Liputan6.com, Yogyakarta - Tak jauh di selatan Masjid Agung Mataram Kotagede, tepatnya di kampung Kedaton, terdapat watu gilang dan watu gatheng (cantheng). Keduanya tersimpan si sebuah bangunan kecil yang berada di tengah-tengah jalan yang diberi nama sesuai dengan batu-batu tersebut.
Mengutip pariwisata.jogjakota.go.id, watu gilang dipercaya sebagai tahta raja-raja Mataram-Islam. Watu gilang ini memiliki wujud berupa papan batu berwarna hitam legam.
Terdapat prasasti yang ditulis dengan berbagai bahasa yang terletak di sisi atas batu tersebut. Meski dipercaya sebagai tahta raja-raja Mataram-Islam, tetapi fungsi keberadaan watu ini juga masih menjadi misteri.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, watu gatheng memiliki wujud berupa tiga batu berbentuk bulat. Batu-batu tersebut berbentuk bulat masif menyerupai bola yang berwarna kekuning-kuningan.
Menurut legenda yang dipercaya masyarakat setempat, ketiga batu berbentuk bulat bola tersebut adalah alat permainan Pangeran Rangga. Pangeran Rangga merupakan salah seorang putra Panembahan Senopati.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa batu-batu tersebut merupakan peluru meriam kuno. Pada masa pemerintahan Sultan Agung di Mataram, memang terdapat meriam berukuran besar yang diberi nama Pancawura.
Meriam tersebut kini berada di halaman Pagelaran Keraton Surakarta. Konon, meriam ini pernah dicoba untuk penyerangan ke Batavia, tetapi ternyata sulit untuk dilaksanakan karena ukurannya yang besar.
Selain itu, sarana dan prasarananya pun tidak memadai. Terlepas dari fungsinya di masa lalu, kini watu gilang dan watu gatheng Kotagede Yogyakarta masih tersimpan rapi sebagai salah satu peninggalan kuno.
(Resla Aknaita Chak)