Pemilu 2024, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda Padang Jadi Pemilih Cerdas

Masyarakat, khususnya generasi muda, perlu lebih jeli dan waspada dalam memilah dan memilih asupan berita, informasi, atau konten yang ada di media-media digital ketika mencari referensi untuk mengambil keputusan terkait pesta demokrasi lima tahunan itu.

oleh stella maris diperbarui 13 Okt 2023, 22:48 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2023, 15:11 WIB
Kominfo.
Acara Forum Literasi Demokrasi dengan tema "Wujudkan Demokrasi Sehat di Dunia Digital" di Kawasan Padang Old Town. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Pesta demokrasi lima tahunan (Pemilu 2024), diharapkan dapat dioptimalkan para pemilih pemula sebagai sarana literasi demokrasi yang sehat dan meriah. Kementerian Komunikasi dan Informatika pun mengajak generasi muda Padang, untuk menjadi pemilih cerdas pada momentum tersebut karena tantangan pemilih pemula di era digital adalah sebaran konten, di berbagai kanal informasi dan komunikasi yang perlu dikonsumsi secara cerdas dan bijaksana.  

Masyarakat, khususnya generasi muda, perlu lebih jeli dan waspada dalam memilah dan memilih asupan berita, informasi, atau konten yang ada di media-media digital ketika mencari referensi untuk mengambil keputusan terkait pesta demokrasi lima tahunan itu.

"Marilah kita bersama-sama menjaga demokrasi Pancasila di ruang-ruang digital agar pesta demokrasi lima tahunan ini berlangsung secara damai, sehat, dan meriah," kata Ketua Tim Kerja Informasi dan Komunikasi Politik dan Pemerintahan, Direktorat Informasi dan Komunikasi Politik, Hukum, dan Keamanan, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Agus Tri Yuwono di Padang, Sumatera Barat, Kamis (12/10).

Hal itu disampaikan Agus di depan para mahasiswa saat membuka Forum Literasi Demokrasi dengan tema "Wujudkan Demokrasi Sehat di Dunia Digital" di Kawasan Padang Old Town. Indonesia, tambah Agus, merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India. Kematangan demokrasi untuk melahirkan pemimpin-pemimpin terbaik untuk bangsa Indonesia masih membutuhkan perhatian bersama. 

Mengacu data Badan Pusat Statistik, indeks demokrasi Indonesia pada tahun 2021 mencapai 78,12% dan tahun berikutnya mencapai 80,41%. Pada skala global, demokrasi Indonesia pada tahun 2021 mendapatkan skor 6,71 dengan peringkat ke-50 dunia. 

Meskipun skor demokrasi Indonesia pada 2022 tetap, namun peringkatnya turun ke-54 dunia. Data ini menunjukkan bahwa demokrasi Indonesia masih dalam proses pembelajaran dan belum sepenuhnya mapan.

"Inilah pentingnya kerja sama antara pemerintah beserta seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan kualitas demokrasi Indonesia dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, internet, dan media sosial," ujar Agus.

Generasi Apatis

Dosen Ilmu Politik Universitas Andalas, Andri Rusta, menilai generasi muda sekarang ini cenderung apatis dan tidak bergairah seperti pada tahun 1998. Sebagai bagian kelompok terpelajar, mahasiswa seharusnya merasakan bahwa demokrasi itu penting bagi kemajuan bangsa ini.

"Jangan sampai mahasiswa apatis terhadap kehidupan demokrasi kita karena jika demikian, maka yang terjadi adalah Indonesia tidak akan pernah maju mencapai generasi emas 2045," katanya.

Menurut Andri, anak muda sebagai calon pemimpin masa depan harus mampu memanfaatkan kesempatan belajar demokrasi yang menyehatkan dan penuh kemeriahan dengan menyaring informasi di media digital yang penuh dengan hoaks.

"Salah satu temuannya adalah hoaks sebenarnya ada industrinya, karena itu, kita harus pandai saring dulu sebelum sharing," katanya. 

Sementara, pemengaruh atau influencer Shaza Bella Dona mengatakan, seorang influencer sering disebut sebagai aktor digital. Dia bisa menyampaikan aspirasi masyarakat tapi dengan cara dia sendiri yang khas, bahkan dapat juga menjadi sosok key opinion leader.

Shaza mengajak mahasiswa secara aktif memanfaatkan ilmu dari kampus dan menyebarkannya di media sosial. "Kita jangan cuma sekedar kuliah tapi ikut terjun misalnya mengikuti even seperti pemilihan Uda-Uni untuk turut berbagi tentang politik atau hukum," ujar Shaza yang juga seorang dokter itu.

Shaza juga mengingatkan, ketrampilan digital di media sosial dapat dikontribusikan untuk membangun demokrasi yang damai, sehat, dan meriah.

"Kembangkan berbagai ketrampilan digital, jadi konten kreator atau konten kreatif di Tiktok dan Instagram, manfaatkanlah sebaik-baiknya demi memajukan demokrasi damai di negari ini," katanya. 

Ruang digital, tambah Shaza, memungkinan siapapun bebas berpendapat. Ruang-ruang tersebut tak lagi dimonopoli oleh ahli politik dan pemerintahan saja. 

Anak muda bisa menyampaikan aspirasi politik secara langsung sebebasnya di media sosial. Yang perlu diperhatikan, kebebasan itu jangan digunakan untuk melontarkan ujaran kebencian atau komentar negatif lainnya.

"Demokrasi di era digital ini sangat luas tapi kita harus tetap ingat ada koridor yang harus kita patuhi," katanya.

Sekadar informasi, forum literasi demokrasi ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mendukung terwujudnya Pemilu Damai 2024. Kegiatan serupa akan dilaksanakan juga di beberapa kota besar lainnya seperti Pekanbaru, Denpasar, Manokwari, dan Yogyakarta.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya