Petani di Gorontalo Waswas dengan Kekeringan Ekstrem Akibat Dampak El Nino

Apalagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)memprediksi jika Elnino berpotensi menyebabkan kekeringan ekstrim di berbagai wilayah.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 30 Apr 2023, 03:00 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2023, 03:00 WIB
Kekeringan melanda sebagian wilayah Filipina, akibat hantaman El Nino berkepanjangan (AFP)
Kekeringan melanda sebagian wilayah Filipina, akibat hantaman El Nino berkepanjangan (AFP)

Liputan6.com, Gorontalo - Fenomena alam El Nino yang diperkirakan akan terjadi beberapa bulan ke depan ini mengkhawatirkan petani, tak terkecuali di Gorontalo. Pasalnya, dampak dari Fenomena ini dikhawatirkan akan berdampak pada aktivitas pertanian.

Salah satunya di Provinsi Gorontalo, petani di tanah serambi madinah ini mulai was was menghadapi dapak terburuk dari El Nino. Apalagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)memprediksi jika Elnino berpotensi menyebabkan kekeringan ekstrim di berbagai wilayah.

El Nino sendiri merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Pemanasan yang terjadi pada SML akan meningkatkan risiko pertumbuhan awan untuk area Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di Indonesia. Secara singkat, El Nino akan menyebabkan kekeringan secara umum.

"Itulah yang kami khawatirkan, jika kekeringan terjadi akibat fenomena ini, kami harus bagaimana? Apakah ada solusi pemerintah," kata Amirudin Pakaya salah satu petani di Gorontalo kepada Liputan6.com (29/04/2023)

Pria yang akrab disapa Amir itu mengaku, bahwa lahan yang saat ini digarap berada di ketinggian yang jauh dari sumber air. Dirinya hanya mengharapkan hujan, agar tanamannya bisa tumbuh dengan semestinya.

Selain itu, ia bersama petani lainya tidak memiliki fasilitas penunjang sebagai antisipasi dampak El Nino. Seperti contoh bak penampungan cadangan air hingga pompa yang mampu mendorong air ke lahan pertanian.

"Kami tidak punya fasilitas pertanian apa-apa. Seharusnya, kalau memang ada dampak seperti ini setiap tahun, pemerintah sudah harus mengantisipasi itu agar petani tidak kesusahan," ungkapnya.

"Kalau begini jadinya, kira-kira kami mau cari makan di mana?. Sementara tanaman jagung sangat bergantung pada air," imbuhnya.

 

Simak juga video pilihan berikut:

Antisipasi Dampak Buruk

Sementara itu, Dedy petani cabai asal Kabupaten Bone Bolango (Bonebol) juga bersiap menghadapi fenomena tersebut. Dengan alat seadanya, mereka menyiapkan selang air sebagai untuk menyiram tanaman.

Air tersebut ditarik menggunakan mesin alkon dari aliran sungai menuju lahan. Dirinya berharap, langkah  tersebut bisa menjadikan aktivitas mata pencaharian mereka tidak terganggu dengan perubahan cuaca.

"Akhir-akhir ini kadang cuacanya panas sekali, tapi sesekali hujan. Namun karena ada informasi adanya fenomena El nino ini, kami mulai mempersiapkan segala sesuatu," kata Dedy.

Meski begitu, mereka tetap berharap solusi dari pemerintah daerah. Jangan sampai musim kering bisa lama, menjadikan petani malah tidak produktif.

"Pemerintah harus ada solusi, jika terjadi gagal panen, apakah kami bisa dibantu?. Minimal ada subsidi dari kerugian yang bakal kami terima," ia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya