Kedai Kopi Riau, Langkah Penyelamatan Ekosistem Gambut Tingkatkan Perekonomian

Badan Restorasi Gambut dan Mangrove bersama Pemerintah Provinsi Riau meluncurkan Kedai Kopi Riau sebagai upaya menyelamatkan ekosistem gambut dan tingkatkan ekonomi petani.

oleh M Syukur diperbarui 04 Sep 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2022, 08:00 WIB
Mahasiswa dari berbagai universitas yang mengikuti program Kedai Kopi Riau menyelamatkan gambut dan mangrove di Indonesia.
Mahasiswa dari berbagai universitas yang mengikuti program Kedai Kopi Riau menyelamatkan gambut dan mangrove di Indonesia. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bersama Pemerintah Provinsi Riau meluncurkan Kedai Kopi Riau. Program rehabilitasi serta revitalisasi ekonomi bagi masyarakat di ekosistem gambut ini merupakan singkatan dari Kedaireka, Kolaborasi, Partisipasi, dan Inovasi.

Kedai Kopi BRGM melibatkan tiga perguruan tinggi yaitu Universitas Riau, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Gajah Mada. Ada ratusan mahasiswa yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.

Gubernur Riau Syamsuar mengapresiasi kegiatan ini karena mahasiswa bisa langsung mengedukasi masyarakat tentang menjaga lingkungan di ekosistem gambut dan mangrove.

Dengan demikian, masyarakat petani bisa menanam komoditas yang sesuai dengan gambut. Salah satunya tidak ketergantungan terhadap perkebunan sawit di gambut.

"Sawit bukanlah segalanya untuk kesejahteraan, di gambut petani bisa menanam nanas, jahe merah, talas, atau keladi ungu," kata Syamsuar saat melepas ratusan mahasiswa, Rabu siang, 31 Agustus 2022.

Di gambut dengan kedalaman tertentu, tambah Syamsuar, masyarakat juga bisa bercocok tanam padi. Begitu juga dengan pohon aren yang sudah mulai diterapkan oleh berbagai kelompok tani.

"Kemarin ada seribu aren ditanam, bisa juga cabai, ini sudah terbukti," ucap Syamsuar.

 

 

 

Ekonomi Ramah Lingkungan

Syamsuar menjelaskan, pengembangan ekonomi masyarakat saat ini harus memperhatikan aspek lingkungan. Kedepannya, negara yang tidak memperhatikan lingkungan dalam ekonomi akan menghadapi masalah.

"Ekonomi kita bisa lebih baik dengan menyelamatkan bumi, caranya dengan menjaga lingkungan," ujar Syamsuar.

Syamsuar mengatakan, gambut itu merupakan lahan subur jika dengan kelola dengan baik. Pemilihan tanaman dan pengelolaan dengan benar bisa mengurangi emisi karbon dunia.

"Di Indonesia, Riau merupakan wilayah yang paling luas gambutnya, begitu juga dengan mangrove yang berpengaruh menurunkan emisi karbon," terang Syamsuar.

Sementara itu, Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRGM Dr Suwigna Utama menjelaskan, lembaganya terus mempercepat restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove di Indonesia. Salah satu caranya berkolaborasi dengan perguruan tinggi.

Selama ini, berbagai universitas di Indonesia punya ragam penelitian, inovasi dan teknologi di ekosistem gambut. Penelitian dan inovasi itu akan dibawa ke lapangan melibatkan mahasiswa.

"Yang pertama, agar produk-produk (petani gambut) dikembangkan meningkatkan ekonomi untuk menjaga lingkungan," kata Suwigna.

Praktik Lapangan

Sementara itu, Kepala Sub Kelompok Kerja Penguatan Kelembagaan dan Kemitraan BRGM Dermawati Sihite menambahkan, ini tahun kedua lembaganya menjalin kerjasama dengan universitas tersebut.

Selama ini di universitas, tambahnya, ada riset dan penelitian tentang ekosistem gambut serta peningkatan ekonomi. Namun selama ini hanya selesai di laboratorium dan habis di jurnal.

"(Hasil penelitian) ini yang dikembangkan," ucap Dermawati.

Salah satu yang dikembangkan nantinya adalah memanfaatkan limbah sagu menjadi plastik. Selanjutnya, air sisa nanas dijadikan permen, termasuk pemanfaatan kulit dan limbah.

"Ini dikembangkan oleh jurusan teknologi pangan IPB," ucap Dermawati.

Suwigna menambahkan, nantinya Universitas Riau menerapkan pengelolaan air di kawasan gambut bekerja sama dengan masyarakat dan perusahaan. Hal ini di Riau telah berjalan dengan baik.

"Yang unik di Riau itu, pengelolaan airnya bagus karena melibatkan desa, perusahaan dan BRGM," kata Suwigna.

"Nanti ada 100 mahasiswa, Universitas Gajah Mada juga bergabung, lokasinya di Siak, Indragiri Hilir, dan Kepulauan Meranti," terang Suwigna.

 

Simak video pilihan berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya