Mengenang Ratu Elizabeth II, Pemegang Takhta Terlama dalam Sejarah Inggris

Pemangku tahta terlama dalam sejarah Inggris itu diketahui bertakhta selama 70 tahun.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 09 Sep 2022, 08:28 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2022, 08:28 WIB
Ratu Elizabeth II Resmikan Jembatan Senilai 22,6 Triliun
Ratu Inggris Elizabeth II saat menghadiri peresmian jembatan Queensferry, Skotlandia, Minggu (4/9). Pembangunan jembatan ini telah menghabiskan lebih dari 22,6 Triliun rupiah. (Andrew Milligan/PA via AP)

Liputan6.com, Bandung - Ratu Elizabeth II meninggal dunia di Balmoral, Skotlandia, dalam usia 96 tahun. Pemangku tahta terlama dalam sejarah Inggris itu diketahui bertakhta selama 70 tahun.

Sang ratu meninggal pada Kamis, 8 September 2022 petang waktu setempat atau Jumat (9/9/2022) dini hari Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB).

Menyusul berpulangnya Ratu, putra tertuanya, Pangeran Charles, akan memimpin Inggris memasuki masa berkabung. Pangeran Charles selain menjadi raja yang baru juga akan menjadi kepala negara 16 negara anggota Persemakmuran.

Ratu Elizabeth II adalah ratu monarki konstitusional dari 16 negara berdaulat atau yang dikenal sebagai alam persemakmuran dan teritori beserta dependensinya, serta ketua dari 54 anggota negara-negara persemakmuran. Ratu Elizabeth juga merupakan Gubernur Agung Gereja Inggris.

Setelah naik tahta pada 6 Februari 1952, Ratu Elizabeth II menjadi Ketua Persemakmuran sekaligus ratu dari tujuh alam persemakmuran (Commonwealth Realms) merdeka, yaitu: Britania Raya, Kanada, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Pakistan, dan Sri Lanka.

Sejak 1956 hingga 1992, jumlah alam persemakmurannya bervariasi dan beberapa wilayah merdeka bertransformasi menjadi negara republik.

Selain empat negara pertama yang disebut di atas, Elizabeth juga merupakan ratu dari Jamaika, Barbados, Bahama, Grenada, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Tuvalu, Saint Lucia, Saint Vincent dan Grenadines, Belize, Antigua dan Barbuda, serta Saint Kitts dan Nevis.

Masa pemerintahannya selama 70 tahun merupakan masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah Monarki Britania Raya mengalahkan nenek buyutnya, Ratu Victoria, yang memerintah selama 63 tahun.

Profil Ratu Elizabeth II

Ratu Elizabeth II
Ratu Elizabeth II (AFP)

Elizabeth II lahir di London dan menempuh pendidikan secara privat. Ayahnya naik takhta menjadi George VI pada 1936 setelah pamannya, Edward VIII, melepaskan takhtanya. Secara tidak terduga Elizabeth menjadi penerus takhta berikutnya.

Elizabeth mulai menjalankan tugas sosialnya selama terjadinya Perang Dunia II dengan bertugas di palang merah. Pada 1947, ia menikah dengan Pangeran Philip, Adipati Edinburgh, dan kemudian dikaruniai empat orang anak, yaitu Charles, Anne, Andrew, dan Edward.

Upacara penobatannya dilaksanakan pada 1953 dan merupakan upacara penobatan pertama yang disiarkan melalui televisi.

Ratu Elizabeth II sudah melakukan berbagai pertemuan dan kunjungan kenegaraan bersejarah, termasuk kunjungan kenegaraan ke Republik Irlandia dan kunjungan timbal balik dari dan ke Paus Katolik Roma. Ratu Elizabeth juga telah menjadi saksi hidup atas berbagai perubahan besar yang terjadi dalam konstitusi alam persemakmurannya, seperti devolusi di Britania Raya, dan pemisahan konstitusi Kanada.

Sedangkan secara personal, Ratu Elizabeth II juga telah menyaksikan berbagai peristiwa penting yang terjadi dalam monarkinya. Termasuk kelahiran dan pernikahan anak serta cucunya, upacara penobatan Pangeran Wales, dan perayaan Yubileum perak, emas, dan berlian Ratu pada 1977, 2002, dan 2012.

Berbagai peristiwa bersejarah juga terjadi selama masa pemerintahan Ratu Elizabeth, di antaranya peristiwa the Troubles di Irlandia Utara, Perang Falklands, dan Perang Afganistan.

Ada juga saat-saat duka yang dilaluinya, termasuk kematian ayahandanya pada usia 56 tahun, pembunuhan paman Pangeran Philip, kehancuran rumah tangga putra-putrinya pada 1992, kematian menantunya, Diana, Putri Wales pada 1997, serta kematian ibu dan adiknya pada 2002.

Ratu Elizabeth dan keluarga kerajaannya seringkali menerima berbagai kritikan dan kecaman dari media massa dan tokoh-tokoh pro-republik, namun popularitas pribadi dan dukungan yang mengalir untuk kerajaan tetap tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya