Oleh-Oleh dari Rembang yang Cocok Dibawa Pulang

Liputan6.com, Jakarta - Tak lengkap rasanya kalau jalan-jalan ke Rembang tapi tidak mencoba berbagai kuliner khas. Pasalnya, kota yang penuh dengan sejarah ini juga punya jajanan yang tidak boleh kamu lewatkan.

Mulai dari makanan ringan sampai makanan berat yang tidak akan ditemukan di kota lain. Penasaran? Cek daftarnya di bawah ini:

Sate Serepeh

Sate serepeh merupakan salah satu makanan khas daerah Rembang yang wajib kamu coba. Makanan ini menjadi salah satu primadona warga lokal maupun wisatawan.

Sekilas, sate serepeh tidak ada bedanya dengan sate lainnya. Namun, Sate Serepeh dibuat dengan bumbu khas yaitu gula merah, cabe merah, dan santan.

Sate Serepeh dijual dengan harga sangat terjangkau yaitu Rp1.000 per tusuk. Sate serepeh nikmat disajikan dengan bumbu kacang dan potongan lontong yang cocok dimakan bersamaan. Untuk makan sate serepeh yang nikmat, kamu bisa ke Jalan Dokter Wahidin, Kota Rembang.

Kue Satru

Sudahkah mendengar soal kue satru? Kue satru adalah makanan kering yang terbuat dari olahan sagu dan kacang hijau. Kue kering ini merupakan salah satu makanan khas dari kota Rembang yang bertekstur padat dengan rontokan sagu serta kacang hijau di permukaan. Beberapa bentuk dari kue satru antara lain berbentuk bintang, bunga, atau daun.

Kue satru memiliki cita rasa gurih dan manis. Rasa manis di dalamnya didapatkan dari proses pengisian kue dengan gula padat atau cair. Kue ini sangat mudah dijumpai saat berada di daerah Rembang. Jadikan Kue Satru sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah, ya!

Dumbeg

Buat kalian pecinta jajanan manis dan legit, kota Rembang memiliki makanan khas bernama dumbeg. Jajanan tradisional ini pembungkusannya menggunakan daun lontar dengan bentuk menyerupai terompet.

Dumbeg terbuat dari tepung beras, gula pasir, dan air pohon nira. Dumbeg dijual di daerah Rembang dengan harga berkisar Rp500 per biji atau Rp5.000 per ikat. Dumbeg ini sangat cocok sebagai oleh-oleh yang harus kamu bawa karena jarang ditemukan di kota-kota besar lain.

Penulis: Fathia Uqimul Haq