Liputan6.com, Bandung - Nama Sayed Hassan Nasrallah akhir-akhir ini menjadi sorotan usai dirinya muncul di depan publik sejak perang Hamas Palestina dan Israel pada 7 Oktober lalu. Pemimpin Milisi Hizbullah di Lebanon ini muncul dan memberikan pernyataan terkait perang tersebut.
Melalui pidatonya pada Jumat (3/11/2023) di Lebanon Selatan lalu, Hassan Nasrallah menyampaikan mengancam Israel dan Amerika Serikat. Kemudian, pada Minggu (5/11/2023) pidatonya mendapatkan tanggapan dari Pangeran Arab Saudi Abdulrahman bin Mosaad.
Baca Juga
Ia menyampaikan bahwa pernyataan Nasrallah adalah sebuah kebohongan dan tidak benar-benar mendukung Palestina. Abdulrahman menilai pidato yang dilakukan Nasrallah hanya omong kosong.
Advertisement
“Tidak ada keraguan bahwa Poros Perlawanan adalah kebohongan besar. 100.000 rudal dan senjata besar-besaran yang dimiliki Hizbullah, tidak ada hubungannya dengan mendukung perjuangan Palestina,” ujarnya mengutip dari The Jerusalem Post.
Abdulrahman bin Mosaad juga mengatakan bahwa menurutnya klaim poros perlawanan yang telah menangani masalah Palestina selama bertahun-tahun adalah sarana implementasi agenda Iran.
“Pidato Hassan Nasrallah yang mengatakan bahwa Operasi Banjir Al Aqsa adalah operasi Palestina saja dan poros perlawanan terkejut dengan hal ini, dan semua yang dikatakan dalam pidato tersebut menghilangkan semua topeng,” ujarnya.
Selain itu, Abdulrahman juga mengatakan bahwa semua yang dikatakan Nasrallah dalam pidatonya tersebut hanya lah ilusi yang didasari pada slogan keras. Bahkan ia berpendapat Nasrallah sendiri tidak meyakini apa yang telah ia sampaikan kepada publik tersebut.
“Nasrallah tidak mempercayai pidatonya sendiri sampai dia mengatakan bahwa semua upaya harus dilakukan untuk menghentikan perang di Gaza. Mengapa Anda mengatakan apa yang tidak Anda lakukan? Sangat menjijikan bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan,” ujarnya.
Ungkapan Nasrallah terkait Perang Hamas vs Israel
Sebelumnya, Nasrallah menyampaikan bahwa Hizbullah ingin segera menghentikan perang di Gaza tersebut. Serta ingin memastikan milisi sekutunya di Palestina, Hamas, memenangkan peperangan.
Adapun kedua hal tersebut adalah dua tujuan yang disampaikan oleh Nasrallah dalam pidatonya. Pernyataan tersebut dibicarakan pada publik ketika dirinya menanggapi perang Hamas dan Israel yang memuncak pada 7 Oktober lalu.
“Kami mempunyai dua tujuan di depan kami menghentikan pertempuran karena alasan kemanusiaan dan mencapai kemenangan bagi Gaza dan Hamas,” ujarnya.
Saat ini usai Hassan Nasrallah menyampaikan pidato tersebut namanya kembali menjadi sorotan publik. Bahkan Pangeran Arab Saudi Abdulrahman bin Mossad memberikan tanggapan terkait pidatonya tersebut.
Sebagai informasi, pasukan Israel semakin agresif dalam melakukan serangan kepada warga Palestina baik di udara dan darat. Bahkan serangan tersebut dilakukan di rumah sakit, toko roti, hingga kamp pengungsian.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza yaitu Ashraf Al-Qurdra menyampaikan warga Palestina yang tewas saat ini mencapai 9.488 sejak perang yang pecah pada 7 Oktober dan sekitar 3.900 korban tersebut merupakan anak-anak.
Advertisement
Lantas Siapa Hassan Nasrallah?
Melansir dari Al Jazeera, Hassan Nasrallah adalah Sekretaris Jenderal Hizbullah yaitu sebuah kelompok militan Muslim Syiah di Lebanon. Diketahui Hassan Nasrallah lahir pada 1960 di Beirut Timur.
Hassan Nasrallah diketahui sebagai murid luar biasa dan mengabdi pada ajaran Islam sejak ia masih kecil. Adapun pada 1975 perang saudara di Lebanon membuat keluarganya kembali ke rumah leluhur mereka di desa Bazzouriyeh, Lebanon Selatan.
Diketahui ketika Nasrallah berusia 15 tahun ia bergabung dengan gerakan Amal dan sebuah organisasi politik dan paramiliter yang mewakili Syiah di Lebanon. Kemudian ketika ia remaja Nasrallah melakukan perjalanan ke Najaf, Irak pada 1976 untuk mempelajari Al Quran di Seminari Syiah.
Adapun pada 1978 Nasrallah, ulama, dan mahasiswa Syiah lainnya diusir dari Irak oleh pemerintah Baath karena dianggap radikal. Ia dan yang lain pun akhirnya kembali ke Lebanon dan belajar dan mengajar di sekolah pimpinan Amal, Sheikh Abbas al-Musawi.
Bergabung Hizbullah
Pada 1982 setelah invasi Israel Nasrallah mengikuti Musawi untuk keluar dari Amal dan kemudian masuk dalam organisasi payung yaitu Hizbullah. Saat itu organisasi ini sudah didukung oleh Iran.
Diketahui pada 1992 diketahui militer Israel telah membunuh al-Musawi, istri dan ketiga anaknya. Kemudian atas permintaan pimpinan Iran Ayatollah Ali Khamenei, Nasrallah mengambil alih kepemimpinan di Hizbullah.
Sejak dibawah kepemimpinan Nasrallah kelompok Hizbullah pun kemudian menjadi lawan serius untuk pasukan Israel di Lebanon Selatan. Selain itu kedudukannya di Lebanon semakin kuat setelah putranya yang bernama Muhammad Hadi dibunuh oleh pasukan Negeri Zionis pada 1997.
Hizbullah kemudian melakukan serangan terhadap angkatan bersenjata Israel dan menjadi faktor penting yang membuat Israel menarik diri dari Lebanon Selatan pada 2000. Karena Israel berhasil menarik diri hal tersebut menjadi sebuah pencapaian dan membuat posisi politik nasional Hizbullah naik.
Adapun Nasrallah kemudian berusaha membebaskan warga Lebanon yang di tahan Tel Aviv dengan menangkap tentara Israel. Penangkapan tentara Israel tersebut diketahui untuk menjadi alat tukar pada 2004.
Melansir dari Samaa adanya penangkapan tersebut memicu adanya perang Lebanon pada 2006 dan konflik tersebut terjadi selama 34 hari. Namun akibat dari konflik tersebut membuat banyak korban jiwa dari kedua pihak dan memperkuat reputasi militer Hizbullah.
Advertisement