Usai Sowan Gus Mus, Tokoh Majelis Permusyawaratan Rembang Sebut Demokrasi Indonesia Diontang-anting

Salah satu tokoh Majelis Permusyawaratan Rembang ini mengaku prihatin dengan situasi sekarang yang disebutnya demokrasi Indonesia sedang diontang-anting

oleh Ahmad Adirin diperbarui 13 Nov 2023, 05:11 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2023, 01:00 WIB
Konferensi pers Majelis Permusyawaratan Rembang. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Konferensi pers Majelis Permusyawaratan Rembang. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Rembang - Sejumlah tokoh nasional dan lintas agama silaturahmi atau sowan ke kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus, pada Minggu (12/11/2023).

Mereka sampai di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) Roudlotut Thalibin, Leteh, Rembang, sekitar pukul 10.30 WIB dan pamitan sekitar pukul 12.15 WIB.

Seusai berpamitan, ternyata beberapa tokoh yang mengatasnamakan seperti tercantum dalam flyer yaitu Majelis Permusyawaratan Rembang itu tidak langsung pulang di kediaman masing-masing. Mereka menggelar konferensi pers terlebih dahulu di salah satu rumah makan yang ada di Rembang.

Koordinator Pertemuan, Alif Iman Nurlambang, mengawali paparan di hadapan awak media yang sebelumnya terlebih dahulu diaba-aba, bahwa konferensi pers sudah mulai disiarkan langsung oleh sejumlah televisi swasta.

Salah satu tokoh Majelis Permusyawaratan Rembang ini mengaku prihatin dengan situasi sekarang yang disebutnya demokrasi Indonesia sedang diontang-anting.

"Kita semua yang memang prihatin dengan situasi sekarang, itu dengan mudahnya. Sama-sama sebetulnya mudah kita pahami, tapi kalau kita ulangi, situasi ketika demokrasi Indonesia ini diontang-anting, di ayun-ayun kekuasaan terpusat di eksekutif," kata Alif Iman Nurlambang.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Dugaan Intervensi Eksekutif ke Yudikatif

Goenawan Mohamad dan Gus Wahyu menantu Gus Mus di Ponpes Rodlotut Thalibin, Leteh, Rembang. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Goenawan Mohamad dan Gus Wahyu menantu Gus Mus di Ponpes Rodlotut Thalibin, Leteh, Rembang. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Kemudian, lanjutnya, Mahkamah Konstitusi (MK) sebagaimana bukti-buktinya ditemukan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK), disebut ada intervensi dari eksekutif ke yudikatif. Yakni dalam hal ini adalah Lembaga Konstitusional.

Menurutnya juga ada situasi lain, bahwa ada ancaman terhadap azas jujur dan adil pada pemilihan umum (pemilu) 2024 mendatang, disebutnya tidak bisa berlangsung dengan baik.

"Sehingga perlu kiranya ada urun rembuk terus menerus. Saya menyebutnya tokoh-tokoh bangsa, beliau-beliau keberatan disebut itu. Makin tua kadang-kadang gak mau disebut tokoh-tokoh bangsa," ucap Alif Iman Nurlambang.

Ia menyebut pertemuan urun rembuk terus menerus tokoh-tokoh bangsa, sebesar dan sebanyak mungkin untuk dua hal.

"Yang pertama saya mengutip kalimat Gus Mus, memberikan nasihat kepada kekuasaan. Kepada elite-elite politik, bahwa apa yang sudah berlangsung itu melukai perasaan kita semua. Walaupun kata-kata melukai belakangan sering disebut sebagai, sok drama, sok sinetron, kebanyakan drakor," katanya.

Tapi, lanjut Alif Iman Nurlambang, itulah yang perlu dilakukan para budayawan, tokoh-tokoh lintas agama, iman dan keyakin. Kemudian juga para pembela-pembela demokrasi, dan pejuang hak asasi manusia, juga termasuk mereka yang bekerja di ruang-ruang anti korupsi.

"Yang kedua, Gus Mus menganjurkan, pertemuan-pertemuan itu dilakukan juga untuk menyerukan warga masyarakat. Kepada warga negara Indonesia bahwa kita harus saling memahami. Situasi sekarang itu tidak enak, kalau kita memakai istilah Pak Jokowi itu, Indonesia sedang tidak baik-baik saja," ucapnya.

 

Keluarga Gus Mus Tak Pernah Bahas Pilpres

Gus Wahyu Salvana selaku menantu ke-4 dari KH Ahmad Mustofa Bisri, Ponpes Rodlotut Thalibin, Leteh, Rembang. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Gus Wahyu Salvana selaku menantu ke-4 dari KH Ahmad Mustofa Bisri, Ponpes Rodlotut Thalibin, Leteh, Rembang. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Karena itu, menurut Alif Iman Nurlambang, bahwa nasihat-nasihat penting disampaikan ke warga negara, agar situasi tetap adem, dan kekecewaan bisa disalurkan melalui saluran-saluran demokratis.

"Sama-sama mengingatkan agar penguasa juga iling (ingat)," tandasnya, kemudian memberikan kesempatan kepada tokoh Majelis Permusyawaratan Rembang yang lain.

Diberitakan sebelumnya, Menantu KH Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus, Gus Wahyu Salvana mengaku di keluarga Gus Mus tidak pernah ada pembahasan dukungan tiap kali musim pemilihan presiden (Pilpres).

Pengakuan ini muncul menyusul sejumlah tokoh nasional dan lintas agama usai silaturahmi ke Pondok Pesantren (Ponpes) Roudlotut Thalibin, Leteh, Rembang, pada Minggu (12/11/2023).

“Kita di sini tidak ada pernah membahas Pilpres. Bahkan di lingkungan keluarga sendiri tidak pernah ada perintah untuk nyoblos ini dan sebagainya. Tidak pernah sama sekali,” ungkap Gus Wahyu Salvana saat ditemui Liputan6.com di Rembang.

Suami dari Ning Raabiatul Bisyriyah menjelaskan, masing-masing anggota di keluarga Gus Mus bebas menentukan pilihan politiknya. Menurut Gus Wahyu, bahwa sang mertua merupakan sosok yang sangat demokratis.

“Di rumah ini kami merdeka kami bebas menentukan pilihannya. Jadi betul-betul Abah itu termasuk orang yang sangat-sangat demokratis. Tidak pernah nyuruh (milih Capres),” ucapnya.

“Bahkan saya dengan istri saya sendiri pun tidak pernah membahas soal Pilpres. Mulai Pilpres yang pertama sampai Pilpres besok ini. Tidak pernah ada bahasan itu,” imbuh Gus Wahyu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya