Sejarah Prawirotaman, Kampung Bule Yogyakarta yang Namanya Berasal dari Prajurit Keraton

Di Prawirotaman, wisatawan dapat menemukan berbagai bangunan bersejarah, seperti rumah-rumah Belanda peninggalan masa penjajahan. Selain itu, wisatawan juga dapat menemukan berbagai kafe, toko aksesoris dan barang antik, artshop, restoran, hingga bar.

oleh Tifani diperbarui 10 Okt 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2023, 17:00 WIB
Kafe yang menyediakan menu western ada di Tirana house
Lokasinya tidak jauh dari Prawirotaman Jogja

Liputan6.com, Yogyakarta - Prawirotaman merupakan sebuah kampung wisata yang terletak di Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta. Kawasan ini dikenal sebagai pusat penginapan bagi wisatawan asing, khususnya backpacker.

Tak heran kawasan Prawirotaman kerap dijuluki sebagai Kampung Turis atau Kampung Bule. Masyarakatnya pun terbiasa berbahasa Inggris, sehingga membuat nyaman turis dari luar negeri.

Salah satu daya tarik Prawirotaman adalah suasananya yang unik dan menarik. Kawasan ini merupakan perpaduan antara budaya Jawa dan budaya Barat.

Di Prawirotaman, wisatawan dapat menemukan berbagai bangunan bersejarah, seperti rumah-rumah Belanda peninggalan masa penjajahan. Selain itu, wisatawan juga dapat menemukan berbagai kafe, toko aksesoris dan barang antik, artshop, restoran, hingga bar.

Namun sebagai kenal sebagai Kampung Bule, Prawirotaman merupakan kawasan elite pada abad ke-19. Dikutip dari laman jurnal berjudul "Ekspansi Pariwisata di Kampung Prawirotaman" (2022) karya Yulistia Utami, Prawirotaman juga memiliki sejarah panjang.

Berikut fakta menarik Kampung Prawirotaman yang kerap disebut sebagai Kampung Bule.

1. Tanah Hadiah untuk Prawirotomo

Nama Prawirotaman berasal dari kata prawirotomo yang merupakan gabungan kata prawiro dan tama. Prawiro memiliki arti prajurit, berani, perwira, sementara tama memiliki arti ahli atau pandai.

Kawasan yang menjadi cikal bakal Prawirotaman ini diberikan oleh Keraton Yogyakarta untuk seorang bangsawan bernama Prawirotomo pada awal abad ke-19. Prawirotomo kemudian membangun sebuah rumah di atas tanah tersebut dan mulai mengembangkan kawasan tersebut menjadi sebuah pemukiman.

Sejak itu, kawasan tersebut berkembang menjadi permukiman. Selain itu, kawasan tersebut menjadi tempat tinggal Bregada Prawirotomo.

Salah satu kesatuan prajurit keraton Yogyakarta pada masa penjajahan, hingga pejuang-pejuang setelahnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Markas Laskar Perjuangan hingga Prajurit Hantu

2. Markas Laskar Perjuangan hingga Prajurit Hantu

Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, kawasan Prawirotaman menjadi salah satu markas perjuangan. Kawasan ini menjadi tempat berkumpulnya para pejuang dari berbagai daerah di Indonesia untuk menyusun strategi dan merencanakan pertempuran.

Daerah Prawirotaman II dan III sebenarnya lebih dikenal dengan nama Jalan Gerilya. Konon, kawasan ini dulunya merupakan markas Pasukan Hantu Maut yang dipimpin oleh Pak Tulus.

Pasukan Hantu Maut merupakan kumpulan pasukan gerilyawan yang berasal dari pemuda-pemuda kampung Pujokusuman, Brontokusuman, Prawirotaman dan Karang Kajen. Pasukan ini dibentuk sekitar 1949.

Pada salah satu sudut jalan, terdapat sebuah batu tulis yang dibuat untuk memperingati perjuangan pasukan tersebut.

 


Sentra Industri Batik

3. Sentra Industri Batik

Setelah Indonesia merdeka, kawasan ini dikenal sebagai pusat industri batik yang dikelola keluarga Prawirotomo. Rupanya istri para prajurit Prawirotomo mayoritas menekuni usaha batik.

Kemudian, lama-kelamaan peminat kain batik di kampung Prawirotaman pun semakin meluas. Pada akhirnya, batik menjadi komoditas dagang utama di daerah ini.

Namun, usaha batik semakin meredup sekitar tahun 1970-an. Oleh karena itu, para keturunan Prawirotomo kemudian membanting setir ke jasa penginapan.

Banyak dari penginapan tersebut dikelola oleh tiga keluarga keturunan Prawirotomo, Werdoyoprawiro, Suroprawiro, dan Mangunprawiro.

 


Tamu Belanda

4. Tamu Belanda

Usaha hotel di Prawirotaman bermula ketika ada seorang tamu dari Belanda yang ingin belajar membatik. Ketika itu, salah seorang pemilik rumah menyewakan salah satu kamar di rumahnya kepada tamu tersebut.

Sepulang dari kunjungannya, tamu tersebut kemudian bercerita kepada temannya tentang aktivitas belajar membatik dan penginapan di Prawirotaman. Kabar tersebut pun dengan cepat tersebar, sehingga pengunjung semakin ramai berdatangan.

Seiring dengan perkembangan zaman, objek dan atraksi wisata modern di Prawirotaman pun semakin meluas. Usaha batik masih ada di kampung ini, tetapi tidak lagi menjadi pusat wisata yang paling menonjol.

Selain penginapan, Prawirotaman kini ramai dengan kafe, restoran, taman-taman cantik, coffee shop, hingga bar yang menjadi bagian dari nightlife para turis.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya