Liputan6.com, Bandung - Hidayat Mukti alias Mukti Mukti, musisi balada asal Bandung yang telah lama berkarier dari 1980 hingga sekarang meninggal dunia Senin (15/8/2022) sore tadi di RS Borromeus. Sang musisi tutup usia pada usia 55 tahun.
Baca Juga
Advertisement
Kabar duka itu disampaikan penyair sekaligus penulis Kyai Matdon. Ia menyampaikan kabar tersebut via pesan singkat di grup percakapan WhatsApp.
"Jam 16.00 WIB, Mukti Mukti wafat, semoga amal baiknya diterima Allah SWT Amin," tulis keterangan Matdon yang diterima Liputan6.com, Senin (15/8/2022).
Kata Matdon, Mukti Mukti memang sudah beberapa hari dirawat di rumah sakit. Bahkan, hingga menjelang ajalnya, Mukti mulai tidak sadarkan diri hingga dipasang ventilator.
"Dari sejak subuh dipasang ventilator. Jam 3 (sore) barusan kondisi Mukti terus mengalami perburukan," ujarnya.
Adapun Mukti Mukti dalam beberapa bulan terakhir, sering jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit. Kondisi sakit keras yang dialaminya sempat menggerakkan sejumlah seniman dan musisi menggelar "Konser Gotong Royong Baladna Mukti-Mukti" dari 3-5 Oktober 2021, untuk pengumpulan dana dan doa bagi musisi asal Kota Bandung itu.
Almarhum Mukti Mukti saat ini akan segera disemayamkan di rumah duka di Jalan Batu Permata I No 11D, Margacinta, Bandung.
Rencananya, jenazah Mukti Mukti akan dimakamkan di Rumah Konser Mukti-Mukti, Cijeruk, Rancakalong, Sumedang pada Selasa (16/8/2022). Jenazah akan diberangkatkan dari rumah duka ke lokasi permakaman pukul 08.00 WIB.
Mukti Mukti berkuliah di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran kurun waktu 1980-an. Banyak album yang telah dikeluarkan oleh musisi balada ini. Lagu-lagunya terinspirasi dari kehidupan sehari hari.
Sebagai solois balada, Mukti Mukti sangat dikenal terutama di kalangan aktivis kampus. Berangkat dari isu-isu sosial dalam setiap karyanya, Mukti Mukti kerap mengangkat tema mulai dari isu kemanusiaan, lingkungan, hingga gairah cinta anak muda.
Tembang yang melatari beberapa gerakan buruh dan demonstrasi yang menjadi hits di antaranya “Menitip Mati”, “Aku Hanya Ingin”, dan “Surat Kepada D”.
Meskipun lahir untuk gerakan perlawanan, lagu-lagu Mukti Mukti selalu menyiratkan pesan-pesan yang optimis. Hal itu terlihat dari lagu yang selalu ia bawakan, Menitip Mati.
Kita yang masih bertahan
Berdiri menatap matahari
Menitip mati
Melumat sepi
Esok hari revolusi.
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.