Pemilih Muda Pemilu 2024, Pakar Politik UGM: Gampang Ubah Pilihan

Pemilu 2024 nanti didominasi Pemilih Muda yang membuat Pakar Politik UGM menyebutkan kecenderungan pilihan mereka nanti. Seperti apa pilihan pemilih muda di Pemilu mendatang?

oleh Yanuar H diperbarui 02 Des 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 02 Des 2023, 18:00 WIB
Banteng Muda Indonesia (BMI) memasuki babak baru dalam perhelatan pemilihan umum dengan penuh semangat menyambut terpilihnya nomor urut 3 untuk Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Ganjar-Mahfud (Istimewa)
Banteng Muda Indonesia (BMI) memasuki babak baru dalam perhelatan pemilihan umum dengan penuh semangat menyambut terpilihnya nomor urut 3 untuk Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Ganjar-Mahfud (Istimewa)

Liputan6.com, Yogyakarta - Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap Nasional pada Pemilu 2024 nanti didominasi oleh pemilih muda yang mencapai 52 persen dari total 204.807.222 jiwa. Kondisi dominasi pemilih pemula dan pemilih muda ini tentu menentukan keterpilihan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden serta calon anggota legislatif. 

Pakar politik Fisipol UGM  Mada Sukmajati mengatakan fakta tentang suara kaum muda dianggap dapat menentukan calon pemimpin, akan tetapi karakter pemilih muda yang didominasi oleh generasi Milenial dan generasi Z ini kecenderungan mudah mengubah pilihannya atau sering disebut dengan istilah moody cukup tinggi. Sehingga mereka bisa mengubah pilihan menyesuaikan dengan suasana hati, pikiran dan emosi.

“Proporsi pemilih dua generasi sangat besar, dari data yang ada. Pemahaman awal kita menunjukkan generasi ini masih moody menentukan pilihan, gampang sekali merubah pilihan. Tidak seperti generasi sebelumnya, tingkat keajegan dalam memilih itu lebih tinggi,” katanya di ruang Fortakgama Gedung Pusat UGM Kamis 30 November 2023.

Mada  mengatakan soal konten politik para pemilih muda ini lebih menyukai yang lebih ringan. Sehingga kaum muda ini tidak suka materi konten kampanye dengan materi yang lebih berat dan mendalam. 

 “Mereka suka dengan konten-konten politik yang ringan, sehingga memiliki cara yang berbeda memahami profil dari para kandidatnya,” katanya.

Para Capres dan Cawapres dan Caleg perlu memperhatikan kecenderungan pemilih pemula dan pemilih muda ini. Sebab selain mudah mengubah pilihan, mereka kesulitan dalam memilih calon yang akan dipilih sehingga  memungkinkan mereka  untuk tidak menggunakan hak pilihnya.  

“Mereka bisa juga menentukan pilihan yang di luar dugaan kita. Bahkan mungkin bisa jadi mereka tetap kesulitan menentukan pilihan hingga di bilik suara nantinya sehingga potensi mereka tidak memilih juga juga besar,” katanya.

Terkait persentase pemilih yang akan mengubah pilihannya hingga hari pemungutan suara, Mada Sukmajati mengutip hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada Agustus 2022, dimana jumlah persentase anak muda mengubah pilihan untuk pemilu presiden sekitar 51 persen dan persentase yang masih mungkin berubah pilihannya pada pemilu legislatif adalah 58,1 persen. 

“Naik turun itu bisa. Saya tidak yakin dengan persentase sebesar ini pilpres akan terjadi satu putaran,” imbuhnya.

Melalui survei tersebut diketahui isu strategis yang dianggap penting bagi kaum muda adalah soal ekonomi terutama tentang isu kesejahteraan masyarakat sekitar 44,4 persen, lapangan kerja 21,3 persen, isu pemberantasan korupsi 15,9 persen, Demokrasi dan kebebasan sipil 8,8 persen, kesehatan 6,2 persen dan isu lingkungan  hidup 2,3 persen. 

“Dari survei ini mayoritas responden berpendapat lapangan kerja bagi pencari kerja sekarang ini masih sulit  didapat dan 91,0 persen responden  mengaku sulit mendapatkan lapangan pekerjaan,” katanya tentang pemilih muda.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya