Liputan6.com, Makassar - Perayaan Hari Anti Korupsi Sedunia Tahun 2022 di Kota Makassar berlangsung unik. Sejumlah lembaga pegiat anti korupsi bersama komunitas pelukis menggelar kegiatan unik yang bertema "Seni Melawan Korupsi" yang berlangsung di bawah jembatan Fly Over Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Kamis (8/12/2022).
Kadir Wokanubun, Ketua Badan Pekerja Anti Corruption Committee Sulawesi (ACC Sulawesi) mengatakan, perayaan Hari Anti Korupsi Sedunia kali ini mengangkat tiga isu yakni tentang penegakan hukum, soal demokrasi serta sikap anti korupsi. Semuanya terkait dengan ide bagaimana sikap pemberantasan korupsi di Indonesia.
Dari sisi penegakan hukum, sejumlah penanganan kasus-kasus korupsi tidak berjalan dengan baik. Masih terdapat banyak kasus korupsi yang mandek baik yang ditangani oleh jajaran Kejaksaan Tinggi Sulsel maupun Polda Sulsel. Bahkan secara umum, pemberantasan korupsi di Sulsel dapat dikatakan berjalan santai dan tidak menjadi hal yang serius.
Advertisement
Demikian juga mengenai sikap pemerintah menyoal anti korupsi yang dinilai hanya sekedar batas mimik belaka dan tidak pernah terlaksanakan secara maksimal di lapangan. Alhasil, pemberantasan korupsi ke depan sangat rawan tidak serius.
"Tema ini yang kemudian diangkat oleh teman-teman yang tergabung dalam Masyarakat Anti Korupsi Sulsel lewat lukisan," ucap Kadir di Makassar
Â
Diikuti Sejumlah Pegiat Anti Korupsi
Momentum perayaan Hari Anti Korupsi Sedunia tahun ini, sejumlah lembaga pegiat anti korupsi diantaranya ACC Sulawesi berkolaborasi secara massif dengan organisasi lintas sektoral lainnya yakni LBH Makassar, FIK Ornop Sulsel, Fosis UMI, Lapar Sulsel, KPA Sulsel, Gusdurian Makassar, Kontras Sulawesi, AJI Makassar, LBH Pers hingga melibatkan komunitas pelukis yang tergabung dalam Makassar Art Initiative Movement.
Faisal, salah seorang pelukis yang tergabung dalam Makassar Art Initiative Movement mengungkapkan, pada perayaan Hari Anti Korupsi Sedunia tahun 2022 ini, ia sendiri melukis wujud hewan yang bernama celeng.
Celeng ia kaitkan dengan sebuah cerita tentang perjalanan 57 orang eks pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi yang dipecat. Padahal di era mereka, KPK sangat kuat dan nanti setelah mereka dipecat malah lembaga Anti rasuah tersebut mengalami kelemahan.
"Saya mencoba mengabadikan potongan cerita yang tangkisannya tim 57 itu, tim KPK yang dipecat," ucap Faisal.
"Saya pikir itu perlu saya abadikan lewat lukisan ini, karena itu sangat berkesan dalam cerita itu, itulah yang melatarbelakangi gagasan ini," Faisal menambahkan.
Di era reformasi dulu, kata dia, ada seorang pelukis bernama Joko Bukit. Ia membuat sebuah karya tentang ditangkapnya celeng. Rakyat pun merayakan peristiwa tertangkapnya celeng tersebut.
"Nah saya coba gambarkan bahwa celeng itu bertransformasi baru lagi, lepas lagi, dan itu bikin kewalahan, apalagi kalau tim 57 nya sudah tidak ada, Jadi ratu keadilan sudah tumbang," ungkap Faisal.
Sementara makna Pasukan Putih yang ada dalam lukisannya bersama hewan celeng tersebut, ia visualisasikan dengan figur orang. Di mana yang ia maksud adalah tim 57 eks pegawai KPK yang dipecat yang telah bersusah payah menangkap gembong-gembong korupsi yang disebutnya sebagai celeng.
"Jadi pasukan putih yang ada di lukisan hewan celeng ini, saya visualisasikan dengan figur tim 57 yang susah payang menangkap pada celeng-celeng (gembong-gembong korupsi)," Faisal menandaskan.
Â
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement