempunyai ribuan cerita indah dan seru ketika mendaki Gunung Rinjani.
Tak ingin berpuas diri dengan pendakian Gunung Rinjani-nya yang tak terhitung. Anis, sapaan akrabnya, akhirnya menjawab tantangan temannya, untuk bisa menjajal pendakian Gunung Dempo dengan ketinggian 3.159 Mdpl.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Hujan Gunung Dempo
Sembilan tahun lalu, tepatnya di tahun 2013, dia bersama ketiga temannya dari NTB, hijrah dari Mataram ke Kota Palembang untuk mencoba serunya pendakian Gunung Dempo, yang sering dikisahkan teman antarpulaunya.
“Saat itu memang saya ingin ke Pulau Sumatra, akhirnya diajak teman saya untuk mampir ke Palembang. Sesampai di sana, kami berempat ditawari untuk mendaki Gunung Dempo di Pagar Alam Sumsel,” ucapnya kepada Liputan6.com, Minggu (19/6/2022).
Saat itu, dia hanya diceritakan jika pemandangan di Gunung Dempo begitu indah dan jalur pendakiannya yang asyik. Anis dan teman-temannya akhirnya tertarik untuk mendaki gunung tertinggi di Sumsel tersebut.
Tak terbesit sedikit pun di pikiran Anis, bagaimana jalur pendakian Gunung Dempo. Karena teman-temannya di Palembang, tidak menceritakan seperti apa trek gunung berapi tersebut.
“Saya dulu merasa Gunung Rinjani sudah lengkap, semua jenis jalur pendakian ada di sana. Apalagi pemandangannya yang tak tertandingi. Tebakan saya, jalur pendakian Gunung Dempo, tak jauh beda dengan Gunung Rinjani. Apalagi tinggi gunungnya tak semenjulang Gunung Rinjani,” ujarnya.
Pintu rimba, shelter 1 dan shelter 2, dia daki bersama belasan rekan-rekannya dengan mudah. Kendati saat itu hujan, namun tak menghalangi semangat dan energinya untuk terus mendaki.
Advertisement
Nangis di Pendakian
Alam semesta pun seakan menyambut kedatangan Anis dan ketiga putra daerah NTB, untuk merasakan serunya dan dinginnya udara di Gunung Dempo, dengan rintikan hujan dan desiran angin yang cukup deras.
Pendakian mereka memang ditargetkan satu hari sampai ke pelataran, agar bisa membentangkan tenda dan merasakan malam yang indah di tengah gunung tersebut.
“Awalnya aman-aman saja pendakian. Tapi saat berjalan lagi menuju ke dinding lemari, jalurnya ampun deh. Hujan deras, jalan becek dan licin, yang tak pernah terduga-duga. Sampai saya beberapa kali kepleset,” katanya.
Karena jalur yang dinilainya sangat sulit, Anis pun menangis dan hilang semangat. Dia nyaris putus asa hingga ingin turun kembali, dan tak melanjutkan perjalanannya. Ditambah energinya yang sudah terkuras dan tubuh yang sudah basah kuyup.
“Nge-drop dan kaget banget, tidak pernah terbayangkan jalurnya seperti itu, kirain jalurnya seperti jalur gunung biasa. Saya sampai nangis, emosi dan hampir pingsan, mau turun saja dan enggan untuk melanjutkan perjalanan sampai ke puncak,” ujarnya.
Pengalaman Berkesan
Ketiga temannya dari NTB juga merasakan hal yang sama, namun tetap menguatkan diri dan menyemangati Anis, untuk terus melanjutkan perjalanan. Akhirnya mereka sampai ke pelataran Gunung Dempo pada malam hari.
Mereka pun tak menyia-nyiakan momen berharga tersebut, untuk memotret keindahan alam di puncak Gunung Dempo dan puncak kedua di kawah belerang Gunung Dempo.
Keesokan harinya, dia dan anggota rombongannya akhirnya menuruni Gunung Dempo dengan berlari, agar tidak kemalaman di jalan.
“Kalau turun Gunung Rinjani, terasa kaki sakit paling hanya sehari. Tapi kalau turun Gunung Dempo, bisa 3-4 harian kaki kami sakit semua. Padahal sudah pemanasan, benar-benar pengalaman yang tak terbayangkan,” ucapnya.
Cerita serunya di Gunung Dempo pun, dikisahkannya ke rekan-rekan di kampusnya. Teman-temannya pun kaget, dengan jalur pendakian Gunung Dempo yang tak bisa diremehkan begitu saja. Bahkan banyak rekan-rekannya yang penasaran, ingin juga menjajal pendakian ke Gunung Dempo Pagar Alam Sumsel.
“Saya bersyukur sudah pernah mendaki Gunung Dempo, walau mungkin akan sulit lagi mendaki ke sana. Tapi jalur pendakiannya begitu berkesan. Yang harus diingat dari para pendaki, jangan pernah menyombongkan diri ketika mendaki gunung, walau pun sudah mendaki ke gunung tertinggi mana pun di dunia,” ungkapnya.
Advertisement