Liputan6.com, Solo - Monumen Pers Nasional berlokasi di Jalan Gajahmada Nomor 59, Timuran, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Bangunan monumen ini sekaligus merupakan museum yang memiliki arti penting bagi insan pers di Indonesia.
Mengutip dari surakarta.go.id, dahulu tempat ini menjadi tempat lahirnya sebuah organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Pembangunan monumen ini atas prakarsa dari KGPAA Sri Mangkunegara VII yang diperuntukkan sebagai balai pertemuan.
Dibangun pada 1918, dahulu gedung ini bernama Societeit Sasana Soeka. Bangunan ini terbagi menjadi dua bagian, yakni bangunan lama dan bangunan baru.
Advertisement
Bangunan lama didirikan pada 1918 dan terletak di tengah dengan denah persegi empat yang menghadap ke arah timur laut. Terdapat berbagai koleksi di bangunan lama, seperti majalah masa lampau, surat kabar se-Indonesia, dan patung-patung tokoh pendiri PWI.
Baca Juga
Selain itu, juga terdapat sebuah pemancar radio kuno yang terkenal dengan nama pemancar Radio Kambing. Tak hanya itu, koleksi lain di Monumen Pers juga berkaitan dengan sejarah pers nasional di Indonesia, seperti mesin ketik kuno milik Bakrie Soeraatmadja.
Bakrie Soeraatmadja merupakan salah satu perintis pers di Indonesia. Selain itu ada juga perangkat radio, surat kabar, majalah nasional baik yang kuno hingga terkini, perangkat multimedia kuno, serta potret tokoh pers nasional. Monumen Pers juga memiliki ruang konservasi dan reservasi. Ruangan ini terbagi menjadi dua, yaitu ruang pertama yang menyimpan surat kabar 2000-an dan ruang kedua yang menyimpan surat kabar dibawah era 2000-an.
Tak ketinggalan ada juga media center yang merupakan fasilitas umum untuk pengunjung dengan akses internet gratis. Ada juga papan baca yang berisi informasi kepada masyarakat, termasuk surat kabar terbaru yang dipasang setiap hari. Layanan yang disediakan di Museum Pers pun beragam, salah satunya perpustakaan yang memiliki koleksi 15.000 buku. Buku-buku yang berisi informasi tentang dunia pers, komunikasi, dan informasi ini bisa dibaca ditempat maupun dipinjam.
Selain perpustakaan, juga terdapat museum pers. Pengunjung dapat menggali pengetahuan dan dokumentasi tentang sejarah nasional Indonesia. Monumen Pers bebas dikunjungi oleh siapa saja. Menariknya, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk alias gratis.
Penulis: Resla Aknaita Chak