Imbas Perang Rusia Ukraina, 1.600 Karyawan Perusahaan Produsen Sepatu Dirumahkan

Akibat perang Rusia dan Ukraina, produsen sepatu Nike akan merumahkan 1.600 pegawainya.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 12 Jan 2023, 19:00 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2023, 19:00 WIB
Sepasang Nike Air Jordan 1 Cetak Rekor Dunia, 3 Kali Lipat dari Perkiraan Harga Lelang
Ilustrasi sepatu Nike Air Jordan 1. (dok. Foto Paul Volkmer/Unsplash)

Liputan6.com, Serang - Efek perang Rusia dan Ukraina, menyebabkan permintaan  sepatu menurun dan ekonomi global dalam pusaran ketidakpastian. Akibatnya, PT Nikomas Gemilang, selaku produsen sepatu, akan merumahkan 1.600 karyawannya.

Ribuan pegawai itu dipersilahkan mengundurkan diri secara sukarela, lantaran ketidakpastian kapan perang Rusia dan Ukraina akan berakhir.

"Konflik Rusia Ukraina di awal tahun, kenaikan harga bahan bakar secara global, tingkat inflasi yang tinggi, penurunan pesanan dan pengaruh berbagai faktor internasional lainnya, menyebabkan pasar sepatu olahraga internasional menurun drastis dan harga bahan baku terus meningkat," ujar Danang Widi P, Humas PT Nikomas Gemilang, dalam keterangan resminya, Selasa (10/01/2023).

Pendaftaran pengunduran diri sukarela itu dibuka pada 11-12 Januari 2023. Seluruh hak pegawai akan dibayar tunai oleh perusahaan, sesuai peraturan yang berlaku.

Perusahaan alas kaki kualitas ekspor yang berlokasi di Kecamatan Kibin, Kabupaten Serang, Banten itu mengaku telah menempuh berbagai cara agar tidak ada pengurangan, tetapi mereka tak berdaya melawan kondisi ekonomi global yang lebih ketidak pastian.

"Berbagai hal telah kami lakukan seperti stop recruitment, tidak ada lembur, pengurangan jam kerja dan program cuti khusus, namun tidak dapat kami hindari dan dengan berat hati kami harus melaksanakan program pengunduran diri sukarela," terangnya. 

Keputusan Berat Perusahaan

Keputusan merumahkan ribuan pegawai produsen sepatu itu merupakan pilihan terakhir. Manajemen juga mengaku sudah berdiskusi dengan serikat buruh hingga pemerintah daerah (Pemda).

Pilihan pahit harus diambil, setelah perusahaan juga melakukan upaya perampingan keuangan melalui pengurangan jam kerja, penggajian hanya 70 persen agar semua bisa tetap bekerja, tetap mendapat gaji meski hanya bekerja 3 hari. Strategi itu telah dilakukan dalam 3 bulan terakhir, namun tidak bisa menyelamatkan kondisi perusahaan.

"Sejauh ini kita selalu berdiskusi dengan serikat, stakeholder pemerintah seperti disnaker. Jadi Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada yang protes, karena kita selalu menjelaskan ini bukan kemauan perusahaan," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya