Lopis Raksasa, Tradisi Syawalan di Pekalongan

Tradisi lopis raksasa umumnya diadakan pada 8 Syawal.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 30 Apr 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2023, 14:00 WIB
Lopis Raksasa, Tandai  Tradisi syawalan di Pekalongan
Warga terlihat antusias menunggu pemotongan makanan yang terbuat dari beras ketan dan kelapa itu meski harus melawan panas terik matahari.

Liputan6.com, Pekalongan - Syawalan merupakan tradisi usai Idulfitri yang diadakan oleh beberapa masyarakat di Indonesia. Masyarakat Krapyak, Pekalongan, juga memiliki tradisi syawalan tersendiri yang diberi nama lopis raksasa.

Mengutip dari jateng.nu.or.id, konon tradisi ini sudah ada sejak 1885. Namun, tradisi ini mulai dilakukan secara besar-besaran pada 1950. 

Tradisi lopis raksasa umumnya diadakan pada 8 Syawal. Dalam tradisi ini, masyarakat saling berkumpul dan bersilaturahmi. Mereka saling berkunjung dan menikmati hidangan yang disediakan.

Sesuai namanya, dalam tradisi ini kehadiran lopis raksasa menjadi salah satu hal yang menarik. Biasanya lopis raksasa dibuat setinggi 2 meter dengan diameter 1,5 meter dan berat mencapai 225 kilogram.

Lopis ini nantinya akan dipotong oleh wali kota Pekalongan usai didoakan untuk kemudian dibagikan ke masyarakat setempat. Saat pembagian, masyarakat biasanya akan saling berebut untuk mendapatkan lopis sebagai gambaran berlomba mendapatkan berkah.

Lopis yang bertekstur lengket juga memiliki filosofi tersendiri, yakni menggambarkan silaturahmi yang erat antarwarga. Usai pembagian dan perebutan lopis, para pengunjung yang juga berasal dari luar Pekalongan biasanya melanjutkan berlibur ke Pantai Slamaran Indah.

Tokoh masyarakat setempat KH Zaenuddin menuturkan, orang yang pertama kali memperkenalkan tradisi ini adalah KH Abdullah Sirodj, yakni ulama Krapyak yang masih keturunan Tumenggung Bahurekso (Senopati Mataram). Awalnya, beliau rutin melaksanakan puasa Syawal yang diikuti masyarakat sekitar Krapyak dan Pekalongan.

Selanjutnya, KH Abdullah Sirodj memilih lopis sebagai simbol Syawalan di Pekalongan yang terbuat dari beras ketan. Beras ketan memiliki daya rekat yang kuat dan menyimbolkan persatuan.

Selain itu, lopis juga dibungkus dengan daun pisang yang melambangkan Islam dan kemakmuran. Daun pisang yang digunakan tidak boleh terlalu tua maupun terlalu muda karena akan berpengaruh pada cita rasa lopis.

Lopis juga diikat dengan menggunakan tali pelepah pisang yang melambangkan kekuatan. Pengikat ini juga bisa diartikan sebagai jalinan silaturahmi antarumat muslim.

Mengutip dari pekalongankota.go.id, tahun ini tradisi lopis raksasa digelar pada 29 April 2023. Lopis seberat 1.830 kilogram dengan tinggi 223 cm dan diameter 250 cm siap memeriahkan perayaan Festival Lopis Raksasa 2023 di Kota Pekalongan.

(Resla Aknaita Chak)

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya