Keren, 12 Peternak Muda Indonesia ini Dikirim ke Belanda untuk Belajar Manajemen Peternakan

Ke-12 peternak muda ini akan mempelajari manajemen peternakan di Belanda yang lebih maju untuk diterapkan di Indonesia.

oleh Novia Harlina diperbarui 23 Okt 2023, 06:43 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2023, 10:06 WIB
PT Frisian Flag Indonesia (FFI) telah memilih 12 peternak muda dikirim ke Belanda belajar manajemen peternakan. (Liputan6.com/ ist)
PT Frisian Flag Indonesia (FFI) telah memilih 12 peternak muda dikirim ke Belanda belajar manajemen peternakan. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - PT Frisian Flag Indonesia (FFI) telah memilih 12 peternak muda yang memenangi program Young Progressive Farmer Academy dan akan mengikuti pelatihan di Belanda.

Para pemenang ini diseleksi dari 36 finalis yang terpilih business plan-nya dari 101 proposal yang dikirimkan peserta. Para finalis berasal dari 14 kabupaten di 3 provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta terdiri dari 30 peternak pria dan 6 peternak wanita.

Berikut ini profil para pemenang Young Progressive Farmer Academy yang akan berangkat ke Belanda untuk mempelajari praktik peternakan sapi perah terbaik:

1. Bagus Wahyu Putra Hermawan

Pria 26 tahun anggota Koperasi Bangun Lestari dari Jawa Tengah ini sudah beternak sapi perah lebih dari 5 tahun dan saat ini telah memiliki 12 ekor sapi perah, terdiri dari 8 ekor sapi laktasi dan 4 ekor anakan.

Hewan ternaknya dipelihara di atas lahan kandang seluas 50 m2 dari total 700 m2 lahan milik dan 1.000m2 lahan sewaan. Bagus memiliki fasilitas kandang dan peralatan milking machine yang baik dan memadai untuk pengembangan peternakan sapi perah di masa depan.

Termasuk lahan yang cukup luas untuk pakan di masa depan. Peternak muda ini dikenal aktif dalam diskusi di kelompok peternakan untuk memajukan pengelolaan bisnis peternakannya. Bahkan pasca terjadinya wabah penyakit kuku dan mulut baru-baru ini, dia punya semangat yang sangat tinggi untuk bangkit kembali.

Selain itu, dari proposalnya terlihat bahwa sosok yang satu ini memang memiliki keinginan yang kuat untuk mempelajari ilmu baru dan mempraktikkannya. Itulah yang membuatnya lolos ke Belanda.

2. Heni Astiti Karya Dewi

Perempuan 30 tahun anggota Koperasi Bangun Lestari di Jawa Timur ini sudah beternak sapi perah lebih dari 5 tahun dan memiliki populasi 15 ekor sapi perah, terdiri dari 7 sapi laktasi dan 8 anakan di lahan kandang 500 m2 dari total lahan 100.000m2 miliknya.

Selain memiliki lahan sendiri berupa padang rumput yang sangat luas untuk memberi makan ternak, Heni melengkapi peternakannya dengan fasilitas chopper untuk pakan dan memanfaatkan kotoran sapi untuk meningkatkan kualitas peternakannya. Tak heran kalau sapi-sapinya tumbuh dengan baik.

Bersama suami, Heni berbagi peran untuk mengembangkan peternakan sapi perahnya. Tapi secara pribadi dia cukup aktif mengikuti pelatihan-pelatihan pengembangan peternakan dan berbagai program pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan kapasitasnya.

Heni juga berani untuk mencoba hal-hal baru dalam mengembangkan peternakannya. Dari penilaian para juri, Heni dianggap memiliki potensi belajar yang tinggi karena selalu punya keinginan yang besar untuk mempelajari ilmu baru dan mempraktikkannya.

3. Misbahul Munir

Walau beternak kurang dari lima tahun, Misbahul Munir sudah memiliki populasi sapi perah sebanyak 30 ekor, dengan 21 ekor sapi laktasi dan 9 anakan. Peternakannya berdiri di lahan milik sendiri seluas 10.000m2 dan lahan sewaan seluas 4.000m2 dan kandang seluas 200m2, lengkap dengan milking machine dan mesin chopper.

Pria 28 tahun yang bergabung di koperasi KAN Jabung di Jawa Timur ini, berani mengambil inisiatif mengajukan pinjaman untuk mengembangkan bisnisnya. Dia juga aktif mencari informasi bagaimana membangun lahan peternakan menjadi kandang masa depan yang nyaman bagi sapi-sapinya sekaligus ramah lingkungan.

Misbahul berhasil menciptakan kondisi kandang yang memadai untuk ternaknya dan memiliki pakan hijau yang cukup bagi seluruh populasi ternaknya. Misbahul sangat menonjol dalam hasratnya yang besar untuk mempelajari ilmu-ilmu baru dan mempraktikkannya untuk kemajuan peternakannya.

 

 

4. Sulistiani

Bergabung di Koptan Jasa Tirta di Jawa Timur, Sulistiani belum genap lima tahun menjadi peternak dengan populasi sapi perah 8 ekor, terdiri dari 6 ekor sapi laktasi dan 2 ekor anakan. Peternakannya berdiri di lahan sendiri seluas 3.500m2 dan lahan sewaan seluas 2.000m2 dengan lahan kandang seluas 250 m2.

Perempuan 30 tahun ini melengkapi peternakannya dengan chopper untuk pakan dan mengembangkan pengolahan limbah kotoran sapi untuk dimanfaatkan lebih lanjut.

Sulistiani tergolong berani untuk mencoba hal-hal baru di peternakannya, meski belum pernah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Dia memang cukup terbuka terhadap informasi dan saran mengenai praktik peternakan sapi perah yang baik dan dia juga aktif bertanya.

Sulistiani yang aktif berbagi peran dengan suaminya di peternakan, berencana membangun freestall barn, yakni bangunan khusus untuk memelihara sapi perah sehari-hari, dan menggunakan silase, yaitu proses pengolahan hijauan pakan ternak agar dapat disimpan dalam waktu lama. Untuk itu, dia siap mengajukan pinjaman untuk mewujudkan mimpinya.

Dari business plan-nya, Sulistiani terlihat memiliki agresivitas yang tinggi karena berani merealisasikan rencana dan mengakses sumber daya di luar dirinya. Dan dia juga termasuk sosok yang punya keinginan besar untuk mempelajari ilmu baru dan mempraktikkannya.

5. Yahdi Nur Haqqi

Pria 39 tahun yang bergabung di koperasi KPS Bogor ini belum lima tahun menjadi seorang peternak dengan jumlah populasi sapi perah 10 ekor, terdiri dari 8 ekor sapi laktasi dan 2 ekor anakan.

Peternakannya berdiri di lahan milik sendiri seluas 13.000m2 dengan kandang seluas 15.000 m2, yang dilengkapi dengan fasilitas milking machine. Yahdi memiliki kapasitas kandang dan lahan pakan yang termasuk sangat besar di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) di Bogor.

Yahdi berencana mengolah kotoran sapi menjadi pupuk agar bisa dimanfaatkan untuk lahan atau dijual. Dia juga mengaku sudah punya modal yang siap dimanfaatkan untuk pengembangan peternakan sapi perah lebih lanjut di masa depan.

Dari proposal yang diajukan, Yahdi terlihat memiliki keberanian yang besar untuk merealisasikan rencana dan mengakses sumber daya di luar dirinya. Dia juga punya kemampuan untuk tumbuh dengan memanfaatkan sumber daya yang ada saat ini. Selain itu, Yahdi termasuk sosok yang punya perhatian dalam pengembangan peternakan yang ramah lingkungan.

6. Asep Dani Rusdani

Peternak yang bergabung dengan KPSBU Lembang, Jawa Barat, ini memiliki 12 ekor sapi, terdiri dari 7 ekor sapi laktasi dan 5 ekor anakan di lahan milik sendiri seluas 210m2 dan lahan sewaan seluas 19.600m2.

Dengan pengalaman beternak sapi lebih dari 5 tahun, pria 36 tahun ini mencoba membangun peternakan sapi yang modern, lengkap dengan milking machine dan silase untuk menyediakan pakan hijau yang berkelanjutan.

Bersama pemuda petani di masyarakat, Asep mengolah kotoran sapi secara berkelompok untuk dimanfaatkan kembali menjadi rumput atau untuk penanaman jagung (silase). Mereka juga secara berkelompok menyewa lahan untuk memenuhi kebutuhan penghijauan.

Untuk melengkapi pengetahuannya akan peternakan, Asep aktif mengikuti berbagai pelatihan. Itu juga mendorongnya berencana mengganti sapi yang tidak produktif dengan sapi yang produktif dan mengakses kembali pinjaman untuk menambah sapi laktasi dan mencapai target dalam programnya.

Asep memang mempunyai keberanian yang tinggi untuk merealisasikan rencana dan mengakses sumber daya di luar dirinya. Dia juga dinilai mampu menginspirasi peternak lainnya, punya keinginan yang kuat untuk mempelajari ilmu yang baru dan mempraktikannya. Business plan-nya sendiri dianggap sangat jelas dan realistik. 7. Kristianti

Perempuan 23 tahun yang bergabung di KPSBU Lembang, Jawa Barat, ini sudah menjadi peternak sapi perah lebih dari 5 tahun, berbagi peran dengan suaminya. Saat ini mereka memiliki 13 ekor sapi, terdiri dari 9 ekor sapi laktasi dan 4 ekor anakan, yang dipeliharanya di lahan milik sendiri seluas 3.500m2 dan lahan sewa seluas 2.800m2 dengan lahan kandang seluas 280m2.

Kristianti aktif berpartisipasi dalam berbagai pelatihan yang diadakan. Setelah mengikuti program pemberdayaan perempuan, ada perubahan yang positif dalam cara Kristianti mengelola peternakannya.

Lahan dan kandang serta sapinya terawat dengan baik dan dilengkapi dengan fasilitas milking machine dan pemanfaatan limbah kotoran sapi.

Kristianti berencana membangun kandang baru untuk meningkatkan populasi sapinya. Dalam perencanaan ini, dia sangat mendetail dalam hal dana yang dibutuhkan dan alokasinya. Dia juga siap mengelola pakan yang lebih baik dengan membuat silase dan strategi pakan konsentrat/aditif lainnya untuk meningkatkan produktivitas ternak.Kristianti memang cukup kuat dalam perencanaan untuk pengembangan peternakannya.

Dia juga mempunyai keinginan yang kuat untuk belajar dan mempraktikkan ilmu baru yang didapatkannya dan itu cukup untuk mengantarkannya belajar lebih lanjut ke Belanda bersama program Young Progressive Farmer Academy.

 

 

 

8. Rumini

Masih dari KPSBU Lembang, Rumini hadir sebagai salah satu peternak dengan jumlah populasi sapi yang cukup besar. Perempuan 34 tahun ini memiliki 41 ekor sapi perah, terdiri dari 18 sapi laktasi dan 23 ekor anakan di lahan milik sendiri seluas 800 m2 dan lahan kandang seluas 45m2.

Peternakannya sudah dilengkapi milking machine dan silage untuk pakan hijau berkelanjutan. Dia juga memanfaatkan limbah kotoran sapi untuk diolah lebih lanjut jadi kompos dan sebagainya.

Rumini ternyata memiliki latar belakang pekerjaan di bidang keuangan sebelum memutuskan terjun sebagai peternak sapi perah. Karena itu dia memiliki perencanaan keuangan yang kuat dan modal usaha yang baik.

Sebagai peternak, Rumini meningkatkan kapasitasnya dengan rajin mengikuti berbagai pelatihan dan program pemberdayaan perempuan. Berbagai pelatihan ini menghasilkan perubahan positif dalam caranya mengembangkan peternakan dan dia memang terbuka terhadap berbagai saran dan masukan.

Rumini juga termasuk sosok berpengaruh di kelompok peternak di daerahnya. Ia terbilang agresif dan berani dalam penambahan populasi sapi dan berencana menggunakannya sebagai investasi untuk mendanai pengembangan bisnis peternakannya lebih lanjut di masa depan.

9. Romi Pebrianur

Peternak yang bergabung di KPSP Saluyu, Jawa Barat, ini sudah menjadi peternak lebih dari 5 tahun dan memiliki 23 ekor sapi, terdiri dari 11 ekor sapi laktasi dan 12 ekor anakan. Peternakannya berdiri di lahan milik sendiri seluas 1.120m2 dan lahan kandang seluas 560m2.

Fasilitas peternakannya sudah dilengkapi milking machine dan pengolahan limbah kotoran sapi untuk dimanfaatkan sebagai biogas dan kompos yang digunakan di lahan atau dijual.

Pria 29 tahun ini terbilang peternak yang punya keinginan kuat untuk belajar. Makanya dia aktif dalam berbagai pelatihan, termasuk pelatihan Farmer2Farmer dan ternyata itu telah berdampak positif dalam caranya mengelola peternakan. Kondisi kandang dan sapinya bagus. Dia berencana menambah lahan hijau milik pribadi maupun yang disewakan untuk pemenuhan pakan hijau bagi ternaknya.

Romi juga berhasil memanfaatkan jerami padi yang melimpah di sekitar daerahnya, untuk dimanfaatkan melalui amoniasi untuk meningkatkan serat pakan bagi sapi, terutama ketika musim kemarau. Sosok yang cukup berpengaruh di kelompok dan komunitasnya ini berencana mengajukan pendanaan untuk menambah populasi sapinya pada tahun depan.

10. Muhammad Hilal Ferdiansyah

Anggota KPSP Setia Kawan, Jawa timur, ini menjadi peternak sapi belum genap lima tahun. Dia memiliki 13 ekor sapi perah, terdiri dari 6 ekor sapi laktasi dan 7 ekor anakan di lahan milik sendiri seluas 6.800m2 dan lahan sewaan seluas 10.000m2, dengan luasan kandang 270m2, yang dilengkapi fasilitas chopper untuk pakan.

Bersama kelompoknya, Muhammad Hilal melakukan inovasi pengolahan limbah kotoran ternak di kandang untuk membuat pupuk urea organik dan bio urin yang digunakan di lahan. Mereka juga membuat petroleum jelly untuk produk susu dari bahan organik dan enzim ramah lingkungan untuk desinfeksi yang stabil.

Di lahannya, Muhammad Hilal mengembangkan kandang semi-bebas, sehingga sapi bisa bergerak bebas di luar kandang. Dia berencana mengganti sapi yang tidak produktif dengan sapi yang produktif. Untuk itu, dia berencana mengusahakan pendanaan dari bank dan penjualan sapi jantan dan anakan.

Anak muda 23 tahun ini dinilai memiliki jiwa kepemimpinan dan mampu untuk menginspirasi peternak lain di komunitasnya. Dia juga memiliki hasrat yang kuat untuk belajar ilmu baru dan mempraktikkannya. Sebagai seorang peternak, Muhammad Hilal juga memilik perhatian yang kuat pada model peternakan yang ramah lingkungan.

 

 

 

 

 

 

11. Mirza Azmi

Peternak yang bergabung di koperasi Rukun Santoso di Jawa Timur ini sudah beternak sapi perah kurang dari lima tahun dan memiliki total 18 ekor sapi perah, terdiri dari 12 ekor sapi laktasi dan 6 ekor anakan. Peternakannya berjalan di lahan sewaan seluas 10.000m2 dengan luas lahan kandang 1.600m2.

Pria 29 tahun ini sudah melengkapi fasilitas peternakannya dengan chopper untuk penyediaan pakan dan pakan hijauan sudah menggunakan silase. Kotoran ternak akan diolah menjadi kompos.

Mirza berencana membangun fasilitas free stall stable atau kandang pemeliharaan berkapasitas lebih besar sehingga bisa memelihara lebih banyak sapi. Dia memang berencana menambah populasi sapi perahnya dengan membeli dari peternak unggul dengan biaya mandiri.

Sebagai seorang peternak, Mirza tak ingin tumbuh sendiri tetapi juga menginspirasi peternak lain untuk sama-sama maju. Dia juga punya keinginan yang besar untuk belajar ilmu baru untuk mengembangkan peternakannya supaya dapat tumbuh lebih besar lagi dengan sumber daya yang dimiliki saat ini dan perencanaan yang jelas dan realistis.

12. Tatok Harianto

Pria 36 tahun ini bergabung dengan koperasi SAE Pujon di Jawa Timur. Di lahan peternakannya, yang terdiri dari 1.000m2 lahan milik sendiri dan 2.000m2 lahan sewaan serta lahan kandang seluas 500m2, Tatok memelihara populasi sapi yang cukup besar, yaitu 22 ekor, yang terdiri dari 12 ekor sapi laktasi dan 10 ekor anakan.

Fasilitas peternakannya cukup lengkap. Tatok memiliki milking machine dan chopper dan penyediaan pakan hijau dengan silase.

Dengan kemauan yang kuat untuk belajar ilmu baru tentang peternakan sapi membuat Tatok mengembangkan peternakan yang memiliki produktivitas sapi yang sangat tinggi untuk ukuran peternak lokal, yaitu 25-30 liter susu per hari.

Dengan perencanaan yang dinilai jelas dan realistis, Tatok akan melakukan ekspansi dengan mengakses pendanaan dari bank. Ia juga akan mempersiapkan padang rumput yang lebih luas untuk mengamankan pasokan pakan hijau dan mengurangi biaya pakan di masa depan. Adapun limbah kotoran sapinya akan digunakan untuk biogas dan pupuk kandang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Profil Peternak Belanda

1. Wim van Ittersum

Peternakan pertama adalah milik Wim van Ittersum di kota Mastenbroek sekitar 1 jam berkendara dari Amsterdam. Wim menjalankan peternakan sapi perah yang diambil alih dari orangtuanya. Wim memiliki sekitar 210 sapi perah dengan 90 sapi muda dan anak sapi, menanam rumput dan silase jagung di tanah gambut seluas 100 hektar.

Pekerjaan di pertanian dilakukan bersama istri dan dua putranya. Sejak 2021 Wim telah bermitra dengan putra terkecilnya Wiljen yang berencana mengambil alih pertanian di masa depan. Salah satu penekanan Wim kepada para peternak pemenang adalah pentingnya rumput segar untuk pangan sapi.

2. Jos Knoef

Kedua adalah peternakan milik Jos Knoef yang terletak di kota Geesteren dan memiliki dua lokasi. Jos bersama sang istri Inggrid dan putra tertuanya Ben memerah susu sekitar 200 sapi dengan 30-stand swing-over milking parlour dan di lokasi lainnya Jos memerah susu sekitar 100 sapi dengan dua robot pemerah susu.

Jos memiliki 150 anak sapi betina yang dipelihara dan 30 sapi jantan dengan genetika terbaik. Sekarang Jos memiliki 106 sapi yang menghasilkan lebih dari 100.000 kg susu, dua di antaranya menghasilkan lebih dari 200.000 kg. Di total lahan seluas 170 hektar, Jos juga memproduksi rumput (140 hektar) dan mais (30 hektar) untuk memberi makan sapi-sapinya.

Karena Belanda memiliki empat musim, sapi-sapinya akan merumput selama enam bulan saat musim panas. Jos berbagi tentang pentingnya merawat sapi agar selalu bahagia. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas dan gizi susu yang dihasilkan.

3. Herman Miedema

Peternakan ketiga terletak di bagian paling utara Belanda, yakni di kota Wyns, yang dimiliki Herman Miedema bersama putranya, Jehannes. Dengan sekitar 200 sapi dan 80 ternak muda.

Saat ini Jehannes masih bekerja paruh waktu di peternakan selain pekerjaan utamanya di perusahaan pedagang susu. Herman memiliki sistem manajemen peternakan yang memanfaatkan detektor pada telinga sapi.

Memerah susu di pagi hari dilakukan sendiri oleh Herman sedangkan shift malam dilakukan oleh sekelompok pekerja yang diberi upah. Luas perternakan milik Herman mencakup hingga 100 Hektar. Sebagian besar pekerjaan lapangan dilakukan oleh kontraktor yang disewa termasuk pemberian makan.

Herman berbagi tentang konsep kandang berkelanjutan yang tidak hanya baik untuk sapi-sapi yang diternak, tapi juga baik untuk lingkungan

 

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya