Pemilik Catalia Batik Ungkap Alasan Produknya Diminati sampai ke Eropa, Salah Satunya Selalu Ikuti Tren Fesyen

Yang membedakan Catalia dengan produsen batik lainnya, salah satunya adalah beragam kreasi dan desain batik mereka yang selalu mengikuti perkembangan tren fesyen tanpa meninggalkan sentuhan tradisional.

oleh Henry diperbarui 10 Feb 2025, 09:05 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2025, 16:02 WIB
Adriansyah Pemilik Catalia Batik Pekalongan di Inacraft 2025.  (Liputan6.com/Henry)
Adriansyah Pemilik Catalia Batik Pekalongan di Inacraft 2025.  (Liputan6.com/Henry)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Catalia Batik, merupakan brand batik asal Pekalongan yang sudah bernapaskan sentuhan modern. Dari look yang ditampilkan pada kain viscose menjadi keunggukan Catalia yang dipadukan dengan warna-warna alam sehingga menampilkan kesan eksklusif.

Yang membedakan Catalia dengan produsen batik lainnya, salah satunya adalah beragam kreasi dan desain batik mereka yang selalu mengikuti perkembangan tren fesyen tanpa meninggalkan sentuhan tradisional.

“Kita ada beberapa macam kreasi batik seperti blazer, gaun, blouse, kemeja dan crop top. Ada juga yang bentuknya seperti jaket. Kita memang sesuaikan dengan tren yang lagi diminati terutama anak muda atau gen Z,” terang Adriansyah selaku pemilik Catalia Batik saat ditemui tim Lifestyle Liputan6.com di booth mereka di pameran Inacraft 2025 di JICC Senayan, Jakarta, Minggu (9/2/2025).

Di tahun ini misalnya, menurut Adriansyah atau biasa disapa Adrian, batik yang diperkirakan jadi tren adalah model baju yang lebih simpel dan biasa dipakai sebagai atasan, seperti blouse atau blazer dengan warna-warna nature atau alam seperti biru muda yang dipadukan dengan warna gelap dan kalem.

"Modelnya mungkin lebih ke Eropa Timur karena di sana batik cukup diminati dan produk kita juga sampai ke sana. Jadi, batik bakal banyak dipakai sebagai atasan seperti crop top dan blazer dipadukan dengan celana palazzo, dengan warna nature seperti putih, krem, hitam, warna-warna yang lebih simpel dan model yang klasik," ucap Adrian.

Produk-produk Catalia memang sudah dijual sampai ke Eropa dan bahkan Amerika Serikat. Penjualan mereka masih dilakukan secara online sampai saat ini. Meski begitu, Adrian mengaku sama sekali tidak menduga usaha yang dirintisnya sejak 2018 lalu bisa berkembang pesat seperti sekarang ini.

Awalnya, Adrian meneruskan usaha orangtuanya yang memproduksi dan menjual kain batik dan wastra yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Namun ia tak mau sekadar melanjutkan usaha yang menurutnya cenderung stagnan dan kurang mengikuti zaman. Kecintaannya pada batik dan impiannya membawa batik dikenal sampai dikenal di dunia internasional sehingga menjadi kebanggaan Indonesia membuatnya mengambil keputusan besar.

 

Terpacu Membuat Berbagai Kreasi Batik

Catalia Batik Pekalongan di Inacraft 2025. (Liputan6.com/Henry)
Pemilik Catalia Batik Pekalongan di Inacraft 2025. (Liputan6.com/Henry)... Selengkapnya

"Saya masih ingat momennya, bulan November 2018, setelah berembug dengan istri kita memutuskan untuk memproduksi berbagai jenis pakaian batik sambil tetap memproduksi kain wastra tapi selalu mengikuti perkembangan atau tren dunia fesyen," ungkapnya.

Adrian menambahkan, faktor lainnya yang membuatnya mengembangkan usaha adalah semakin maraknya tren fesyen luar negeri terutama Korea di Indonesia. Padahal Indonesia punya banyak ciri khas di bidang fesyen yang tidak kalah memikat tapi masih kurang mendapat tempat di negeri sendiri.

"Istri saya kan penggemar K-Pop dan dia lihat tren fesyen Korea yang banyak disukai anak muda, padahal kita punya batik yang sangat beragam dan bisa dikembangkan dengan lebih baik lagi, tapi sayangnya masih tertinggal dalam hal promosi dan tren. Makanya kita terpacu buat membuat beragam kreasi batik yang menarik," lanjut Adrian.

Usaha memang tidak mengkhianati hasil. Dengan melalukan riset dan mempelajari pasar seperti apa yang sedang disukai anak muda, perkembangan Catalia dengan berbagai produk barunya semakin pesat.

Meski hanya degan penjualan online, hasil kreasi mereka banyak diminati bahkan sampai ke luar negeri. Selain di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, produk-produk mereka juga banyak diminati di beberapa negara Eropa Timur, Inggris dan Amerika Serikat. Para pembelinya, menurut Adrian, hampir semua adalah orang-orang asing dan bukan orang Indonesia yang tinggal di negara-negara tersebut.

Harus Lebih Kreatif

Adriansyah Pemilik Catalia Batik Pekalongan di Inacraft 2025.  (Liputan6.com/Henry)
Adriansyah Pemilik Catalia Batik Pekalongan di Inacraft 2025. (Liputan6.com/Henry)... Selengkapnya

"Kalau di Eropa dan Amerika itu mereka suka memakai batik sebagai atasan atau outer, karena bisa dipadukan dengan inner maupun bawahan lainnya. Ada yang suka warna-warna terang dan ada juga yang suka warna-warna alam. Jadi kita ikuti juga tren fesyen di sana dan kemudian disesuaikan dengan desain batik kita," jelasnya.

Walaupun usahanya makin berkembang, Adrian mengakui semakin sulit mencari perajin batik yang bisa bekerja dengan sangat detail, apalagi untuk produk batik tulis. Kurangnya regenerasi karena rendahnya minat anak muda menjadi perajin batik membuatnya harus lebih kreatif lagi.

Salah satunya dengan membuat semacam pelatihan bagi yang ingin menjadi perajin batik. Perlahan, mulai banyak anak muda yang tertarik menjadi perajin. Batik yang dihasilkan Catalia termasuk premium karena merupakan batik tulis dan cap dengan warna alami maupun sintesis.

Warna-warna alami biasanya didapat dari berbagai tumbuh-tumbuhan yang bisa diolah menjadi bahan pewarna batik. Proses pengerjaannya memang lebih lama dibandingkan dengan yang sintesis tapi nilai jualnya jadi lebih tinggi.

"Iya untuk batik tulis dengan pewarna alami misalnya, itu harganya bisa di atas Rp1 jutaan, baik untuk produk kain, kemeja, blazer atau yang lainnya, bahkan ada yang mencapai Rp5 jutaan dan itu biasanya karena costum atau permintaan khusus. Yang di bawah itu dengan pewarna sintesis, harganya mulai dari Rp400 ribuan. Yang alami memang jauh lebih mahal karena kualitas dan proses pembuatannya yang lebih lama dan rumit," tuturnya. 

Promosi dan Gandeng Influencer

Catalia Batik Pekalongan di Inacraft 2025. (Liputan6.com/Henry)
Catalia Batik Pekalongan di Inacraft 2025. (Liputan6.com/Henry)... Selengkapnya

Selain itu, faktor promosi juga tak kalah penting. Untuk pasar anak muda atau Gen Z, biasanya akan lebih berdampak dengan menggandeng influencer atau public figure. Adrian mencontohkan, pernah menggandeng artis Nabila Syakieb dan Shandy Aulia, dan dampaknya cukup bagus dari segi penjualan.

Begitu juga di sela-sela pameran Inacraft 2025, ada banyak figur publik, influencer sampai para pejabat yang membuat produk mereka semakin dikenal.

"Paling ramai itu waktu pembukaan (5 Februari) dan kemarin di hari Sabtu (8 Februari), ada beberapa orang pejabat maupun influencer dan artis yang mampir di booth kita, wah itu rame banget dan dampaknya sangat bagus buat kita. Ya satu lagi, ikut acara pameran seperti ini bisa sebagai sarana promosi yang efektif dan positif," ujarnya.

Dukungan dari berbagai pihak juga ikut membantu perkembangan Catalia, termasuk dari Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) maupun Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Tengah. Adrian pun berharap pemerintah semakin memperhatikan perkembangan UMKM karena merupakan penopang utama perekonomian Indonesia.

"UMKM seperti kita ini kan menghidupi banyak orang, mulai dari pembuat bahan pakaian, perajin, lalu penjual bahan-bahannya sampai karyawan, banyak yang terlibat dalam usaha seperti ini," kata Adrian.

 

Infografis Motif-Motif Batik Indonesia
Infografis motif-motif batik (Liputan6.com/Triyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya