Kesaksian Mengerikan Korban Selamat Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang

Sam Huda salah anggota Arema Dewata yang turut menyaksikan laga Arema FC kontra Persebaya yang berakhir dengan tragedi memilukan, dan menyebabkan korban luka dan meninggal dunia hingga ratusan itu.

oleh Dewi Divianta diperbarui 02 Okt 2022, 22:06 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2022, 20:44 WIB
Foto: Nasib Malang Sepak Bola Indonesia, 127 Orang Kehilangan Nyawa di Stadion Kanjuruhan
Tetapi pihak keamanan melakukan kebijakan yang kontroversial. Mereka justru menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa yang terus merengsek ke dalam lapangan. Langkah tersebut justru membuat kondisi di lapangan makin runyam. (AP/Yudha Prabowo)

Liputan6.com, Jakarta - Sam Huda, anggota Aremania Dewata berangkat bersama beberapa rekannya dari Pulau Bali ke Malang untuk menyaksikan laga derby Jatim antara Arema FC kontra Persebaya Surabaya yang berakhir kekalahan untuk tim tuan rumah, tim yang ia bela.

Ia tak menyangka pada Sabtu 1 Okotober 2022 itu akan menjadi sejarah kelam sepak bola Indonesia. Di mana tragedi stadion Kanjuruhan tersebut merenggut banyak korban luka dan meninggal dunia. 

Kepada Liputan6.com dia bercerita, berangkat satu hari jelang pertandingan berlangsung. Usai laga berlangsung ia masih menunggu pemain yang tengah memberikan penghormatan kepada suporter yang hadir.

Namun beberapa menit berselang suasana di tengah lapangan sudah ramai banyak suporter yang turun dan ricuh dengan petugas keamanan.

Ketika itu, ia masih belum berpikir akan terjadi kericuhan lebih besar, namun suasana di tengah lapangan mulai memanas. Sam Huda mulai panik ketika tembakan gas air mata meletup di tengah lapangan dan bahkan ke area tribun yang penuh penonton. 

"Saya pusing dan berusaha keluar dari tribun, saya gak tau ditolong siapa semalam. Alhamdulillah sekitar jam 2 malam saya bisa keluar stadion," katanya kepada Liputan6.com, Minggu (2/10/2022).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Doa Bersama untuk Para Korban

Air Mata Keluarga Korban Tragedi Kerusuhan Stadion Kanjuruhan Malang
Orang-orang yang mencari anggota keluarganya memeriksa foto-foto korban kerusuhan Stadion Kanjuruhan yang disediakan oleh relawan untuk membantu mereka mengidentifikasi kerabat mereka di Malang, Jawa Timur, Minggu (2/10/2022). Warga yang kehilangan anggota keluarganya dalam tragedi kerusuhan tersebut diminta untuk melapor ke posko yang ada. (AP Photo/Dicky Bisinglasi)

Ia mengaku sempat menghubungi rekan-rekannya sesama Arema Dewata dan memastikan semuanya selamat, meski begitu ia tak menyangka, dan bersedih ketika mengetahui korban meninggal dan luka-luka sangat banyak malam itu.

"Saya cuma bisa nangis mbak. Seumur-umur jadi suporter ini kejadian paling tragis, paling brutal, dan paling bar-bar yang dilakukan aparat," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Dia menyebut, tindakan aparat keamanan tersebut sangat tidak manusiawi lantaran tega menembakkan gas air mata ke arah penonton yang masih penuh di tribun. Dia mengaku melihat banyak anak-anak dan wanita menangis, penyesalannya ia tak bisa menyelamatkan mereka dari belasan orang yang hendak keluar stadion. 

"Melihat anak kecil dan balita saya juga dalam kondisi sudah sesak dan pusing. Tau-tau ditarik sama orang ke luar dari tribun yang penuh penonton itu," ujar dia.

Dia berharap, ada evaluasi besar-besaran dari semua pihak jika kejadian tersebut tidak akan berulang lagi di kemudian hari demi kemanusian dan demi kemajuan sepak bola Indonesia.

"Evaluasi besar-besaran semua pihak. Federasi, operator liga, jam tayang terlalu malam, dan aparat tentang penggunaan gas air mata," kata dia.

Sementara itu, dirinya yang saat ini sudah berada di wilayah Batu Malang berkumpul dengan komunitas di sana akan menggelar doa bersama untuk semua korban tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu malam lalu.

"Habis maghrib kita akan menggelar doa bersama komunitas Aremania Kota Batu. mendoakan semua korban tragedi Kanjuruhan," ucap Sam Huda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya